Wednesday, November 6, 2013

#MenulisMuharram: Book, My Hero, My Best Companion





Bicara tentang buku islami favorit, pikiranku langsung tertuju pada buku yang kudapatkan 3 tahun yang lalu hadiah dari salah seorang sahabat yang sangat peduli padaku. Sebuah buku yang sangat menginspirasi karangan Dr. ‘Aidh bin Abdullah Al-Qami dengan judul “La Tahzan For Smart Muslimah”. Buku yang bukan hanya berarti sebagai sebuah hadiah untukku namun juga mampu menjadi pembuka hati dan penyejuk di kala gundah melanda serta bisa menjadi tuntunan bagaimana seorang muslimah harus bersikap.

Sebagai manusia biasa, tentu saja aku tak luput dari masalah yang terkadang mampu membuatku berada dalam keadaan terburuk dalam hidup, merasakan kesedihan dan kepedihan yang teramat sangat.

Kala itu, hari, minggu, dan bulan yang aku lalui hanyalah hampa yang tak berwujud, Gairah untuk melanjutkan hidup rasanya kian memudar bahkan pikiran-pikiran bodoh untuk mengakhiri hidup pun pernah terbersit dalam hati karena ketidakmampuan meredam duka yang seakan membuatku hancur berkeping-keping. Aku tak ingin bicara pada siapapun, aku tak ingin bertemu siapapun. Sepanjang hari yang aku lakukan hanya mengurung diri, menangis dan menyesali diri atas apa yang sedang menimpaku.

Salah seorang sahabat yang selama ini mengerti dan memahami masalah yang sedang aku hadapi mencoba menghiburku, mendengarkan setiap kata yang mungkin terdengar emosional ditelinganya, namun dengan bahasa yang lembut ia terus memotivasiku untuk bangkit dari keterpurukan yang aku alami saat itu. Sebelum pergi ia meninggalkan sebuah bungkusan yang ternyata isinya adalah sebuah buku dan secarik pesan “semoga setelah membaca buku ini, kamu bisa lebih menghargai hidup dan tidak terus larut dalam duka yang panjang”.

Beberapa hari buku ini tak kusentuh sama sekali. Siapa yang ingin membaca buku ketika setiap malam hanya berteman dengan air mata? Bagaimana mungkin sahabatku memberikan sebuah buku sementara pikiranku sedang tak mampu mencerna apapun? Gila, pikirku. Namun atas desakannya yang terus menerus, akhirnya aku mencoba membuka lembar demi lembar dengan perasaan hampa.

Awalnya aku hanya membuka tanpa berniat untuk serius membaca, namun ketika mataku menangkap serangkai kata sarat makna, didetik itu aku langsung tertegun dan tersadar bahwa aku bukan hanya menyiakan detik demi detik hidupku namun secara tak langsung menyalahkan tuhan atas apa yang telah menimpaku. Air mataku mengalir tiada henti ketika membaca baris demi baris kata yang seakan marah atas sikap kekanak-kanakanku. Kutipannya yang sangat menyentuh disanubariku adalah “Bila engkau putus asa, hanya karena belum mendapat jalan keluar, engkau kemanakan Allah dan kemahakuasaan-Nya?

Malam itu aku menangis dalam sujud dan memohon ampun pada-Nya karena tak mau bersandar pada ketetapan-Nya, aku ingin bangkit, aku ingin menggapai masa depan lebih indah lagi, serta berjanji takkan pernah melupakan-Nya lagi. Dan ketika kesedihan kembali datang menghampiri, aku selalu membaca buku ini untuk menguatkan dan mengingatkanku bahwa aku tak sendiri. Ada Allah yang akan selalu setia menungguku memohon pada-Nya.

--

Oleh Emi Syofyan (@Emi_Syofyan)
Facebook: Emi Syofyan

6 comments:

  1. Memang Allah selalu menunjukkan jalannya ketika hambanya sedang butuh walau dengan jalan yg tidak disadarinya!

    ReplyDelete
  2. Subhanallah. Terima kasih buat penulis reviewnya. Quotes yang dipilihkan dr buku itu bisa banget dijadikan self reminder .

    ReplyDelete
  3. Thanks, mbak Prima.....Semoga bisa menginspirasi banyak orang, Aamiin....

    ReplyDelete
  4. iya bener nih, quote-ny ngenaa bnget kak..
    kita emang dilarang ya buat berputus asa, meski kdg putus asa datang semena2 --"

    ReplyDelete
  5. Suka banget quote-nya mbak
    “Bila engkau putus asa, hanya karena belum mendapat jalan keluar, engkau kemanakan Allah dan kemahakuasaan-Nya?”

    -rizka-

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...