Showing posts with label #1Hari1Masjid. Show all posts
Showing posts with label #1Hari1Masjid. Show all posts

Wednesday, July 4, 2018

Ubud Journal #2

Sudah hari Rabu, telat banget!!! Padahal saya berharap bisa mem-publish Ubud Journal (selanjutnya akan saya sebut begini) setiap hari Senin. Hufffttt.

Maklum, hampir sama dengan minggu pertama, minggu kemarin berjalan dengan sangat cepat. Memasuki minggu kedua puasa (minggu pertama qadha, minggu lalu Syawal); saya merasa tubuh saya lebih sehat karena pola makan yang terjaga. Berhubung saya sudah pindah ke kos dan tidak terlalu berminat untuk masuk dapurnya Ibu Kos, maka saya memilih sahur yang praktis: roti atau buah. Pernah juga sekali hanya sahur air saja karena terlambat bangun. Alhamdulillah I’m done with it and now taking a short break before accomplishing another target for sunnah fasting this year. Seingat saya, sejak Idulfitri tahun lalu sampai Ramadan tahun ini, saya tidak banyak melakukan puasa sunah (atau tidak sama sekali?). Sedih deh, karena menurut saya ibadah puasa sunah itu amal tambahan yang nilainya sangat besar. Bukan hanya pahalanya, tetapi puasa bagi saya adalah tentang “harapan”. Bahwa suatu waktu dalam hari itu saya akan berbuka; bahwa suatu hari nanti saya akan menerima ganjaran dari apa yang saya usahakan sesudah ‘berenang-renang ke hulu, berakit-rakit ke tepian’. Aamiin, insya Allah.

Selain pola makan yang cukup teratur dengan kalori yang tidak sebanyak biasanya (bilang aja ‘rasanya gue udah kurusan lho, Pemirsa…’); saya juga mulai memperbaiki pola tidur yang tadinya berantakan. Sebenarnya saya orangnya pelor, tapi entahlah, waktu di dormitory rasanya sering terbangun karena mungkin kurang nyaman. Sekarang di kos Allahu Akbar, bisa enggak bangun-bangun kalau tidur sesudah Subuh (ups). Semoga kebiasaan buruk ini segera sembuh, bisa disamblek Bapake kalau Beliau tahu, mihihihi.

Kemudian, akhir pekan kemarin saya menyempatkan pergi ke Denpasar untuk melihat Unspoken Poetry Slam di Rumah Sanur. Saya punya kenangan di Rumah Sanur, tepatnya pada UWRF tahun 2015 dimana saya mendampingi penulis-penulis pada sebuah sesi Fridge Event di sini. Mungkin saat itu saya kelelahan atau gimana, waktu perjalanan dari Ubud ke Sanur saya mual parah, dan sesampainya kami di sana, saya muntah-muntah. Panitia event pun segera menyajikan teh panas untuk saya, sehingga saya bisa ‘berdiri tegak’ sepanjang dua jam acara. Gara-gara dedikasi saya, Nathalie Handal, pembicara sesi itu mengingat saya dengan baik dan kami pun banyak ngobrol di jalan pulang. Bahkan saat kami bertemu lagi di Bandara Ngurah Rai selesai UWRF, dia mentraktir saya ngopi. Hehe.

Selepas maghrib, saya mengejar salat magrib dan isya di Masjid Al-Ihsaan di Komplek Grand Inna Bali Beach Sanur, lalu wusss ngebut ke Soto Cita Rasa Cak Di karena kelaparan. Ingat ya, yang asli namanya Cak Di, bukan Cak Ri, Cak Ran, atau Cak Kecak (itu sih tarian, krik krik). Sudah kenyang, lalu pulang? Oh tentu tidak, saya ke Jl. Teuku Umar untuk menemui teman S2 saya yang pindah ke Bali juga. Lalala yeyeye. Mohon maaf, kegiatan malam ini tidak dapat saya publikasikan kepada manteman sekalian. #jagaimage

Saya terbangun pada waktu subuh dengan dada yang berat karena sesak napas parah. Sepertinya saya alergi terpapar polusi dan juga bulu kucing di kos temannya teman saya. Lho bukannya kamu punya kucing di rumah ya, Prim? Iya kan kucing saya tidak tidur sama saya, dan kos temannya teman saya tergolong sempit jadi bulunya di situ-situ aja. Menjelang pukul tujuh saya tidak dapat lagi menahan sesak dan hampir membangunkan teman saya untuk minta diantar ke rumah sakit. Tapi Alhamdulillah saya masih mampu motoran ke mini market terdekat untuk minum cokelat panas, dan segera merasa lega (bisa jadi juga karena menghirup udara segar di pagi hari). Daripada balik ke kamar dan tidur lagi, saya pun pergi ke… Pantai Batu Belig.

Random banget? Enggak juga, karena tidak ada pantai di Ubud, jadi memang saya sudah berencana ke pantai selama di Denpasar. Hehe.

Sepulangnya dari pantai, saya dan teman sarapan lalu belanja di Carrefo*r tanpa mandi, LOL. Sesudahnya baru saya mandi dan cuss ke agenda berikutnya yaitu bertemu dengan teman lain, namanya Indri. Berhubung Indri orang Bali, saya pun memanfaatkan pertemuan ini dengan menanyai dia tentang obyek wisata di Bali. Pengin banget bisa ke Nusa Penida, atau mengikuti itinerary Kak Teppy di sini. Semoga ada waktu, duit, dan partner. Kalau ada partner hidup lebih baik lagi. Bisa ajaaa, Primaaa.

Menjelang waktu asar, saya pun pamit agar bisa menunaikan salat di Masjid At-Taqwa Polda Bali. Tahun 2016 saya pernah salat di sini sama Bapake dan adik-adik saya. And you know what, it made me cry inside. Sometimes we take things for granted and that’s what happened with me and the mosques. Rasanya dengar azan sesudah dua minggu itu… hati langsung adem. Masya Allah. Semoga Allah berkenan membukakan hati saya agar selalu dekat denganNya meskipun berjuang sendiri di Bali.

So, untuk memudahkan kamu yang mencari masjid di Bali, berikut daftar masjid yang saya kunjungi akhir pekan lalu:
1. Masjid At-Taufiq, Kompleks Brimob Tohpati
N.B.: masuk kompleks ini agak ribet, harus setor KTP dan lepas helm selama di kompleks. Tapi masjidnya tanpa dinding, jadi semriwing.
2. Masjid Al-Ihsaan, Grand Inna Bali Beach Sanur
Jl. Hang Tuah, Sanur Kaja, Denpasar Sel., Kota Denpasar, Bali; letaknya persis sebelum gerbang masuk Pantai Sanur. Masjidnya gede, cocok buat rombongan, dan tanpa dinding juga.
3. Masjid At-Taqwa, Polda Bali
Jl. Wr. Supratman, Sumerta Kauh, Denpasar Tim., Kota Denpasar, Bali; di sini agak susah parkir mobil terutama kalau weekend (karena di teras luar masjid hanya tersedia parkir motor jadi harus masuk kompleks), tapi bismillah aja kan mau salat bukan lain-lain.

Sementara itu dulu daftar masjidnya, insya Allah saya kabari lagi kalau besok-besok ke masjid lain. Makanya, follow Instagram saya: @primaditarahma untuk tahu cerita saya di Bali. :) :) :)

Lots of love,
Prima

Friday, August 29, 2014

#1Hari1Masjid: The Winner

Assalamu'alaikum..

Syawal sudah berakhir (dari beberapa hari yang lalu keleus prim.. hihi), artinya sudah sebulan sejak Idul Fitri daaan it's time to announce the winner of #1Hari1Masjid \^^/

Seperti project yang kemarin-kemarin, saya masih aja susah milih pemenang. Honestly, tulisan para peserta #1Hari1Masjid benar-benar sesuai dengan harapan saya: simpel, padat, dan inspiratif. Seneeeng bacanya, sambil sekalian masukin ke daftar tujuan liburan di masa depan, hoho.

Tapi, namanya juga kompetisi, harus ada pemenangnya dong ya..
Alhamdulillah, Hijabead (@hijabead), the first hijab subscription box, berbaikhati memberikan hadiah kepada 2 (dua) orang pemenang utama, yaitu.. 
- Mbak Nunu El Fasa (@ununtriwidana) -- Masjid Raya Kesultanan, Yogyakarta
- Ika (@newHildaIkka) -- Masjid Al-Falah, Surabaya 

Ada juga 2 (dua) orang pemenang hiburan, hadiahnya dari saya, yaitu..
- Erny (@ernykurnia14) -- Masjid Kampus UGM, Yogyakarta 
- Mbak Uniek (@UniekTweety) -- Masjid Pekojan, Semarang  

Untuk para pemenang, silakan kirim email 
berisi nama lengkap, alamat, dan nomer HP ke: primadita1088@gmail.com 
dengan subject email: Pemenang #1Hari1Masjid 

Selain keempat orang diatas, yuk baca lagi cerita dari peserta-peserta yang lain dibawah ini :)
6. Masjid Agung Jami', Wonosobo - Wening Tyas (@weningts)  
8. Masjid Darul Ilmi, Kudus - Ika Hardiyan (@diyanika)
9. Grand Mosque, Taipei - Intan Dzikria (@intandzikria)
10. Masjid Lautze 2, Bandung - Titi Estiningrum (@titiestiti)
11. Masjid Mataram, Kotagede - Denie Ekawati (@denieeka)
12. Great Mosque, Hawler - Istiadzah (@istiadzah)

And don't forget to read my post for #1Hari1Masjid >> 
Central Mosque, Ho Chi Minh 

Sekali lagi, terima kasih untuk sister yang telah meluangkan waktu untuk mengikuti project ini. Yuk, teruskan kebiasaan baik sholat berjamaah di masjid, and if you have interesting story about mosque, you can submit your story at PinkMosques (I already wrote one post here! ;)).

Salam,
Prima 

Saturday, July 26, 2014

#1Hari1Masjid - Finale: Central Mosque, Ho Chi Minh (Oleh Primadita)





Suasana sholat Jum'at di bagian jamaah pria - banyak orang Arab/India/Pakistan!

Bersama Kak Sara (bawah kanan) dan ibu-ibu penjaga masjid, me miss you all!
Jam menunjukkan pukul setengah dua belas siang, but I am somewhere out there, dan tidak ada tanda-tanda kami sudah dekat dengan Ben Thanh Market. Perempuan yang bersamaku ini, aku tahu, sudah berusaha semaksimal mungkin untuk membantuku menemukan jalan pulang. Sayangnya, kemampuan bahasa Inggris-nya yang terbatas menjadi hambatan.

Sholat Jum'at di Saigon Central Mosque akan dimulai pukul setengah satu, dan aku tidak tahu seberapa jauh kami dari masjid. Jadi, aku memberanikan diri mengatakan, “Hey, thank you very much for your help. I can go alone.”

Ketika ada sebuah bis mendekat, aku bertanya kepada kondekturnya, “Anh Oi, Cho Ben Thanh?*”
Tentu saja aku berbicara dalam bahasa Vietnam, tapi semata karena hijabku, ia terperangah.

Seusai membayar, aku memperhatikan sekeliling dengan seksama. Pasar Ben Thanh adalah sebuah pusat oleh-oleh yang berada di pusat kota, sedangkan masjid berada sekitar dua kilometer dari pasar. Sebenarnya letak masjid tersebut cukup strategis. Diapit Hotel Caravelle dan Sheraton, dan di dekatnya ada Opera House dan City Hall. Tapi, pikirku, Ben Thanh lebih mainstream dan semua orang tahu tempat itu. Dan aku tidak tahu apa bahasa Vietnam untuk Opera House dan City Hall, hehehe.

Tiba-tiba aku melihat Starbucks - okay it's everywhere - tapi aku ingat Starbucks yang ini berada di jalan yang sama dengan masjid yang aku tuju. Aku meminta sopir bis menurunkan aku disitu, dan aku berlari ke masjid.

Alhamdulillah, sholat Jum'at belum dimulai.
Tapi, yang membuat aku sedikit terkejut, suasananya ramai sekali. Aku bahkan sedikit kesulitan untuk mencari tempat. Untungnya kak Sara melihatku dari jauh, ia melambaikan tangan dan menggelar sajadah untukku disampingnya.

Menggelar sajadah tersebut, nampaknya adalah tradisi yang dilakukan Kak Sara, dan penjaga Saigon Central Mosque untuk para tamu. Biasanya sih, pengunjung masjid adalah turis Malaysia yang berbelanja kain di Ho Chi Minh.

Hari rabu kemarin, aku menyempatkan sholat dzuhur disini. Kak Sara yang keturunan Melayu, menjadi penerjemahku, menjembatani komunikasi antara aku dan ibu-ibu penjaga masjid. Jika tak ada kegiatan, Kak Sara akan membersamai mereka dari waktu dzuhur hingga menjelang maghrib. Ibu-ibu itu sih, jam sembilan pagi sudah di masjid, sholat Dhuha dan mengaji bersama.

Menurut pejabat Konsulat Jenderal RI yang aku temui, masjid ini adalah masjid yang memiliki jamaah paling banyak di Ho Chi Minh. Kapan-kapan akan aku ceritakan masjid-masjid lainnya, tapi memang ini bukanlah masjid paling besar (dari ukuran bangunannya).

Mereka melambatkan waktu sholat sekitar setengah jam dari jadwal sebenarnya, agar para pekerja (Muslim Vietnam) bisa mengejar sholat berjamaah disini. Khusus untuk Jum'at, dilambatkan satu jam, karena...

“Makcik ni dari jauh.. Tiga-empat jam perjalanan kemari..” Kak Sara mengenalkan aku dengan seorang ibu berperawakan tambun. Ia menjabat tanganku ramah.

“Kalau hari Jumuah ni, banyak orang sholat kesini, dari mana-mana kota lain. Because no mosque in their city.” Kak Sara menjelaskan lagi dengan bahasa campur aduk. Aku mengangguk-angguk.

Khutbah Jum'at dilakukan dua kali, yang pertama dengan bahasa Vietnam.. yang sukses membuat aku mengantuk :p

Khutbah kedua dengan bahasa Melayu yang sangat fasih.. yang sukses membuat aku merinding dan menangis.

Seeing them really happy to pray in the mosque, even only once a week.. membuat saya malu. Di Indonesia, masjid begitu mudah ditemukan. Tapi pemandangannya kurang-lebih sama: hanya dipenuhi orang-orang sepuh. Satu, dua, tiga shaf sudah bagus. Jarang sekali saya menemui masjid yang penuh sesak kecuali hari Jum'at dan Sholat Ied (dan juga taraweh).

That's why I created this project. To encourage you all, my lovely readers. Yuk, syukuri nikmat yang ada. Termasuk nikmat untuk 'menemui' Allah dengan mudah. Mulai dari masjid di sekitar kita, mulai dari diri kita sendiri, mulai dari hal yang terkecil.

Write it down, and spread it to the world: ramaikan masjidmu, kuatkan ukhuwahmu :)

Salam,
Prima


*artinya: "Mas, ke Pasar Ben Thanh?"

***

Note: super thank you for all the participants! 
Semoga Allah merahmati kita semua!
Selamat Hari Raya Idul Fitri, mohon maaf lahir bathin :)
And stay tune for the winner here, insyaAllah akhir Agustus ;)

#1Hari1Masjid: Masjid Ash-Shiratal Mustaqim, Tabalong (Oleh Asy-Syifaa)

 
 
 
 

Masjid yang akan Syifa ceritakan kali ini sebenarnya masjid yang dirasa beda dari masjid yang pernah Syifa kunjungi di kota-kota lain. Jika mengingat ketika masih tinggal di Kalimantan Selatan 8 tahun yang lalu, mungkin aneh rasanya jika selama setahun tinggal disana hanya bisa menginjakkan kaki di masjid tersebut untuk yang pertama dan terakhir kalinya.

Masjid yang Syifa sebut bernama Masjid Ash-Shiratal Mustaqim yang berlokasi di Jl. Pangeran Antasari , Tanjung-Tabalong, Kalimantan Selatan. Letaknya yang strategis di dekat alun-alun kota, kantor bupati, dan pusat perbelanjaan Mal Bauntung, membuat aku yakin kalau ternyata sistem macapat itu adalah kebudayaan asli Indonesia yang berlaku di semua daerah, bahkan Kalimantan sekalipun.

#1Hari1Masjid: Masjid Al-Ukhuwah, Bandung (Oleh Nabila Firdausi)

 
 
 

Alhamdulilah.. tak terasa bulan Ramadhan tahun 2014 ini memasuki sisa beberapa hari terakhir. Ini adalah Ramadhan kedua saya sebagai anak kosan (baca: anak perantauan). Saya semakin bersemangat mengejar Lailatul Qad'r di malam-malam ganjil terakhir ini. Semoga saya bisa mendapatkannya, amin..

Setelah setahun saya di Bandung ini (dalam rangka bekerja dan kebetulan penempatan saya disini), saya mengamati bahwa saat bulan suci Ramadhan ini warga Bandung memiliki semangat yang sama dengan warga Surabaya. Mulai dari ramainya jamaah berbagai Masjid, suasana ngabuburit yang menyebabkan macet, hiasan Ramadhan di berbagai mall dan perkantoran, hingga tak lupa di malam-malam ganjil banyak warga yang i'tikaf di masjid termasuk saya (walau tidak sampai menginap sih).

Salah satu Masjid favorit saya adalah Masjid Al-Ukhuwah yang berada di dekat Balaikota ini. Masjid ini cukup luas dengan tempat parkir yang lega, tempat wudhu bernuansa bebatuan dan yang paling saya suka adalah lantai masjid ini dari panel kayu. Arsitekturnya bagus dengan nuansa warna hijau zamrud dan keemasan.

Thursday, July 24, 2014

#1Hari1Masjid: The Great Mosque, Hawler (Oleh Istiadzah Rohyati)

 
 
 
 
 
 
 
 
Jadi, Hawler itu sebutan lain untuk Arbil atau Erbil. Apa pula itu? Itu nama kota. Ibukota. Saya biasa menyebutnya dengan Erbil, namun masyarakat setempat lebih sering menggunakan “Hawler” untuk menyebut kota yang satu ini.

Erbil merupakan ibukota Kurdistan regional. Nah, kalau Kurdistan, pasti ada yang udah pernah dengar, kan? Ya iyalah, orang blog saya ini isinya tentang Kurdistan, kok :D

Gambar di atas adalah penampakan masjid di Erbil. The Great Mosque Hawler. Masjid agung lah ya kalau kata kita mah. Saya ke sana sekitar dua tahun yang lalu. Duh, lama juga ya. Padahal dalam kurun waktu tersebut saya udah bolak-balik ke Erbil, tapi jarang mampir ke masjid itu lagi.

Wednesday, July 23, 2014

#1Hari1Masjid: Masjid Mataram, Kotagede (Oleh Denie Ekawati)

 
Gerbang gapura masjid Mataram Kotagede
Masjid Mataram Kotagede adalah salah satu masjid tertua di Yogyakarta, tepatnya berada di daerah Kotagede. Kotagede sendiri merupakan salah satu tempat di Yogyakarta yang bisa dibilang sangat diminati oleh para wisatawan, karena selain sebagai pusat kerajinan perak juga merupakan tempat di mana kita masih bisa melihat bangunan-bangunan zaman dulu yang masih berdiri kokoh. Masjid ini didirikan oleh Sultan Agung pada pertengahan abad 17, atau  sekitar tahun 1640. Bertandang ke masjid Mataram di Kotagede ini sebenarnya akan sama rasanya ketika bertandang di masjid Agung/ masjid Gedhe, yang letaknya di sekitar alun-alun kota Yogyakarta. Arsitektur yang disuguhkan berupa arsitektur jawa yang kental. Mulai dari pintu masuk sampai ke dalam masjidnya. Namun, masjid ini jauh lebih tua dibandingkan dengan masjid Agung Yogyakarta dan masjid-masjid tua lainnya di Yogyakarta.

Masjid yang merupakan salah satu komponen asli Kotagede ini berdiri di selatan kawasan Pasar Kotagede sekarang, tepatnya di kelurahan Jagalan, kecamatan Banguntapan, Kabupaten Bantul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Bangunan masjidnya sendiri tidaklah semegah masjid-masjid modern. Sebelum pintu masuk, akan ada gerbang yang menyambut jamaah. Bagian menariknya adalah gerbang ini berupa gapura bergaya Hindu yang meyerupai pura. Hal ini menandakan, bahwa arsitektural Masjid Mataram Kotagede ini memiliki perpaduan dua unsur budaya dari dua latar belakang agama yang berbeda, yang digabungkan menjadi satu kesatuan bangunan masjid. Selain itu, di sekitar masjid, terdapat sebuah prasasti yang menceritakan proses pembangunan masjid ini. Menurut keterangan pada prasasti, masjid ini dibangun dalam dua tahap. Tahap pertama dilakukan oleh Sultan Agung. Bangunan masjid saat itu masih kecil, atau biasa disebut langgar. Pada tahap kedua, pembangunan masjid diteruskan oleh Pakubuwono X, selaku Raja Kesultanan Surakarta.
 

Tuesday, July 22, 2014

#1Hari1Masjid: Masjid Lautze 2, Bandung (Oleh Titi Estiningrum)

 
 


Walaupun setiap hari melintasi jalan ini, akan sangat dimaklumi bila para pelintas tidak menyadari kehadiran sebuah masjid disini. Itu tidak lain karena masjid ini diapit oleh deretan ruko-ruko. Ya,  masjid ini juga menjadi bagian dari ruko tersebut. Satu-satunya penanda bahwa disana ada masjid, adalah papan nama berwarna kuning, dengan tulisan merah menyala khas etnis Tionghoa yang berbunyi Masjid Lautze-2 dan menunjuk ke arah pintu. Di sisi kanan pintu terdapat toko yang juga bernama Toko Lautze yang menjual buku dan aneka perlengkapan lainnya.

Masjid Lautze-2 terletak di jalan Tamblong nomor 27 Bandung, lebih tepatnya berada di pertemuan empat jalan yaitu jalan Lembong-jalan Sumatera-Jalan Veteran-dan jalan Tamblong; persis di seberang RS Bungsu. Menempati ruko sewaan berukuran 6x7m. Tidak terlalu besar untuk ukuran sebuah masjid. Tapi karena di sekitar lokasi tersebut hanya ada satu masjid ini, maka tiap tiba waktu shalat Jum’at, jamaah pun rela shalat di luar masjid/di trotoar.

Monday, July 21, 2014

#1Hari1Ayat: Grand Mosque, Taipei (Oleh Intan Dzikria)


Western culture as a qibla for Taiwanese made Taiwan become a free country. Free in the meaning of free to act, free to choose their 'open' clothes, free to sex before marriage, free to eat Haram food (mainly pork), free to everything,...except Taiwan is still in the propaganda of being an official country and leave China.

Many Muslims from foreign countries considered twice or more whether want to stay in Taiwan or not, even it is just for holiday. It is because of the minority of Muslims population, Halal food, and place to Shalah. Those are my consideration first when I got Letter of Acceptance in one of the university in Taiwan. I started to look for as many as information about Muslim society in Taiwan.

Alhamdulillah... I have friends who already stayed in Taiwan for study in the same university as me and told me everything I want to know. The first thing I asked them is... "is there any masjid there?"

Taipei Grand Mosque is one of the mosque in Taipei and considered as the biggest mosque in Taiwan. There are only seven mosques in Taiwan and two of them are in Taipei, the capital city of Taiwan. Even it is the biggest, but it is not as big as Grand Mosque in many cities in Indonesia. But still, I am very grateful. The location is near with my campus. Not really near at first I went there, but now I felt it is near.

In front of the biggest park in Taipei, Da'an Park. Near with NTU and NTUST campus. Transportation are available using Bus, MRT, or YouBike. Taipei Grand Mosque even put in one of the travel destination list by Taiwan's Travelling Brochures that can be found in MRT stations.

Thursday, July 17, 2014

#1Hari1Masjid: Masjid Darul Ilmi, Kudus (Oleh Ika Ardiyan Aksari)

Ada juga aula yang sering digunakan untuk berbagai kegiatan.
Dari lantai tiga pengunjung bisa melihat bagaimana luasnya lantai dua.
Sambil melepas sepatu, pengunjung bisa menikmati taman mini yang di bagian bawahnya juga terdapat kran untuk wudhu.
Pintu samping menuju ke aula, kamar mandi dan tempat wudhu yang bisa menuju lantai dua dan tiga dengan bantuan anak tangga.
Ini adalah tempat wudhu perempuan, laki-laki pun desain dan arsitekturnya sama persis.
Hehe, numpang narsis ya. Cermin besar ini bisa ditemui pengunjung di lantai satu. Ini adalah sudut paling digemari mahasiswa perempuan di UMK, hihihi.

Perkenalkan, Universitas Muria Kudus (UMK) adalah kampus tercinta saya. Kampus saya ini beralamat di Gondangmanis PO.BOX 53 Bae 59324 Kudus Jawa Tengah. Tepatnya 10 km dari alun-alun Kudus yang terkenal dengan Masjid Agung dan Sunan Kudus-nya. Ada apa di kampus saya?

Sama seperti kampus-kampus lain, selain gedung perkuliahan, taman yang rindang, auditorium yang megah, parkiran yang selalu berjubel dan kantor sekretariat yang menjulang tinggi, ada satu bangunan yang selalu membuat saya rindu untuk kembali lagi ke sana. Apalagi kalau bukan Masjid Darul Ilmi, masjid megah yang terletak di kompleks UMK tepatnya berada di sebelah Barat.


Darul Ilmi memiliki arti tempat mencari ilmu. Nama tersebut sangat cocok diberikan kepada masjid ini karena terletak di dalam kompleks UMK. Bukan hanya untuk mencari ilmu agama, ilmu lain pun dapat diperoleh di sana. Karena disana seringkali menjadi tempat pelaksanaan berbagai event yang diadakan oleh mahasiswa, misalnya training ESQ, peringatan Maulid Nabi, Ospek, workshop, dan lain-lain.

Masjid Darul Ilmi ini tergolong masih muda. Tepatnya akhir Desember 2009 lalu masjid ini baru selesai dibangun oleh 100 pekerja bangunan. Masjid ini berdiri di atas tanah seluas 650 m2. Terdiri dari tiga lantai, lantai pertama berfungsi sebagai sentra kegiatan dan aktivitas kerohanian Islam (terdapat di aula). Lantai dua diperuntukkan bagi jamaah pria sedangkan lantai tiga sebagai tempat jamaah perempuan atau mezanin.

Perasaan adem akan langsung dirasakan oleh setiap orang yang datang ke masjid dengan tinggi 50 meter ini. Dinding yang didesain dengan model berlubang-lubang, membuat udara secara bebas masuk ke dalam masjid. Selain itu lantai yang menggunakan batu alam marmer dan keramik menambah kenyamanan setiap pengunjungnya, tak terkecuali saya. Dulu, seringkali setiap menunggu pergantian jam kuliah yang terlalu lama, saya dan teman-teman memilih beristirahat di masjid yang pembangunannya berlangsung selama setahun lebih ini. Bahkan tidur di lantai tiga secara beramai-ramai. Oiya, ada satu tempat lagi yang menjadi favorit mahasiswa saat mengerjakan tugas kuliah, yaitu serambi masjid yang berada di samping kanan kiri masjid. Sebelah kiri untuk perempuan sedangkan yang sebelah kanan untuk laki-laki.

Secara pribadi ada satu hal lagi yang membuat saya sangat semangat untuk datang ke masjid ini, yaitu suara muadzin. Lengkap deh, masjid yang megah dan suara muadzin yang merdu dan menggetarkan hati membuat saya semakin semangat untuk datang ke rumah Allah ini. Ceritanya, dulu saya pernah kos di depan kampus, jadi setiap maghrib, isya, dan subuh, saya dan teman sekamar selalu pergi jamaah di Masjid Darul Ilmi. Sampai pernah bela-belain lompat gerbang kampus untuk bisa jamaah, hihihi.

Selama ramadhan, selain melaksanakan sholat tarawih di malam hari, setiap selesai sholat dzuhur ada ceramah yang disampaikan oleh dosen UMK secara bergilir. Sedihnya, jangan dikira kalau shalat tarawih tiba akan banyak jamaah yang datang ya, paling banyak hanya 3 saf. Hal itu karena letak masjid yang cukup jauh dari perkampungan. Jadi, yang datang untuk berjamaah adalah mahasiswa maupun dosen yang kos di sekitar kampus. Sayang banget ya masjid yang megah ini kalau ramadhan tidak begitu ramai? Harapan saya sendiri semoga masjid ini semakin ramai pengunjung yang sejalan dengan ramainya pembangunan di sekitar kampus. Aamiin. Sayang banget kan kalau rumah Allah yang megah ini hanya dianggurin.

Nah, itu tadi liputan saya untuk masjid Darul Ilmi di kampus saya. Kalau berkunjung ke Kudus, jangan lupa mampir ke Masjid kebanggan kampus saya ini ya?

Salam.


***

Penulis: Ika Hardiyan Aksari (@diyanika
Blog: http://ichaituika.blogspot.com/

***

Prima Note: Lucky you sempet ngerasain punya masjid kampus yang megah begini :') Waktu aku kuliah, aku cuma ngerasain masjid kampus selama beberapa semester aja.. terus masjidnya direnovasi sampai sekarang ga kelar-kelar, huhuhu. Semoga masjid kampus yang indah juga memotivasi para mahasiswa untuk tidak hanya cerdas di kelas, tapi juga mumpuni di agama, amiiin :)

Tuesday, July 15, 2014

#1Hari1Masjid: Seoul Central Masjid, Seoul (Oleh Amah Majidah)

Peta Itaewon

Assalamu’alaikum,

Bismillaahirrohmaanirrohiim.

Berkunjung ke tempat dengan penduduk mayoritas bukan beragama Islam tentu menjadi pengalaman yang tak terlupakan bagi saya yang berasal dari Indonesia dengan penduduk mayoritas Islam. Saya yang saat ini bermukim di Tangerang, Banten tidak merasa kesulitan jika sedang dalam perjalanan dan mengharuskan saya untuk melaksanakan shalat. Tidak hanya di tempat umum seperti terminal, bandara, stasiun, mall bahkan di pinggir jalan akan dengan mudah kita temui Masjid/Musholla.

Hal ini tentu saja berbeda dengan perjalanan saya ke negara Korea Selatan beberapa waktu lalu. Korea Selatan saat ini adalah negara yang cukup banyak menarik minat wisatawan untuk dikunjungi tak hanya dari Indonesia tapi juga berbagai negara di dunia. K-pop dan K-drama mungkin menjadi alasan utama wisatawan untuk mengunjungi negara ginseng ini, saya termasuk salah satunya. 

Nah, bicara tentang masjid di projek #1Hari1Masjid milik mba Prima saya akan sedikit menceritakan tentang Seoul Central Masjid. Masjid ini adalah satu-satunya masjid yang ada di kota Seoul, tepatnya di Hannam-dong, Yongsan-gu, Itaewon. Dengan kemudahan alat transportasi umum subway di Korea Selatan, berkunjung dan melaksanakan shalat di Seoul Central Masjid adalah kewajiban dalam daftar itenerary perjalanan saya. Yap, saya ingin menyaksikan secara langsung berbagai etnis melaksanakan shalat berjamaah di masjid. 

Monday, July 14, 2014

#1Hari1Masjid: Masjid Raya Kesultanan, Yogyakarta (Oleh Nunu El Fasa)

 
 

Selain tempat wisata, masjid juga masuk dalam salah satu destination traveling list kami (aku dan suamiku). Paling enggak meski short traveling pasti akan membutuhkan waktu sholat barang sepuluh menit. Prinsipnya kita boleh bersenang-senang tapi kita enggak boleh lupa akan kebesaran Tuhan yang memberikan kesempatan kita bisa melakukan kegiatan traveling. Seperti kegiatan traveling kami bulan lalu saat kami menjejak Kota Gudeg, Masjid Agung Yogyakarta menjadi penutup traveling yang penuh kejutan indah.

Saat itu, kami sedang bimbang. Apakah akan meneruskan perjalanan mengejar kereta pulang ke Surabaya yang waktunya mepet atau tetap lanjut ke Masjid yang lebih dikenal dengan Masjid Gedhe Kauman ini. Tapi kami tetap yakin, jika kita mendahulukan Allah maka segala duniawi dibelakang kita akan mengikuti. Maka kami memantapkan langkah untuk sholat Jumat dahulu di Masjid tersebut.

Thursday, July 10, 2014

#1Hari1Masjid: Masjid Agung Jami', Wonosobo (Oleh Wening Tyas Suminar)

Megahnya Masjid Agung Jami' Wonosobo
 
Ada yang sudah pernah berwisata ke Wonosobo? Pasti ada yang sudah dan ada yang belum (yaiyalaah…hehe). Bagi yang sudah, belum afdol dong kalau belum sekalian berkunjung ke Masjid Agung Jami’ Wonosobo, yang merupakan masjid terbesar di Wonosobo.

Tuesday, July 8, 2014

#1Hari1Masjid: Masjid Nagoya dan Masjid Gifu, Jepang (Oleh Kartika Kusumastuti)

Jepang. Mungkin banyak yang bertanya-tanya, di negara yang konon katanya warganya tidak terlalu peduli dengan agama, bagaimana kehidupan para muslimin di sana? Pertama kali saya menginjakkan kaki di Jepang, saya pun mempunyai pertanyaan yang sama.

Karena saya tinggal di kota kecil, sedikit sekali orang Indonesia di sini. Saya pun mencari komunitas muslim yang ada di sekitar kota ini. Pencarian saya berlabuh pada komunitas KMI Nagoya (Asosiasi Muslim Indonesia). Komunitas ini cukup aktif mengadakan kajian-kajian keislaman tiap bulannya.
Masjid Nagoya, Nagoya, Jepang. Sumber: www.islam.co.jp



Di Nagoya, ada sebuah masjid bernama Masjid Nagoya (名古屋モスク). Karena keterbatasan lahan, masjid ini kalau dilihat sekilas, seperti gedung biasa 4 lantai. Yang membedakan adalah jendela  besar berbentuk melengkung khas masjid diatasnya dan terdapat dua pilar di bagian depan bangunan.

Selain itu, masjid ini tidak bisa menampung banyak jamaah; sehingga untuk sholat idul fitri dan idul adha tidak diselenggarakan di Masjid, tapi biasanya menyewa gedung di tempat lain yang bisa memuat lebih banyak jamaah.

Yak, itulah sekilas tentang Masjid Nagoya. Sekarang mari lihat ke propinsi sebelah, Gifu. Ternyata di kota Gifu terdapat masjid yang besar dan megah. Namanya Masjid Gifu atau nama lainnya Masjid Bab Al-Islam. Masjid yang baru dibangun tahun 2008 lalu ini, bisa dibilang ‘adik’nya Masjid Nagoya. Pembangunannya sendiri atas prakarsa dari Masjid Nagoya.

Masjid Gifu, Gifu, Jepang.

Yang bikin saya kagum adalah bangunan Masjid Gifu yang benar-benar seperti masjid. Hehe. Maksudnya ada kubahnya, menaranya, ya seperti masjid pada umumnya :D Lokasinya yang berada di tengah sawah membuat masjid bercat krem putih ini makin tampak sangaaaaat indah.

Masjid ini ada di dekat Universitas Gifu. Oleh karena itu, waktu sholat jum’at masjid ini ramai sekali, dipenuhi mahasiswa muslim dari berbagai negara.

Sayangnya, saya belum pernah masuk ke Masjid Gifu, maka dari itu, saya mewawancarai teman saya yang berdomisili Gifu dan cukup aktif dalam meramaikan masjid ;) Ini dia hasil wawancara singkat saya:

1. Apa saja kegiatan rutin Masjid Gifu?
Berkaitan dengan ibadah, ada kegiatan sholat berjamaah tiap hari. Tiap minggu pagi ada kajian muslimah oleh PPI Gifu. Tiap jum’at malam ada taklim bapak-bapak oleh PPI Gifu. Kemudian tiap bulan minggu ke-4 ada open mosque oleh Asosiasi Masjid Gifu.
Open mosque itu siapa saja boleh datang ke masjid, karena ada kajian Islam atau perkenalan tentang Islam kepada orang Jepang. Setelah itu ada acara makan bersama.

2. Di bulan Ramadhan ada kegiatan khusus apa?
Kegiatan bulan Ramadhan ada sholat tarawih dengan tambahan imam lain selama satu bulan Ramadhan. Juga ada I’tikaf (bermalam di masjid), 10 hari terakhir paling rame. :D
Selain itu, juga diadakan acara buka bersama tiap minggu. Buka bersama ini seru, karena tiap minggu dibagi per negara yang akan menyajikan menu berbuka, misal minggu pertama dari muslim/muslimah negara Mesir (berarti menu dari Mesir), minggu kedua dari Indonesia (menu Indonesia), dan seterusnya. Acara buka bersama ini terbuka untuk umum, jadi siapa saja boleh datang. :) Kemudian satu kali di bulan Ramadhan akan ada tabligh akbar oleh PPI Gifu. Biasanya mengundang ustadz-ustadz dari luar kota atau dari Indonesia langsung.

3. Masjid ini terbuka untuk umum kan? Apa ada jam buka tertentu? Soalnya, libur musim panas tahun lalu saat ke Masjid Gifu, pintu masjidnya dikunci. >_< Waktu itu siang hari sekitar pukul 11an kayaknya (belum masuk waktu sholat Dzuhur).
Aduh, kasian. Hehe. Sebenarnya buka tiap hari, tapi imamnya hanya datang saat waktu sholat dan souji (bersih bersih) aja. Tapi sebenarnya kita bisa masuk kapan aja, cuma saat enggak ada orang memang pintu masjid dikunci. Tapi kuncinya ada di situ kok, mungkin orang luar Gifu enggak tau ya. :D

Begitulah hasil obrolan singkat kami. Di Jepang memang tidak ada pelajaran agama, jadi pendidikan agama pada diri, keluarga, terutama anak-anak, kita sendiri yang menerapkannya.

Ramadhan tahun ini bertepatan dengan musim panas di Jepang. Anak-anak sekolah masih sekolah seperti biasa selama kurang lebih 20 hari sebelum mulai libur musim panas. Suhu berkisar antara 30~40 derajat dengan kelembaban tinggi. Waktu berpuasa berkisar antara pukul 3 pagi sampai pukul 19 malam. Waktu isya mulai pukul 20:50 dan tarawih baru mulai pukul 21.

Semoga Allah memberi kekuatan kepada para muslimin di seluruh dunia dalam menjalani ibadah puasa dan ibadah lainnya. 

***

Penulis: Kartika Kusumastuti (@Kartika2606)
Blog: http://catatanmamanisa.wordpress.com/

*** 

Prima Note: *masukin ke bucket list* :D
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...