Wednesday, April 11, 2018

Revenge Body with Khloé Kardashian: Our Failures Are Our Responsibilities


Akhir-akhir ini, saya lumayan sering menonton film dan series, baik di laptop, televisi, maupun di bioskop. Mungkin karena saya sedikit jenuh setelah mem-proofread naskah saya berulang kali, jadi setelah jam kerja selesai, rasanya saya enggak ingin melihat laptop lagi sampai keesokan harinya. Bahkan saya mulai ‘berani’ meninggalkan laptop saya di Malang saat berakhir pekan di Surabaya. Biasanya, wooo, ke mall saja saya bawa, haha.

Selain itu, alasan lain saya memperbanyak nonton film adalah karena saya hendak mempersiapkan diri untuk sebuah rencana sesudah Idulfitri. Seharusnya saya mulai mempraktikkan bahasa Inggris lebih sering, tapi sayangnya enggak ada partner di sekitar saya. Jadilah saya harus puas dengan menonton film untuk menambah vocabulary.

Anyway, terhitung beberapa film yang saya tonton yaitu: I Am Legend (film tahun 2007), Confessions of a Shopaholic  (film tahun 2009), Cloudy with A Chance of Meatball (1 & 2 tapi yang 2 cuma setengah), Guardians of the Galaxy (1 & 2 tapi dua-duanya enggak sampai selesai), X-Men: Apocalypse, Gifted, dan A Quiet Place. Selain itu, saya juga nonton (lagi) Revenge Body with Khloé Kardashian Season 1.

Kali ini, skip dulu semua film karena saya mau cerita tentang pelajaran yang saya temukan dari mbak Khloé. Saya pernah menceritakan kalau saya cukup sering menonton Keeping Up with the Kardashians soalnya keluarga ini memang heits banget. Penting enggak penting sih sebenarnya, saya pun tidak mengikuti mereka di Instagram. Tapi ‘lucu’ lho, mereka kerap menunjukkan bahwa mereka punya faith yang sangat kuat, despite gaya hidup mereka ‘yang seperti itu’. Contoh paling mudah, mereka hampir selalu berdoa sebelum makan. Kita? Boro-boro! (Astagfirullah)


Revenge Body with Khloé Kardashian menceritakan tentang orang-orang yang ingin ‘membalas dendam’ pada orang-orang yang pernah mem-bully mereka. Biasa deh, salah satu yang paling sering di-bully kan fisik ya, mana ini partisipan yang diundang Khloé beneran gede-gede badannya. Kayaknya enggak ada yang beratnya di bawah 100kg!!! Allahu akbar.

Monday, April 2, 2018

Perjalanan Menuju Cahaya - F.A.Q.

When you are waiting for something, you’ll feel that the time is ticking so slow.

...and that’s what happening with me right now.


Seandainya saya dapat 1000 rupiah setiap kali ada yang bertanya “kapan buku mbak Prima terbit?”, pasti sekarang saya sudah kaya raya. LOL. Mungkin salah saya juga sih yang enggak bisa menyimpan rahasia ini sampai bukunya beneran terbit. Habis gimana dong, zaman sekarang semua serba teaser. Kalau saya baru berjualan buku pas sudah launching, rasanya kok terlambat banget. Lagipula, dengan cara ini, Sister bisa menabung terlebih dahulu untuk membeli buku saya. Asyik, kan? :p

Sebenarnya bukunya sendiri sudah bisa dibeli, tapi saya sedang proses pengecekan sampel agar buku yang sampai di tangan Sister nantinya mendekati sempurna (karena kesempurnaan hanyalah milik Allah dan Andra and the BackBone #krikkrik). Saya juga ingin sekali memberikan diskon pre-order untuk para Sister yang sudah setia menanti, makanya sementara saya hold dulu untuk penjualan bukunya. Namun begitu, supaya Sister tidak penasaran dan membombardir saya dengan Direct Message di Instagram maupun komentar di Facebook, kali ini saya ingin menjelaskan secara mendetail tentang buku pertama saya.

Apa judul bukunya? Dan ceritanya tentang apa?
Buku saya tadinya berjudul Tantangan 30 Hari #RamadanGoals, tapi terus saya pikir... Bukannya Ramadan itu antara 28 atau 29 hari? Terus ada saran dari first reader saya, Nina, judulnya terlalu straightforward. Maka saya pun bersemedi tujuh hari tujuh malam, dan muncullah judul “Perjalanan Menuju Cahaya”. Sub-judul “Renungan Harian Ramadan untuk Muslimah Pembelajar” muncul belakangan setelah nanya (atau lebih tepatnya, maksa) kontributor buat ikut mikirin kata-katanya. Hehe.

Buku ini berisikan 30 tulisan yang saya kurasi dengan usaha terbaik saya, dalam artian setiap temanya begitu dekat dengan perjalanan spiritual saya. Ada yang saya tulis ulang dari blog post atau artikel saya di media daring, tapi sebagian besar tulisan baru. Inginnya menyebut buku ini tentang perjalanan hijrah, tapi saya merasa belum benar-benar hijrah (saya juga mengalami proses hijrah tapi mungkin tidak sedrastis orang lain). Hanya saja di dalam buku ini ada cerita-cerita saya dari mulai pernah tidak sholat selama satu tahun, pernah ingin lepas jilbab, pernah pacaran... Banyak deh, namanya juga mantan ‘preman’. Mungkin Sister enggak menyangka, tapi ya gitu deh, semua orang punya masa lalu. Saya harap, Sister bisa mengambil pelajaran dari hidup saya sehingga tidak terperosok di lubang yang sama.

Baca Juga: Perjalanan Menuju Cahaya (Teaser)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...