Ya Allah.. ga kerasa udah tanggal 18
aja.. Saya belum packing dan persiapan ngemsi untuk Ubud Writers &
Readers Festival, dan itinerary liburan kantor ke Bandung juga belum
fix. Horeee #AkuLelah
[Manteman, ada rekomendasi rekomendasi makan malam di Bandung, specifically di Dago, yang tempatnya kece dan makanannya tidak mengecewakan? Yuk mari diberitahukan ke saya, kakaaak~]
Okay, sekarang saya pingin cerita.. (lah dari tadi ngapain..)
Beberapa minggu yang lalu, saya tiba-tiba mencoba mengenakan hijab syar'i. Khimar saya lebarkan, lalu saya tumpuk (dua-duanya paris, soalnya adanya itu di rumah); saya juga pakai outer yang lebih longgar dan panjang, dan jangan lupa, kaos kaki. Sebenarnya sih, ada alasan dibalik ini. Rambut saya sudah terlalu panjang, kalau digelung bikin sakit kepala terutama waktu pakai helm. Jadi cuma bisa diikat biasa ponytail lalu digerai ke bawah. Itupun panjangnya masih melebihi khimar (biasa) saya. [Guess: how long is my hair? :p]
So, daripada mengambil resiko hijab yang tidak sempurna karena sejumput rambut mengintip keluar, khimar lebar jadi pilihan. Event pertama yang saya datangi dengan outfit 'demikian' adalah pengajian-nya ManJaddaWaJadda Surabaya. Sukses, karena rata-rata ukhti mengenakan pakaian serupa. Pulangnya, saya nangis. Why so? Honestly, saya khawatir saya kehilangan semua yang biasa saya miliki: teman main, aktivitas having fun, and much more. Saya juga takut dengan pandangan orang tentang 'jilbab lebar', because I once had the same thoughts, you know..
Esoknya, saya tetap mengenakannya. Meski mama saya berkomentar, “heh kamu ngapain pakai jilbab kayak daster gitu?” HIKSSSSS. Di kantor, ga ada yang memperhatikan secara saya memang satu-satunya hijabi, ga ngaruh saya pakai apapun, kecuali hot pants #lho
Tiga hari berlalu, saya ga tahan. Saya curhat ke mbak mentor saya dan disabar-sabarin.. She said it's okay, everything needs process. Yang paling penting khimar saya sudah terulur dan menutup dada, bajunya longgar, dan disarankan untuk mulai membiasakan diri pakai kaos kaki. Iya, saya susah banget untuk pakai kaos kaki karena beberapa alasan.. Tapi minggu lalu saya udah beli kaos kaki, selusin langsung biar murah :))) Jadi mudah-mudahan minggu ini bisa dibiasakan.
Saya sendiri sadar, selain proses, ada hal yang sangat mempengaruhi perubahan, yaitu kemauan. Kita ga bisa nunggu hidayah jatuh dari langit (meski memang hanya Allah-lah yang punya hak prerogatif untuk menurunkan hidayah). Tapi kita harus aktif mencari ilmunya...dengan tujuan, didekatkan dengan hidayah tersebut.
Jadilah saya bertanya-tanya ke beberapa orang, 'memang hijab saya seperti ini masih kurang?' Mayoritas sih jawabnya, 'engga, tapi kalau lebih syar'i, akan lebih baik di mata Allah.'
Selain penampilan, saya juga meragu, apakah saya sudah pantas mengenakan hijab syar'i.
Yang kenal saya, atau seenggaknya teman-teman pembaca sudah bisa menduga kalau saya talkative, rame, heboh, gitu deh pokoknya. Sssttt beberapa minggu lalu, di kantor ada training dan kekurangan saya dalam customer servicing adalah...kurang anggun. Deskripsinya: emosional, meledak-ledak, kurang 'mikir' dalam berucap. Hehehehehe.
Bukannya gimana-gimana, saya ga mau kesan hijab syar'i ini ternoda karena akhlak saya yang kurang baik. Tapi untungnya salah seorang teman mengingatkan, “kan bagus mbak, justru jadi pengingat..”
#jleb
Long story short.. Berdasarkan hasil diskusi saya dengan teman-teman, hijab, mau hijab biasa ataupun syar'i, sebenarnya itu tidak akan menghilangkan identitas diri kita kok. Toh, idealnya kita memang menjadi muslimah yang menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya..
Back to me, I am still learning, again. Berhubung stok khimar masih terbatas, ya selama masih ada yang bersih (ingat, saya pakai 2 lembar paris), I will do it. Makanya, jangan males ke laundry ya prim.. *nasehatin diri sendiri*
[Manteman, ada rekomendasi rekomendasi makan malam di Bandung, specifically di Dago, yang tempatnya kece dan makanannya tidak mengecewakan? Yuk mari diberitahukan ke saya, kakaaak~]
Okay, sekarang saya pingin cerita.. (lah dari tadi ngapain..)
Beberapa minggu yang lalu, saya tiba-tiba mencoba mengenakan hijab syar'i. Khimar saya lebarkan, lalu saya tumpuk (dua-duanya paris, soalnya adanya itu di rumah); saya juga pakai outer yang lebih longgar dan panjang, dan jangan lupa, kaos kaki. Sebenarnya sih, ada alasan dibalik ini. Rambut saya sudah terlalu panjang, kalau digelung bikin sakit kepala terutama waktu pakai helm. Jadi cuma bisa diikat biasa ponytail lalu digerai ke bawah. Itupun panjangnya masih melebihi khimar (biasa) saya. [Guess: how long is my hair? :p]
So, daripada mengambil resiko hijab yang tidak sempurna karena sejumput rambut mengintip keluar, khimar lebar jadi pilihan. Event pertama yang saya datangi dengan outfit 'demikian' adalah pengajian-nya ManJaddaWaJadda Surabaya. Sukses, karena rata-rata ukhti mengenakan pakaian serupa. Pulangnya, saya nangis. Why so? Honestly, saya khawatir saya kehilangan semua yang biasa saya miliki: teman main, aktivitas having fun, and much more. Saya juga takut dengan pandangan orang tentang 'jilbab lebar', because I once had the same thoughts, you know..
Esoknya, saya tetap mengenakannya. Meski mama saya berkomentar, “heh kamu ngapain pakai jilbab kayak daster gitu?” HIKSSSSS. Di kantor, ga ada yang memperhatikan secara saya memang satu-satunya hijabi, ga ngaruh saya pakai apapun, kecuali hot pants #lho
Tiga hari berlalu, saya ga tahan. Saya curhat ke mbak mentor saya dan disabar-sabarin.. She said it's okay, everything needs process. Yang paling penting khimar saya sudah terulur dan menutup dada, bajunya longgar, dan disarankan untuk mulai membiasakan diri pakai kaos kaki. Iya, saya susah banget untuk pakai kaos kaki karena beberapa alasan.. Tapi minggu lalu saya udah beli kaos kaki, selusin langsung biar murah :))) Jadi mudah-mudahan minggu ini bisa dibiasakan.
Saya sendiri sadar, selain proses, ada hal yang sangat mempengaruhi perubahan, yaitu kemauan. Kita ga bisa nunggu hidayah jatuh dari langit (meski memang hanya Allah-lah yang punya hak prerogatif untuk menurunkan hidayah). Tapi kita harus aktif mencari ilmunya...dengan tujuan, didekatkan dengan hidayah tersebut.
Jadilah saya bertanya-tanya ke beberapa orang, 'memang hijab saya seperti ini masih kurang?' Mayoritas sih jawabnya, 'engga, tapi kalau lebih syar'i, akan lebih baik di mata Allah.'
Selain penampilan, saya juga meragu, apakah saya sudah pantas mengenakan hijab syar'i.
Yang kenal saya, atau seenggaknya teman-teman pembaca sudah bisa menduga kalau saya talkative, rame, heboh, gitu deh pokoknya. Sssttt beberapa minggu lalu, di kantor ada training dan kekurangan saya dalam customer servicing adalah...kurang anggun. Deskripsinya: emosional, meledak-ledak, kurang 'mikir' dalam berucap. Hehehehehe.
Bukannya gimana-gimana, saya ga mau kesan hijab syar'i ini ternoda karena akhlak saya yang kurang baik. Tapi untungnya salah seorang teman mengingatkan, “kan bagus mbak, justru jadi pengingat..”
#jleb
Long story short.. Berdasarkan hasil diskusi saya dengan teman-teman, hijab, mau hijab biasa ataupun syar'i, sebenarnya itu tidak akan menghilangkan identitas diri kita kok. Toh, idealnya kita memang menjadi muslimah yang menaati perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya..
Back to me, I am still learning, again. Berhubung stok khimar masih terbatas, ya selama masih ada yang bersih (ingat, saya pakai 2 lembar paris), I will do it. Makanya, jangan males ke laundry ya prim.. *nasehatin diri sendiri*
Mencoba Syar'i |
What about you?
Gimana pengalamanmu dalam berhijab syar'i?
Cerita dong, saya tunggu :)
Salam,
Prima
Gimana pengalamanmu dalam berhijab syar'i?
Cerita dong, saya tunggu :)
Salam,
Prima
There is a surprise for you, please reply my email ya :)
ReplyDeleteSubhanallah.. Terima kasih Athiah.. will reply soon *terharu*
DeleteAku juga masih belajar banget. Tapi sekarang juga udah makai kaos kaki. Jilbabnya yang masih kurang terulur. Kadang emang ada ketakutan nggak gaul dan kuno biit. Mirip ibuk-ibuk. Karena itu pengen banget bikin jualan jilbab syari simple tapi fashionable juga :)
ReplyDeletehayuk bisnis sama akik, jeng.. hihihi
DeleteEmang tiap mau mendekati kebaikan itu adaaa aja ya yang bikin gelisah di hati, takut ini takut itu... Aku juga belum berani komit berkhimar, bismillah semoga perlahan2 bisaaa...
ReplyDeleteAda yg bilang kalau masih merasa gelisah itu wajar. Tinggal dijadikan motivasi utk dicari obat untuk menghilangkan gelisahnya, yaitu banyak-banyak mengkaji Al-Qur'an. Sumber kekuatan banget utk menghalau ketakutan.
DeleteSaling mendoakan yg baik ya mbak Tiaaa :*
Aku belom siaap... aku belom siaaap *jewer pipi sendiri*
ReplyDeleteMbak Prima hebat, sudah berani dan punya kemauan untuk mengupgrade ketaatan syariat. Semoga dengan tulisan ini bisa menginspirasi yang lain untuk turut berbuat sama #termasuk daku :'))
waktu aku bilang gitu, temenku bilang "emang mati nunggu siap?" :)))))
Deletejadi yaaa 'mau gak mau' kita harus siap, sesegera mungkin.
amiiin, doanya :)
Aku mulai kenal jilbab syar'i waktu kuliah. Dan mulai memakainya dengan 75% niat 'hanya' karna lingkungan pergaulanku adalah orang-orang dg pakaian seperti itu.
ReplyDeleteLepas dari mereka, perlahan aku goyah. Jilbab mengecil, bahkan sempet nyoba pake model berjilbab yg agak rumit itu (Tapi bukan berarti aku anggap mereka yg berjilbab seperti itu salah, ya).
Lalu pd satu titik aku gelisah. Kemudian aku sadar aku seperti tidak sedang menjadi diriku sendiri. Dan perlahan aku kembali mengulurkan jilbabku. Ajaibnya, aku bener-bener merasa lebih nyaman. Meski kalo ngomongin soal akhlak, dll... apalagi baca tulisan mba prim diatas pas bagian 'menodai citra jilbab syar'i', jujur kadang aku gentar dan 'malu' pake jilbab ini.
Konon, kualitas diri kita sedikit banyak dipengaruhi oleh lima orang yg paling dekat dgn kita. So, jika kita pingin jadi wanita sholihah, memang mesti banyak-banyak bergaul sama wanita sholihah juga :)
DeleteYang paling penting sudah membiasakan diri ya, Cha.. Tinggal akhlaq diperbaiki sambil jalan.. Semoga dimudahkan :)
Mbak Prim kayaknya selalu syari deh hehehe
ReplyDeleteAlhamdulillah kalau ada yg lihat demikian.. insyaAllah khimar saya selalu diusahakan menutup dada, mbak.. tapi masih irit nan pelit, ngepasss. hehehe.
DeleteSaya juga baru tahun kemarin mencoba berhijab syar'i. Karena faktor 'hidayah' sepertinya. Tapi sayang, saya belum bisa sepenuhnya untuk kerja pakai gamis atau rok, berhubung koleksi gamis dan roknya masih sedikit juga hiks. Tapi untuk kerudung insyaAllah slalu menutup dada dan kalau kemana-mana memang sudah pakai gamis/rok :)
ReplyDeleteSemoga kalo koleksi baju dan roknya udah banyak bisa lebih istiqomah :)
ini juga jadi alasan saya, dear..
Deleteya mudah-mudahan dengan niat baik, rezekinya diluaskan oleh Allah :)
Selamat ya mbak, semoga istiqomah! :)
ReplyDeleteSaya masih tempo-tempo nih mbak, sering enggak syar'inya. Banyak godaan dari dalam diri dan kendala masih malas. Doakan segera menyusul ya mbak hehehe.
Btw ditunggu ceritanya setelah nge-MC UWRF^^
doa yg sama utk kamu, sayang..
Deletesemoga diberi jalan utk full syar'i segera ;)
Iyaaa, aduh, deg-deg-an nih buat UWRF :)))
Aamin, terima kasih mbak! :D
DeleteSukses buat nge-MC nya. Kan jadi peserta udah, jadi MC coming soon, who knows mbak someday jadi one of the writers nya hihihi
AMIN YA ALLAH.
DeleteIya insyaAllah targetnya 2016 udah jadi pembicara disana, insyaAllah ;)
Kekhawatiran seperti wajar banget ya dialamin setiap orang yang ingin lebih mendekatkan diri pada-Nya. Ada-ada saja alasannya. Tapi apa iya kita mau kalah dengan bisikan setan? "Nanti nggak gaul lho, nanti temenmu pada kabur lhooo..."
ReplyDeleteSaya juga sedang belajar mengenakan hijab yang syar'i mbak, tapi saya memilih mengenakan yang langsung jadi. Itu tuh brand besar itu. Itupun belinya waktu diskon jadi bisa beli banyak. Hehehehe.
Yuk mbak semangat!
wah iya! saya juga mau hunting kalau pas diskon.
Deleteatau mungkin ada yg mau endorse saya? :p
proud of u sist :-)
ReplyDeleteterima kasih, semoga teman-teman bisa mengambil pelajaran dari saya, dan bahkan lebih baik lagi.
Deletesemoga Allah juga bangga :)
Makin ke sini makin seneng iiih.. baca-baca cerita di sini. Pokoknya kalau kita yakin jalan yang kita tempuh itu sudah benar, bismillah aja Prim. Teman akan datang sendiri yang cocok sama kita (dan perubahan-perubahan kita).
ReplyDeleteklo pakai hijab model apa, buatku bebas bebas aja, prinsipnya semua terpenuhi, tidak nerawang, tidak membentuk tubuh, tidak seperti laki-laki, dan terulur sampai dada.
ayo ... makin semangat ya...
aaaaak, nuhun Teh.. lagi disayang Allah, dikasih anugerah bisa nulis.. alhamdulillah.. :)
Deleteiya, yang penting prinsipnya terpenuhi ya Teh. Makasih banyak Teh ^^
Kak Prim, dibanding dirimu daku masih remah-remah rempeyek, baju masih kayak lakik tapi sebisa mungkin nggak ngetat kayak dulu, fashion masih dicampuraduk sama dunia fantasi *curcol*. Kita saling mendoakan yaaa agar kita semua bisa lebih dekat kepada-Nya :'))
ReplyDelete