Showing posts with label #1Hari1Hadits. Show all posts
Showing posts with label #1Hari1Hadits. Show all posts

Sunday, July 3, 2016

#RefleksiRamadhan: FINALE

Allahu akbar!!!!! This year might be the most unproductive year for me and my personal blog. Apalagi di bulan Ramadhan ini ternyata saya hanya mampu mem-post lima #RefleksiRamadhan. Kalau sister hanya menilai saya dari blog, mungkin sister akan berpikir, ‘prima kemana aja selama Ramadhan ini? Tidur doang? Atau lagi sibuk banget ngerjain tesis?’ BWAKAKAKAKAKAKAKAKAKAK *ngakak sampai Lebaran* Hasrat hati sih pingin ngerjain tesis atau paper buat ACMC, tapi apa daya tiap buka laptop yang di-klik folder kerjaan lagi, kerjaan lagi. 

Meskipun demikian, banyak sekali hal yang harus saya syukuri dan tentu saja, saya pelajari di Ramadhan tahun ini. Salah satunya yang pasti saya dapat THR lagi setelah sekian lama~~~~~ yang langsung amblas dipakai buat kasih uang saku dan kado buat adik-adik tersayang. Secara hari raya Idul Fitri juga bertepatan dengan menjelang masuk tahun ajaran baru, dan alhamdulillah adik-adik saya sudah pada dapat sekolah semua. Jadi siap-siap deh, “mbak, hadiah buatku mana?” Padahal namanya masuk sekolah ya tanggungjawab pribadi, kenapa saya ikutan repot #lah #dasarkakaktakberguna

Berhubung saya besok sudah mudik ke Surabaya, kali ini saya (mau tidak mau) akan membagikan beberapa mutiara dari ceramah-ceramah tarawih yang sudah saya catat di handphone saya. Seharusnya sih, setiap malam langsung saya tuangkan di blog, tapi ya sudahlah. Saya tidak mungkin membalikkan waktu kan. Ini beberapa cerita yang menginspirasi saya selama Ramadhan ini:

1. Gravitasi Dunia vs Langit
Mungkin sister pernah mendengar tentang ‘hamba yang sangat terkenal di langit, tapi tak terkenal di dunia.’ Pertama kali saya mendengar konsep tersebut, saya langsung merasa bahwa Allah itu Maha Adil. Let’s just say in simple words, tidak semua orang bisa mendapatkan ‘kebahagiaan’ di dunia. Tapi kalau dipikir lagi, apa sih sebenarnya makna kebahagiaan? Punya rumah gede? Mobil bagus? Koleksi Hermes? Atau tahu bedanya lipstik lima ratus ribu dan lima puluh ribu? #eh 

Semua bentuk kebahagiaan diatas ternyata bukanlah sesuatu yang dikejar oleh hamba satu ini. Atau mungkin beliau sempat memiliki impian, tapi tidak lagi menjadi prioritas ketika memahami bahwa Allah menyimpannya untuk diberikan di akhirat nanti. 

Tentu saya tidak ingin mengatakan ‘ya sudah yang penting kamu jungkir balik sholat terus atau ngaji terus aja, nanti juga bakal dimasukin surga.’ Kerja juga ibadah, apalagi kalau sister bekerja di sektor yang sangat berpotensi untuk mencetak amal jariyah. Seperti saya dan tulisan-tulisan saya gitu *ehem*

Beberapa hari yang lalu, saya juga pernah membaca sebuah kutipan, ‘having dunya is not a problem, loving dunya is.’ Saya harus menyampaikan hal ini karena mungkin sister bertanya, lha gimana kalau memang hidup saya alhamdulillah enak? Apa saya harus hidup menyengsarakan diri? No no! Ustadz Salim A Fillah pernah bilang, bahwasanya semua yang kita miliki idealnya bukan hanya milik kita pribadi. Sebisa mungkin, semuanya bermanfaat untuk ummat. Jadi kalau kebetulan sister memiliki mobil dan tinggal di daerah yang banyak orang miskin, mungkin sister ‘dikirim’ oleh Allah untuk membantu mengantar orang sakit ke rumah sakit atau ibu hamil ke bidan. Bagaimanapun, semua hal itu lebih aman untuk dilakukan dengan mobil daripada sepeda motor kan. 

Yang kemudian membahayakan adalah ketika mobil itu menjadi sarana bermewah-mewahan, menyombongkan diri, dan tidak mudah puas. Bukan sponsored post nih (LOL), misalnya sister cuma mampu punya Toyota Avanza, tapi memaksakan diri untuk membeli Mercedes Benz demi gengsi. Contoh lain, adanya televisi di rumah boleh digunakan untuk mencari ilmu pengetahuan, jangan dipakai buat menonton The Kardashians terus. Ya, prim? *ngomong sama diri sendiri* Sampai pada akhirnya, televisi membuat sister lupa akan jam sholat. Mobil mewah membuat sister lebih mikirin angsurannya daripada bersedekah. Perlahan sister lebih mengutamakan dunia daripada akhirat yang lebih kekal. Waspadalah, jika semuanya terasa sangat mudah, mungkin sister sedang diuji dengan istidraj: ditinggikan di dunia, direndahkan di akhirat. Naudzubillahi min dzalik. 

That’s why, jangan berlebihan dalam hal apapun di dunia. Kalau kata lagu dangdut, yang sedang-sedang saja. Sementara untuk akhirat, sebaliknya. Gas pol! Ada waktu untuk sholat dhuha, jangankan hanya 2 atau 4 rakaat, lakukan 12 rakaat! Sudah mampu melakukan #OneDayOneJuz? Pertahankan dan ajak lebih banyak orang untuk melakukannya. Berlomba-lombalah dalam hal kebaikan dan ibadah, supaya kelak nama sister digaungkan di langit. 

Friday, August 14, 2015

Bepergian Sendiri bagi Muslimah

Di antara semua ilmu agama yang saya ketahui (yang masih bagaikan remahan cookies ini), salah satu 'hukum' dalam agama yang sempat saya 'kritisi' adalah larangan perempuan bepergian tanpa mahram. Mari kita simak hadits dibawah ini:

"Tidaklah boleh seorang perempuan melakukan perjalanan sejauh sehari semalam  kecuali jika bersamanya mahram"  (H.R. al Bukhari dan Muslim)

Awalnya, saya takut banget, ya Allah selama ini - dan selama engga tahu beberapa tahun kedepan nanti, rasa-rasanya saya 'terpaksa' akan bepergian sendiri terus. Apalagi, dari sejak kecil banget saya juga sudah terbiasa kemana-mana sendiri. Saya ingat, saat itu usia saya 9 tahun dan saya harus terbang ke Banjarmasin untuk menemui mama saya. Ketika saya tiba di bandara-pun, mama saya tidak menjemput saya karena ada suatu keperluan. Jadilah saya diantar oleh salah satu teman mama saya. Berhubung teman mama saya itu bekerja sebagai pengisi avtur pesawat, saya harus ikut beliau naik tangki avtur ke pos kantornya. Gileee, pengalaman warbiyasak! Sayang belum ada tongsis waktu itu #lhoh

Beberapa dari sister tahu bahwa ayah-ibu saya berpisah sejak saya berusia empat tahun. Sejak saat itu,  most of my kids time ditemani sopir dan pembantu (saya manggilnya dayang, haha). Ketika masuk SMP, meski ibu saya masih mengelola antar jemput sekolah, saya mulai merasakan naik angkutan umum, dan terkadang, sendiri. Waktu kelas 3 SMP, saya mengikuti World Scout Jamboree di Thailand, dan kesana, sendiri (bareng regu dan delegasi Indonesia yang lain siiih) – walau ibu saya bertugas sebagai staf, tetapi kami jarang bertemu.

Hingga saat ini, saya lebih suka bepergian tanpa terikat. Ga rempong, bisa bikin itinerary sendiri, dan ga perlu menyesuaikan diri sama banyak orang. Hanya saja ga cuma masalah traveling sendiri aja yang bikin saya khawatir dengan implikasi dari hadits diatas; tapi saya kan bersekolah di luar kota saat S1 (dan sekarang S2), dan masih kepingin banget kerja di luar negeri nantinya.

Nah, sekitar setahun yang lalu, saya menghadiri sebuah pengajian dan ustadzah-nya menyatakan beberapa pemikiran ulama yang dapat dijadikan acuan untuk kekhawatiran saya. Jadi, tentunya setiap hukum Allah dibuat dengan latar belakang yang idealnya adalah untuk menjaga dan memudahkan hidup hamba-Nya. Terlebih untuk perempuan, yang memang sangat dilindungi dan dihargai setinggi-tingginya. Ekstrimnya, perempuan ga usah keluar rumah deh, kalau ga perlu-perlu banget. 

Meski demikian, menurut ustadzah tersebut, ada dua faktor yang dapat digunakan sebagai 'antisipasi' dari hadits diatas, yaitu bebas dari fitnah, dan keamanan. Kita bahas satu-persatu ya.

1. Bebas dari Fitnah

Bahkan jika seorang perempuan berdiam di rumah dengan seseorang yang tidak 'patut', maka hal tersebut justru lebih rawan fitnah daripada ketika ia bepergian. Misalnya, di rumah tante saya, ada seorang yang membantu tante saya untuk mengatur perpustakaan rumah kami. Dia dilarang berada di rumah jika hanya dengan sepupu-sepupu lelaki saya. Why? Karena dia bukan anggota keluarga, jadi hal tersebut dikhawatirkan akan menimbulkan fitnah. Sebaliknya, sebagai contoh, adik saya yang bersekolah di pesantren, tidak ada mahramnya disana, tapi insyaAllah orang-orang di pesantren dapat dipercaya. 

2. Keamanan
Konon, hadits diatas menggambarkan kisah perjalanan Ummu Aisyah yang harus bepergian dengan unta melintasi gurun pasir yang banyak perompak dan sebagainya. Maka, semisal perempuan bepergian dengan pesawat, menurut saya hal tersebut lebih aman daripada harus naik bis selama semalam. Ketika saya traveling ke Malaka, faktor keamanan saya dijamin oleh Tante Etty, teman mama, karena saya menginap disana; daripada saya menginap di hotel yang 'tidak jelas'. Demikian juga dengan ketika saya di Vietnam, faktor keamanan saya dijamin oleh Nhung. Meski tetap saja saya sempat 'terpeleset' ketika saya menginap di guest house 'aneh' di Phnom Penh, huhuhuhuhu.

Saya tidak bermaksud untuk mengabaikan hukum Allah untuk hal ini, tetapi saya tidak bisa membayangkan kalau saya tidak boleh keluar rumah tanpa mahram. Seingin-inginnya saya diantar ayah atau adik kandung laki-laki saya, toh hidup tidak mengizinkan saya tinggal serumah dengan mereka. Jadi, saya hanya bisa berusaha menjaga kedua hal diatas.

Terakhir (sebenarnya ini yang pertama sih), kepergian tersebut diniatkan untuk Allah. Bersekolah, bekerja, ber-silaturrahim – bahkan jalan-jalan pun punya tujuan untuk melihat kebesaran Allah dan menjadikan kita sebagai hamba yang bersyukur dan lebih patuh lagi kepada-Nya.

Cumaaa, se-hepi-hepinya pergi sendiri, memang lebih enak sih kalau kemana-mana ada yang nemenin, dan sudah sah/halal. Apalagi kalau dibayarin, dan orangnya ganteng, pula. #eh #kode :)))

Happy traveling, sister!

Salam,
Prima 

Bacaan lebih lanjut:

Friday, July 31, 2015

Mengapa Pacaran Dilarang dalam Islam?

Hamil.

Satu kejadian, seribu reaksi.

Tapi umumnya, reaksi tersebut terbagi dua: bahagia, ketika kehamilan tersebut direncanakan dan terjadi dalam sebuah pernikahan; sedih, kesal, marah, dan kecewa – ketika kehamilan tersebut adalah hasil dari perbuatan yang tidak bertanggungjawab.

Biasanya, reaksi kedua lebih banyak dikeluarkan oleh pasangan yang pacaran – belum secara sah dan halal menjadi suami-istri. Naudzubillah.

Jalan keluarnya apa? Yang paling 'mudah' sih, aborsi. Yah, meskipun ada juga yang kemudian memutuskan untuk menikah. Saya tidak bilang menikah itu lebih baik karena kalau tidak salah, secara hukum Islam hal tersebut juga tidak dianjurkan. Tapi, mari kita lihat fakta dibawah ini:

Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2008, rata-rata nasional angka kematian ibu melahirkan (AKI) mencapai 228 per 100 ribu kelahiran hidup. Dari jumlah tersebut, kematian akibat aborsi tercatat mencapai 30 persen. Sementara itu, laporan 2013 dari Australian Consortium For In Country Indonesian Studies menunjukan hasil penelitian di 10 kota besar dan 6 kabupaten di Indonesia terjadi 43 persen aborsi per 100 kelahiran hidup. Aborsi tersebut dilakukan oleh perempuan di perkotaan sebesar 78 % dan perempuan di pedesaan sebesar 40 %.

Fasli mengatakan perempuan yang melakukan aborsi di daerah perkotaan besar di Indonesia umumnya berusia remaja dari 15 tahun hingga 19 tahun. Umumnya, aborsi tersebut dilakukan akibat kecelakaan atau kehamilan yang tidak diinginkan.  

 
Nah, I'm not gonna talk to you about the child, or the marriage. But let me come up to you with this insight: why dating is forbidden in Islam?

Beberapa minggu yang lalu, saya menemukan video tausyiah dari Ustadz Nourman Ali Khan yang berjudul 'Sexual Desires', just take a look:



Disitu, Ustadz Nourman menyatakan bahwa 'pinternya' setan itu, dia akan menggoda manusia secara perlahan. Dia ga akan bilang “hey, why don't you have sex with your boyfriend/girlfriend?” Dia akan 'menyuruh' kita untuk pegangan tangan, rangkulan, pelukan, cium kening, cium pipi, dan seterusnya. Sampai pada suatu titik, kita akan berpikir “oh gak apa kok, begini doang”, “ah kan 'cuma' pegangan tangan”, “tapi kan ini bukti cintaku ke dia..” dan sebagainya.

Ustadz Nourman bilang, setan akan berusaha supaya kita melakukan seks atas dasar dorongan dari diri sendiri, bukan karena godaan setan lagi. Padahal manusia itu punya akal, yang seharusnya menjadi pengendali dari hawa nafsu. Kalau iman sedemikian lemahnya, maka akal semestinya bicara. Kalau sebagian dari kita berpikir, masa sih cuma sekali doang bisa hamil? Jawabannya: bisa! Sangat bisa! Jika Allah menghendaki. Nyatanya banyak kok teman-teman saya yang sudah menikah, ceritanya begitu.

Atau mungkin ketika kita ngomongin anak itu terlalu jauh, idealnya akal akan membimbing: now that you do this, gimana kalau besok putus? Masalahnya, yang biasa terjadi after sex adalah: perempuan ga bisa lepas, laki-laki-nya ga mau lanjut. Mungkin sister pernah dengar kutipan ini:

Before sex: Men's thinking is cloudy and women's thinking is clear.
After sex: Men think clearly and women's thinking gets cloudy.


Lama saya berpikir kenapa ya di islam ga boleh pacaran...dan barangkali inilah salah satu jawabannya. Karena memang Allah sudah memberikan kita hawa nafsu dan dorongan seksual, dan hal itu belum tentu bisa dibendung 'hanya' dengan iman yang kuat.

Gimana kalau pacarannya ga ngapa-ngapain? Apalagi pacaran islami, yang saling memotivasi untuk kebaikan dan lebih dekat dengan Allah?

Tetep aja ga boleh! Coba baca hadits dibawah ini:

Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh, Umar bin Al-Khathab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu Karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya”. [Diriwayatkan oleh dua orang ahli hadits yaitu Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari (orang Bukhara) dan Abul Husain Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naisaburi di dalam kedua kitabnya yang paling shahih di antara semua kitab hadits. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907]

 
Bahkan, saya pernah membaca jika laki-laki mengimami perempuan yang bukan mahram, hukumya pun haram (dalam kondisi hanya berdua tanpa ada orang lain; dan tidak di masjid – maksudnya, jika kebetulan terjadi di masjid dimana banyak orang lain, sedangkan hanya mereka berdua yang sholat, itu diperbolehkan).

Makruh (tahrim) seorang laki-laki shalat mengimami seorang wanita yang bukan mahram. Berdasarkan hadis yang diriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda, ”Jangan sampai seorang lelaki berdua-duaan dengan seorang perempuan. Jika terjadi makhluk ketiganya adalah setan.” (al-Muhadzab, 1/183).

Kan, sholat berdua pacar aja haram, apalagi berdua-duaan buat yang lain? Astaghfirullah.

Pic from here
So, kita bisa menarik kesimpulan mengapa pacaran diharamkan dalam islam:

1. Adanya potensi melakukan hubungan seksual yang berujung pada ketidakjernihan hubungan itu sendiri (baik secara pemikiran, psikologis, dan perasaan); terlebih jika terjadi kehamilan yang tidak diinginkan. Cobalah pikir, begitu banyak ibu diluar sana yang menginginkan anak, eh disini ada yang dengan 'mudahnya' aborsi dan membunuh anak tidak berdosa.
2. Menjadikan seseorang sebagai motivasi beribadah, melebihi niatan kita beribadah untuk Allah. Padahal yang memberi kita hidup, kebahagiaan, rezeki – dan bahkan rasa cinta itu – siapa kalau bukan Allah? Kok kemudian kita tega mengkhianati Sang Maha Pengasih dan Penyayang?

Wew, sepertinya post saya kali ini sudah terlalu panjang. Semoga Allah menghindarkan saya dari bersuudzon terhadap 'pelaku' pacaran; sebenarnya saya pun mengamini hal-hal diatas justru karena saya berpengalaman dalam pacaran. Oleh karena saya tahu potensi mudhorot-nya yang jauh lebih besar daripada manfaatnya, I need to write this although some of you will disagree. Maka, satu lagi doa saya, semoga Allah membimbing kita untuk menerima kebenaran, meski pahit.

Salam,
Prima

Sumber: http://www.cnnindonesia.com/nasional/20141029111311-12-8642/tercatat-angka-aborsi-meningkat-di-perkotaan/

Tuesday, July 14, 2015

Iman Itu (Ternyata) Sederhana

“Ada tiga perkara yang barangsiapa dapat mengumpulkan ketiga hal itu dalam dirinya, maka ia telah dapat mengumpulkan keimanan secara sempurna. Yaitu, memperlakukan orang lain sebagaimana engkau suka dirimu diperlakukan oleh orang lain, memberi salam terhadap setiap orang (yang engkau kenal maupun yang tidak engkau kenal), dan mengeluarkan infak di jalan Allah, meskipun hanya sedikit.” (HR. Bukhari)

Konon kata Sudjiwo Tedjo, ibadah terbaik di muka bumi ini adalah 'membahagiakan sesama'. Saya rasa hal tersebut sangat benar. Bukankah kita sebagai muslim diajarkan untuk menjaga hablum minannas, agar sama maksimalnya dengan hablum minallah?

Ketika membaca hadits diatas, saya merasa lega karena ternyata iman itu sangat sederhana. Sholat dan mengaji siang-malam tentu saja sangat baik. Tapi ternyata Allah menciptakan kita sebagai makhluk sosial itu menjadikan suatu kewajiban tertentu, yaitu: berbuat baik.

Mengacu pada hadits diatas, parameter berbuat baik itu mudah kok. Kalau you ga suka digituin, ya you jangan begitu sama orang. Ga suka disirikin? Ya jangan sirik. Ga suka digosipin? Ya jangan nggosip (oke, ini sulit). Pada dasarnya, manusia itu bersifat egois kok – maunya dirinya enak duluan. Orang lain? Nanti dulu. Tapi kalau semua maunya begitu kan jadi repot. So, sering-seringlah bercermin. Bukan hanya sister yang 'berkepentingan' untuk bahagia hari ini. Mulailah dengan membahagiakan orang lain, supaya orang-orang yang lain lagi, turut bergantian membahagiakan sister.

Demikian pula dengan salam. Kapan-kapan saya akan menuliskan review buku Rindu oleh Tere Liye. Disitu digambarkan bahwa manusia itu sama rata, sama derajat. Terutama ketika islam datang, menghapuskan perbedaan, dan meninggikan harkat perempuan. Maka hakikat memberikan salam kepada setiap orang adalah memandang bahwa kita tidak lebih baik daripada orang lain. Cuma, sister jangan modus juga. Mumpung ada hadits gini, jadi tebar salam ke dedek-dedek emesh dimana-mana, hihihi.

Yang ketiga, ternyata ini cukup sulit lho. Mungkin kita terbiasa baru berinfak saat ada kelebihan rezeki. Padahal, yang memberi rezeki siapa? Exactly, Allah SWT. Maka biasakan berinfak saat lapang maupun sempit. Saat lapang, diniatkan untuk bersyukur. Saat sempit, diniatkan untuk menghapus dosa yang menahan rezeki.

See? I know it's easier said than done, even for myself. Makanya, yuk kita sama-sama saling mengingatkan :)

Salam,
Prima

Daftar Pustaka
Syaamil Al-Qur'an (Al-Qur'anulKarim): Miracle The Reference, Halaman 82
Penerbit: Sygma Publishing, Bandung

Monday, July 13, 2015

Sebaik-baik Harta...

“...adalah yang ada di tangan orang yang saleh.” (HR. Bukhari-Muslim)

...dan sebaik-baik kepribadian atau karakter seseorang, adalah yang tidak berubah setelah memiliki banyak harta: tetap rendah hati, tetap lurus, tetap beribadah kepada Allah, dan tetap dermawan.

Kalau sister baca buku Lapis-Lapis Keberkahan karangan Ustadz Salim A. Fillah, ada beberapa subbab yang membahas tentang (maaf kalau salah interpretasi) 'enaknya jadi orang miskin.' Kita semua tahu ketika kita meninggal nanti, salah satu pertanyaan paling menyeramkan dari malaikat adalah, 'dari mana kita mendapatkan harta kita, dan bagaimana kita menghabiskannya.' Matilah kita (lah kan memang sudah meninggal :p), kita kan ga bisa bawa buku-buku catatan pengeluaran dan berdus-dus struk pembelanjaan saat dikuburkan, hehe. Makanya, paling enak jadi orang miskin, terimanya sedikit, ngabisinnya juga ga banyak – cuma butuh waktu pendek buat jawab pertanyaan tersebut.

YA ENGGA GITU JUGA KEULEUS.

Jangan takut untuk jadi orang kaya, apalagi kalau udah dari sananya, sister sangat senang bersedekah. Wuih, tambah joss!

Seorang ustadzah pernah menyampaikan dalam suatu ceramah, Islam butuh banyak sekali dukungan untuk mengembalikan kejayaannya. Dan salah satu yang sangat dibutuhkan adalah dana. Mari kita membahas hal-hal kecil. Jika seorang muslim cukup kaya, ia bisa membeli mobil ambulans dan menyediakan layanan gratis untuk orang tidak mampu. Jika seorang muslim cukup kaya, ia bisa membeli sepetak tanah dan mendirikan sebuah masjid atau taman kanak-kanak islam. Jika seorang muslim cukup kaya, ah saya tersenyum betapa dunia bisa jadi lebih baik.

Bahkan jika seorang muslim hanya punya uang dua puluh ribu, ia bisa membeli sepasang sandal jepit untuk diletakkan di masjid terdekat. Bahkan jika seorang muslim hanya punya uang lima puluh ribu, ia bisa membawakan takjil dan buka puasa untuk tetangganya yang miskin.

Bersedekah tidak perlu menunggu banyak, karena kadang yang sedikit pun mampu mencipta senyum dan doa pada yang diberi. Siapa tahu, justru dari yang sedikit itu, yang diberikan dengan penuh kehati-hatian karena itulah satu-satunya yang tertinggal di dompet, yang dapat memberikan berkah jangka panjang.

Salam,
Prima

Daftar Pustaka
@teladanrasul. 2014. Halaqah Cinta: Follow Your Prophet, Find Your True Love. Jakarta: QultumMedia

Friday, July 10, 2015

Have a Nice Dream!

“Apabila seseorang dari kalian bermimpi yang ia sukai, sesungguhnya itu berasal dari Allah. Maka hendaknya ia memuji Allah dan menceritakannya. Namun apabila ia melihat selain itu yang ia benci, sejatinya itu dari setan. Maka hendaknya ia memohon perlindungan kepada Allah dari keburukannya dan tidak mengungkapkannya pada siapapun. Sungguh, mimpi itu tidak membahayakannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ini lho sister, contoh kalau semakin banyak membaca, semakin kita sadar kalau pengetahuan kita ternyata sedikit sekali. Selama ini, saya hampir selalu menceritakan mimpi saya, baik atau buruk. Soalnya, beberapa tahun terakhir, saya selalu bermimpi setiap tidur (malam maupun siang). Biasa, namanya manusia lemah imannya, kadang saya mencari-cari arti mimpi saya, sampai capek sendiri karena setiap hari mimpi dan SELALU ingat. Beberapa mimpi saya di tahun-tahun yang lalu masih bisa saya ingat sampai sekarang. Serem kan? Mending kalau mimpinya nikah sama mas Pangeran Dubai, ini... ah too scary to be told deh.

Saya sempat cari pertolongan kemana-mana (belum ke Klinik Tong Fang sih.. errr..), googling gimana caranya supaya ga bermimpi; sampai Ika, salah satu teman blogger pernah bilang kalau mimpi itu tanda kejeniusan seseorang. Maaf ya kalau salah informasi, tapi kalau ga salah waktu itu saya baca, kalau kita bisa mengendalikan yang terjadi dalam mimpi, artinya sebenarnya kita ini kreatif di kehidupan nyata. And you know what? I can do it! Kalau ada orang yang muncul dalam mimpi saya dan dia bersepatu hijau, saya bisa mengganti sepatunya jadi warna biru! Keren atau tambah serem? Jangankan sister, saya aja serem sendiri.

Tenang aja, saya selalu baca doa sebelum tidur, ayat kursi, kadang Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas. Menghitung keluarga Shaun the Sheep (#krik) saya ganti dengan istighfar. Menit-menit menjelang tidur jadi waktu yang mencekam karena saya tak tahu apa yang akan terjadi dalam mimpi saya... Hingga suatu masa, saya bilang ke mama, “aku bingung, aku ini capek, tapi kalau tidur mimpinya gitu, makin capek. Aku tuh ga bisa diginiin..” #mewek #deramah

Konon sih ada beberapa faktor yang menyebabkan hal ini, misalnya karena memang kecapekan di dunia nyata, atau makan besar sebelum tidur. Atau hmmm, masih ada masalah yang belum diselesaikan dan terbawa ke alam bawah sadar. Kalau yang terakhir, semakin kesel saya karena saya tahu beberapa masalah itu susah banget untuk diselesaikan. Argh.

Belum lagi kalau saya mimpiin sesuatu terjadi sama orang lain, yang juga cukup sering terjadi. Dan kalau ga saya ceritain, eeeh kejadian beneran. Terakhir kali mimpi 'kejadian besar' tentang seorang sahabat, saya menceritakan kepadanya, dan jelas aja dia ga percaya. Untungnya, sampai sekarang mimpi tersebut belum terjadi. Semoga jangan, ya Allah. Please please please.

Kembali ke hadits diatas, alhamdulillah saya jadi agak tenang. Terutama dengan kalimat terakhir, “sungguh, mimpi itu tidak membahayakannya”. Sementara saya ingin sekali meyakini bahwa mimpi hanyalah bunga tidur, saya pun tetap berjaga-jaga jika sewaktu-waktu mimpi bisa menjadi sebuah 'pertanda'.

So... ada yang punya saran buat saya?

(Hopefully) sweet dream tonight,
Prima

Daftar Pustaka
Kunnah, Mu'awiyah Abdurrahim dan Abdullah bin Jarullah Al-Jarullah. 2011. Kiat Tidur Sehat dan Berpahala: Bagaimana agar Tidur Anda Berbuah Pahala dan Menyehatkan Jiwa-Raga. Solo: Kiswah Media

Thursday, July 9, 2015

The Pauper

Kesengsaraan yang paling sengsara ialah miskin di dunia dan disiksa di akhirat (HR. Athabrani dan Asysyihaab) 

Kalau sister pernah datang ke pertemuan MLM, salah satu 'promosi' mereka biasanya begini, “Kalau kita terlahir miskin, itu bukan salah kita. Tapi kalau kita meninggal dalam keadaan miskin, itu salah kita.”

Somehow saya setuju dengan hal ini. Tetapi, jangan lupa bahwa yang namanya roda kehidupan itu kadang diatas, kadang dibawah. Kadang, dibawah terus.. Hehehe, kok kesannya pesimis gitu. Masalahnya, sekeras apapun kerja kita, kalau memang Allah tidak hendak memberikan rezeki kepada kita, mau apa? Mau marah-marah sama Allah?

The thing is, kadang manusia lupa kalau rezeki tidak selalu berupa kekayaan materi. Anak sholeh, ketenangan batin, macem-macem deh. Klise? Iya. Bukannya kalau kita kaya, kita akan bisa membantu lebih banyak orang? InsyaAllah saya mengamini hal ini, dan saya juga percaya insan terbaik adalah insan yang lebih sering memberi daripada meminta.

Hanya saja, kadang kita tidak memahami bahwa karunia Allah tidak selalu sesuai dengan apa yang kita bayangkan. Saya pernah baca suatu kisah, tapi lupa dari buku apa..
Suatu waktu, seorang sahabat bertanya pada Rasulullah, “Ya Rasul, patutkah saya merasa senang jika saya diuji dengan kekayaan dan perdagangan yang berhasil?” Rasulullah balik bertanya, “apakah semalam kamu mendirikan sholat malam?” “Tidak”, jawab sahabat. “Itulah ujianmu sesungguhnya.”

Paham ga, sister? Engga paham, ya? Huehehehe, gatau kenapa pas saya baca, saya trenyuh dan merasa malu. Ternyata, kesempatan untuk mendekatkan diri pada Allah merupakan sebuah 'rezeki' yang sangat besar. Ga heran makanya kenapa sholat dua rakaat sebelum sholat subuh lebih baik daripada dunia dan seisinya. Karena ketika kita bercengkrama dengan Sang Pencipta, we need nothing else.

Nah, kembali ke hadits diatas, saya juga pernah mendengar suatu kajian yang menyatakan bahwa kemiskinan adalah gerbang kekufuran dan kekafiran. Konon, yang miskin lebih mudah digoda dengan hal-hal yang menjauhkan diri dari agama. Tapi jangan syalah, yang kaya pun sebenarnya juga. Berapa banyak beban kerja yang membuat kita melewatkan waktu sholat? Berapa banyak pertemuan bisnis yang membuat kita lupa menghadiri majelis ilmu agama? Astaghfirullah..

Hadits diatas seolah-olah menjadi penghiburan untuk kita-kita yang keadaan finansialnya kurang stabil (saya juga kok :D). Meski sebenarnya, kalau yang miskin jangan sampai miskin juga di akhirat, apalagi yang kaya – 'haram' hukumnya jadi miskin di akhirat. Rugi bandar, gan! Ga malu apa sama duit bejibun yang udah dianugerahkan oleh Allah di dunia?

Semoga, kita bisa lebih cermat menentukan prioritas. Pinginnya sih bisa kaya dunia-akhirat ya, amiiin insyaAllah.

Salam,
Prima

Daftar Pustaka
Almath, Dr. Muhammad Faiz. 2000. 1100 Hadits Terpilih: Sinar Ajaran Muhammad. Jakarta: Gema Insani Press.

Wednesday, July 8, 2015

Balada Tas Hermes

Tidak ada iri hati kecuali terhadap dua perkara, yakni seorang yang diberi harta lalu dia belanjakan pada sasaran yang benar, dan seorang diberi Allah ilmu dan kebijaksanaan lalu dia melaksanakan dan mengajarkannya. (HR. Al Bukhari)

Cuma manusia sempurna yang ga pernah iri. Sayapun sering merasa iri pada teman-teman saya. Saya pernah nangis sebelum berangkat ke kantor karena saya iri sama teman masa kuliah yang gajinya tiga kali lipat daripada saya. Saya pernah kesel banget karena seorang teman bisa enak jalan-jalan ke Eropa tanpa terlihat harus kerja setengah mati seperti saya. Saya juga pernah sih, ngeliat update-an teman di Facebook dengan sirik, karena suaminya super ganteng, mapan, kayaknya perfect banget gitu. Bahkan saya juga pernah berhenti baca blog seseorang, karena saya pikir dia mencetak prestasi blogging-nya dengan cerita-cerita yang sensasional.

Astaghfirullah, dosa kamu banyak amat prim... *melipir

Anywaaay, beberapa cerita diatas totally fiktif, hanya supaya bisa kasih contoh betapa kadang kita (YES, sister juga, ngaku aja deh!) sering iri sama hal-hal yang remeh-temeh.

Tapi itu ga remeh prim? Itu #sikap!

No no, sister baca lagi deh hadits diatas. Jelas-jelas dinyatakan bahwa iri itu BOLEH, bahkan HARUS, tapi iri yang seperti apa? Iri yang mendekatkan diri kepada Allah. Kalau boleh suudzon (lagi), buat apa gaji gede, jalan-jalan ke Eropa, dan keluarga yang sempurna secara fisik; jika semuanya itu tidak membawa kasih sayang Allah ke kehidupan kita. Apa tandanya? Baca dengan hati deh, karena hati ga pernah bohong #ahsek #cieh

So, kalau masih iri karena seseorang bisa beli tas Hermes selusin (I know, I know it can be a problem for some people, even sometimes for me); lebih iri-lah pada mereka yang baik-baik saja dengan tas sekelas Three Rey tapi bisa bangun masjid dan panti asuhan.

Lah, kan yang tasnya Hermes juga udah mendonasikan sebagian besar kekayaannya?
Lah, kan yang bisa bangun masjid dan panti asuhan, kita ga tahu?

Yup, you are right, sister. Yang saya maksud, mari kita belajar mengubah motivasi. Pingin kaya boleh, tapi bukan semata-mata hanya karena pingin beli Hermes. Niatkan bahwa sebagian dari sedikit-banyak rezeki kita adalah untuk ummat, supaya hidup kita (di dunia dan di akhirat) menjadi lebih mudah. You must have know without I'm telling you, berapa banyak anak yang bisa kita sekolahkan dengan nominal uang yang sama dengan yang kita keluarkan untuk membeli sebuah tas? Sekali lagi, hati ga pernah bohong, sister.

Kalaupun duit kita udah kebanyakan sampai kita gatau harus 'membuangnya' kemana, percayalah di waktu yang sama kita pingin beli tas itu, ada seorang ibu di belahan dunia lain yang sedang meregang nyawa karena tidak punya uang untuk melahirkan di rumah sakit.

Kayaknya saya kelihatan makin sirik sama si tas ya, padahal apa salah Hermes coba? Hehehehehe.

Sama juga dengan ilmu, which I am experiencing myself at the moment. Sementara saya kembali bersekolah, saya jadi mudah iri dengan mereka yang lebih dulu berkiprah daripada saya, dengan penelitian dan inovasi mereka yang memudahkan hidup umat manusia. Yang terus-menerus menegaskan kepemimpinan manusia di muka bumi. Yang kerap membuat kita berdecak kagum, Maha Besar Allah dengan segala penciptaan-Nya.

It's a reflection, sister (← kata-kata favorit dosen saya, gatau maknanya apa :p). Terimalah sebagai wawasan baru, bahwa dibalik hal-hal duniawi yang dapat kita iri-in, ada hal-hal yang lebih substansial – yang bahkan kalau kita iri pada hal-hal itu, bukan tidak mungkin akan membawa pahala – something much bigger than just a bag. Yeee, balik lagi deh ke tas, mungkin saya harus beli KW-nya biar ga mati penasaran #eh

I hope you can accept this post with an open mind and an open heart. Kalau ada yang mau menyumbangkan dana beli tasnya, untuk sesuatu yang insyaAllah lebih meringankan sister di akhirat nanti, insyaAllah saya kenal beberapa yayasan yang akan menerimanya dengan senang hati; serta siap mendoakan sister sepanjang jalan.

Salam,
Prima

Daftar Pustaka
Almath, Dr. Muhammad Faiz. 2000. 1100 Hadits Terpilih: Sinar Ajaran Muhammad. Jakarta: Gema Insani Press.

Tuesday, July 7, 2015

Akhirnya Ramadhan (Akan) Berakhir Juga.....

#lho

Eits, jangan salah. Namanya juga lagi ikutan IHB Blog Post Challenge yang diselenggarakan oleh Indonesian Hijab Blogger (indonesian-hijabblogger.com), jadi isinya harus berbeza, biar dimenangin gitu maksudnya. Lol. Nah, sebaiknya sister baca post ini sampai selesai. Apalagi dengan judul yang cukup provokatif, saya khawatir sister suudzon duluan. Bahaya, kalau sister masih puasa (saya sedang engga, HIKS), bisa habis pahala puasa sister. Hehe.

Jadi, yang namanya Ramadhan itu idealnya ditunggu sama kita-kita yang (insyaAllah) beriman. Apalagi di bulan ini, pahala diobral habis-habisan; dosapun didiskon sampai 100%! Diskon 50%+20% di department store ternama ga ada apa-apanya deh.

Sayangnya, bagi beberapa muslim – dan kebetulan saya masuk di kelompok ini – ada hal-hal yang cukup 'mengganggu' kesempurnaan ibadah di bulan Ramadhan. Diantara hal-hal tersebut, ada yang substansial, tapi ada juga yang kadarnya biasa saja. Bagi saya, setidaknya ada 5 (lima) hal, yaitu:

1. Kurma
Kurma adalah buah selain sawo yang kalau ga kepepet abis, ga bakal saya makan. 'Celakanya', dua-tiga minggu sebelum memasuki bulan Ramadhan, berpak-pak kurma sudah ready bahkan di lapak-lapak pasar kesayangan ibu sister. 'Celakanya' lagi, meski di rumah keluarga saya bukan fans berat kurma – jadi jarang punya stok kurma berlebih – saya melihat buah ini disajikan dimana-mana. Di masjid-masjid, restoran-restoran, dan sebagainya. Nightmare. Untungnya, ya, untungnya, kurma bukan buah dengan aroma pekat seperti durian – yang saya benci setengah mati – jadi saya masih bisa bernapas lega.
Anyway, saya sadar kok kalau kurma adalah buah yang dianjurkan oleh Rasulullah, apalagi nutrisi dan gulanya sangat bagus untuk mengembalikan energi kita seusai seharian puasa. Tapi gimana ya sister, tetep aja saya ga suka. Kalau satu boleh deh, kalau dua ya ngunyahnya mulai lambat, tiga? Engga deh, makasih banyak. Mending saya makan pizza seloyang aja #yeee #dasar
atau sebaliknya, ada yang ngerasa begini? :p - pic from here

2. Undangan Buka Bersama 

Honestly, saya serba salah menghadapi masalah satu ini. Ada beberapa latar belakang yang mendasari hal ini. Satu, begitu buka puasa, saya tidak terbiasa langsung makan besar. Kalaupun makan nasi dan lain-lain, cuma bisa satu atau dua sendok. Saya lebih memilih untuk makan besar sesudah taraweh karena makan besar saat maghrib berpotensi bikin ngantuk pas taraweh. Sebaliknya, makan besar sesudah taraweh bikin semangat nyelesaiin 'tanggungan' ngaji hari itu. Jadi, kalau saya diajak bukber, saya paling banter bisa makan cemilan atau penganan kecil saja. Menyiksa banget kan yaaa.
Dua, acara buka bersama berpotensi banget jadi ngaret dan akhirnya ga taraweh deh. Sebenarnya bisa disikapi kalau semua pada datang tepat waktu sekitar tiga puluh menit sebelum adzan. Namanya juga rumah makan, saat melayani tamu berbuka, pesanan bisa lamaaa banget datengnya – kecuali resto fast food tentunya. So, saya masih bisa mengatur hal ini dengan syarat, dua puluh menit sebelum jam adzan isya', kita semua harus kelar. Atau, cari rumah makan yang bersebelahan dengan masjid. Sholat maghrib terjaga, sholat isya' dan taraweh otomatis teringatkan.
Tiga, dan yang paling penting, menit-menit menjelang berbuka adalah waktu dimana doa diijabahi. Ini yang pasti sulit banget. Namanya ngumpul sama teman atau keluarga kan buat bercengkrama. Apalagi kalau sudah pakai embel-embel reuni. Duh, mana ingat sama berdoa? Bisa-bisa yang keluar dari mulut adalah hosip A, B, C. Astaghfirullah.
Jadi, kalau ada yang ngerasain jadi teman saya dan saya susah diajakin buka bareng, harap maklum. Kecuali sister mengundang buka bareng di rumah sister, sekaligus taraweh di masjid dekat rumah, nah itu insyaAllah saya mau banget, hihihi.
Enggaaa, sister ga gini kok yaaa XD - pic from here

3. Bacaan Qur'an yang Diperdengarkan lewat Speaker Masjid
Ngomongin ini lebih miris lagi. Mau protes, kok kayaknya salah. Mau ga protes, tidur dan pekerjaan bisa terganggu. Mending kalau ngajinya syahdu seperti ustadz-ustadz dari Palestina (atau Fatih Seferagic, ehem); lah ini, ga jauh beda sama kumur-kumur. Belum lagi kalau semaleman, seperti yang terjadi di kampung saya di Jogja ini. Literally semaleman lho, dari sesudah taraweh sampai menjelang sahur. Kalau yang gampang molor mungkin ga masalah. Tapi tidak demikian dengan orang-orang seperti tante saya yang mudah terbangun. Baru seminggu pertama puasa tapi badan sudah seperti zombie gara-gara ga bisa tidur.
Apa sudah pernah berdiskusi dengan masjid setempat? Ya iyalah, tabayyun kan bahasa kerennya. Ngefek? Engga juga. Yang ada beberapa warga yang cukup berada malah ngungsi sementara waktu ke rumah mereka yang lain.
Untuk hal ini, sejujurnya saya ga begitu bermasalah dengan diri sendiri. Pakai earplug aja, masalah selesai. Tapi saya suka mikir perasaan tetangga yang non-muslim. Bahkan saya yang muslim tidak dapat menangkap makna dari bacaan Qur'an seperti itu; apalagi mereka? Toh mereka juga punya hak yang sama untuk beristirahat dan melakukan pekerjaannya (yang mungkin harus bekerja pada malam hari).
Kalau dengerin kamu ngaji seharian, adek rela bang.. #eaaa - pic from here

4. Belanja
Ketika saya kecil, mama selalu menjahitkan baju hari raya dari jauh-jauh hari. Ketika saya dan sepupu-sepupu beranjak remaja, nenek mengajak kami membeli keperluan hari raya beberapa hari sebelum puasa. Dulu sih alasannya supaya kami ga ngeluh kepanasan atau kecapekan lalu membatalkan puasa. Tapi beranjak dewasa, saya tahu itu ada benarnya juga.
Saya berhenti beli baju baru (yang khusus dipakai untuk hari raya) sejak beberapa tahun yang lalu, setelah keuangan keluarga kami memburuk. No more new dresses, we can just wear our best clothes. Tetapi ternyata kejadian juga sekitar dua atau ketiga tahun yang lalu, karena diluar rencana, sepatu cantik saya jebol dan baju yang sudah disiapkan adik kelunturan saat dicuci. Waktu itu, saya, mama, dan adik pergi ke sebuah plaza, lalu dilanjutkan ke ITC. Ya Allah, Ya Rahman, Ya Rahim; cukup sekali aku merasaaaaaaaaaaaaa~~~~~ Kedua tempat tersebut penuh sesak. Saya sudah memegang sepatu incaran dan hendak meminta ukuran yang sesuai ketika mbak-mbak SPG hanya berseliweran didepan saya; dan di tangan mereka sudah ada bertumpuk-tumpuk boks sepatu. Pun, ketika saya berhasil menarik perhatian salah satu dari mereka, saya harus menunggu hingga hampir setengah jam. Beli baju lebih parah lagi, antri fitting room bagaikan antri sembako. Menjelang jam berbuka, kami pun bergerak ke food court dan ternyata bahkan jauuuh lebih rame. Forget it, saya mending pakai sepatu mama dan meminjamkan salah satu baju ke adik daripada begini caranya. But the biggest question in my mind back then was, 'orang-orang ini ga puasa? Ga tadarus? Ga taraweh?'  Hmmm.
Hermione aja tahu..... :p - pic from here

5. Pertemuan Keluarga dan Pertanyaan “Kapan.....?” 

Sesaat sesudah saya lulus SMA, saya menyadari hidup saya berubah – terutama setiap hari raya Idul Fitri. Yes pemirsa, karena mbah-mbah dan pakde-bude mulai menyadari harus ada kalimat sapaan lain yang menggantikan perkataan “prima udah gede ya..” Alternatifnya jatuh pada pertanyaan “kapan.....?”; baik kapan kuliah, kapan lulus, kapan kerja, dan (EHEM!) kapan nikah. Yang lebih repot lagi, di keluarga besar ayah saya, nenek saya adalah anak nomer dua - mbah nomer satu sudah meninggal - dan saya cucu pertama di keluarga nenek saya. Jadi, ayah saya selalu bagian kasih sambutan pada pertemuan keluarga besar. Pernah sekali pertanyaan “kapan mantu, le” ke ayah saya itu samar terdengar karena ada sepupu saya yang mendapatkan beasiswa S2 di Taiwan. Thank you, dik Intan! Orang-orang jadi lebih tertarik membahasnya. Tapi hal itu hanya terjadi sekali saja, karena tahun berikutnya, dik Intan yang notabene cucu kedua sudah dilamar; sehingga kembali semuanya menatap ayah saya kasihan. Duh, sakitnya tuh disini. Beneran. Makanya, tahun lalu, saya memutuskan kabur dari pertemuan tersebut, untuk merayakan hari raya Idul Fitri bersama ibu saya di Lombok. Sayangnya, tahun ini saya kurang beruntung karena saya harus ikut pertemuan tersebut – AAAAAK SOMEBODY HELEP MEEEEE!
ada-ada aja memenya............ - pic from here

Lantas, apa yang bisa saya lakukan untuk menghalau kelima hal tersebut?
Tidak lain hanyalah..... mengandalkan kekuatan dari Allah SWT *pandangan menerawang jauh*

Tahun demi tahun, saya berusaha untuk sedikit 'egois' agar bisa memanfaatkan waktu Ramadhan sebaik-baiknya. Sayang banget lho, berapa hari aja sih Ramadhan kalau dibandingkan jumlah hari dalam setahun? Pun pada pertemuan keluarga, yaelah cuma setahun sekali ini prim, pasang muka tebal aja sambil banyak-banyak istighfar dalam dada. Pokoknya, jangan sampai kita 'mengizinkan' hal-hal kecil merusak perasaan positif kita selama bulan Ramadhan dan Hari Raya. Apalagi merugikan kita dunia-akhirat, seperti hadits dibawah ini..
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menaiki mimbar seraya berkata, “Amin! Amin! Amin!” Setelah itu Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pun ditanya, “Apa yang tadi engkau lakukan?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menjawab, “Jibril berkata kepadaku, ‘Mudah-mudahan Allah menghinakan seorang hamba yang telah memasuki Ramadhan tetapi dia tidak diampuni.’ Aku pun mengatakan, ‘Amin.’…”  (HR. Ibnu Khuzaimah di Shahih-nya, Ibnu Hibban di Shahih-nya dan yang lainnya. Hadits ini di-shahih-kan oleh Syaikh Al-Albani di Shahih At-Targhib wa At-Tarhib)

So, berhati-hati menjaga hati, sister. Di sisa-sisa hari yang tinggal sedikit ini, perbanyak istighfar, berdoa, bersedekah, mengaji, i'tikaf, bersilaturrahim dengan baik dan benar - pokoknya usahakan untuk 'menghabiskan' energi kita pada hal-hal yang insyaAllah mendekatkan diri kita pada ridho-Nya. Kalau mau nambah inspirasi, monggo baca #1Hari1Masjid yang saya selenggarakan pada Ramadhan tahun lalu; dan #1Hari1Hadits untuk Ramadhan tahun ini. Semoga, semoga, amal-ibadah kita selama Ramadhan tahun ini diterima; dan dosa kita diampuni oleh-Nya. 

Keep calm and happy fasting,
Prima 



Monday, July 6, 2015

Gendut vs Ibadah

“Yang paling aku khawatirkan (terjadi) pada umatku adalah perut gendut, banyak tidur, malas dan lemah keyakinan.” (HR. Daruquthni)

Buat yang kenal dan pernah ketemu saya – minimal pernah nonton video saya – pasti tahu kalau badan saya jauh dari kriteria langsing. Bahkan kata 'semampai' buat saya artinya '(satu) setengah meter tak sampai' #BoongDeng #SayaSatuSetengahMeterLebihDikiiit #TetepAja -_______-

Akhir-akhir ini, saya mulai khawatir lagi dengan berat badan yang semakin tak terkontrol. Soalnya, sejak mulai kuliah S2, yang namanya buka buku = buka toples cemilan. Udah berusaha diganti buah, tapi tetep aja, saya bisa makan tiga buah apel ukuran kecil hanya dalam beberapa menit. Rasanya bukan hanya kemampuan berpikir saja yang meningkat, tapi juga kemampuan mengunyah. *nangis di pojokan*

Mama dan tante tahu betul saya terobsesi dengan 'menjadi kurus' meski pada kenyataannya hal tersebut hanya wacana. Mama malah tidak mendukung sama sekali dengan mengatakan energi saya sedang terkuras habis karena belajar, jadi makan dan nyemil malah dianjurkan. Tante apalagi, di rumah selalu ada susu, keju, jus buah, dan segudang cemilan lainnya. Saya sih pernah menonton BBC Knowledge, dimana sedang dibahas sebuah fakta bahwa otak menghabiskan sekitar 20% dari total energi. No wonder you can be so tired after accomplishing a day full of classes.

Masalahnya, saya pingin banget menurunkan berat badan karena saya tahu kegemukan (seringnya) berbanding lurus dengan kemalasan. Badan segede gini aja udah berat dibawa jogging, apalagi kalau lebih besar lagi? Honestly, saya juga takut banget kalau semakin gemuk saya, semakin berat untuk mengerjakan sholat. Perut segini aja udah sakit kalau duduk diantara dua sujud, apalagi kalau lipatannya lebih banyak lagi?

Post ini tentu saja tidak bisa digunakan untuk melakukan generalisasi. Adik saya yang masih SMP badannya sebesar saya, dengan tinggi yang sedikit lebih pendek daripada saya; tapi dia masih sering bersepeda. Mungkin karena nafsu makannya aja yang agak susah dikendalikan. Tapi justru itu, kalau dia aja masih semangat, saya yang 'baru segini' harusnya lebih semangat.

Makanya, saya lagi rajin skipping, pagi DAN sore. Jogging juga perlahan-lahan ditingkatkan durasinya, ditambah pakai jaket tebal segala biar keringatnya banyak. Hahahahaha. Terus sekarang jadi agak menjauh sama dapur. Kalau buka magic jar pelan-pelan, dan mencamkan pada diri sendiri, “Segini cukup! Segini kenyang!” Yang paling heboh, kalau dulu panggilan saya di rumah adalah 'paus mini', sekarang saya minta diganti 'jerapah mini'. Ya Allah, mau langsing aja ngerepotin orang banyak, prim? :)))

Mensana in corporesano.
 
Dan saya tentu berharap, dalam tubuh yang fit, ada iman yang semakin meningkat dan ibadah yang semakin membaik.

AMIN!

Doakan saya ya :)

Love,
Prima

Daftar Pustaka 

Kunnah, Mu'awiyah Abdurrahim dan Abdullah bin Jarullah Al-Jarullah. 2011. Kiat Tidur Sehat dan Berpahala: Bagaimana agar Tidur Anda Berbuah Pahala dan Menyehatkan Jiwa-Raga. Solo: Kiswah Media

Sunday, July 5, 2015

100,000 Views, Alhamdulillah!

Ali r.a. Berkata, “Hendaklah kamu menasehati orang lain sesuai kemampuan mereka. Adakah kamu semua senang sekiranya Allah dan Rasul-Nya itu didustakan sebab kurangnya pengertian yang ada pada mereka itu?” (HR. Bukhari)

First thing first, apa kabar semuaaaaa? Sudah khatam Al-Qur'an berapa kali nih? ;)
I'm back again, setelah kemarin tersiksa jiwa dan raga karena UAS, ngeliat laptop tuh jadi males banget.. Yah, walaupun tetep ngetik barang satu-dua paragraf, tapi tidak ada minat untuk menyalakan koneksi internet dan nge-post. Haha. 

Anyway, syukur alhamdulillah, blog saya yang masih amburadul disana-sini ini, sudah mencapai 100,000 views. Pencapaian yang teramat luar biasa untuk blogger sekelas saya, saya mah apa atuh, butchiran dhebu. Hihihi. Sebenarnya tadinya saya sempat menargetkan kalau 100,000 views itu bisa saya dapatkan setelah satu tahun nge-blog, ternyata meleset jauh karena faktor-faktor seperti kurang promosi, tulisannya kurang happening, dan sebagainya. Tapi gapapa, karena seseorang pernah bilang ke saya, “don't focus on having great blog. Focus on having a blog that's great for your readers – Brian Clark” (thank you kak Nissa! ;))”

Saya sudah sangaaaaaaaaaaaaaaat bahagia kalau ada yang baca, apalagi komen dan bilang kalau post-nya sesuai dengan apa yang dia alami atau rasakan. Just. Enough. Buat saya, yang paling penting dari apapun yang saya kerjakan; mau itu something that I say or something that I do – menjadi penghapus dosa dan penambah amal saya. Demikian juga dengan blog saya ini.

Saya juga sangat-sangat bahagia, melihat rekan nge-blog saya makin lama makin berkembang dengan blog mereka masing-masing. Ada Ocha, Ika, mbak Ika, Fira, sepupu saya Intan, dan masih banyak lagi yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu; terutama dari tiga komunitas blogger yang saya tahu: Kancut Keblenger, Kumpulan Emak Blogger, dan Indonesian Hijab Blogger. I do believe we inspire each other :)

Saya sih berharap, makin banyak blogger yang menyasar konten dakwah di masa depan. Bukan semata karena kepingin kelihatan religius – atau keren – atau keren dan religius – bukan, bukan sama sekali. Tapi saya ingat beberapa hari yang lalu, seorang kenalan yang juga blogger, namanya mbak Dessy, nge-tweet sesuatu yang intinya seperti ini, “kalau memang punya ilmu agama dan ga mau dibagiin, gapapa juga.. tapi ntar masuk surga, ajak-ajak ya.”

Nah, blogger dengan konten dakwah dan inspiratif tidak otomatis memiliki perilaku yang 'lurus' dibandingkan blogger yang kontennya 'semacam have fun' doang. Tapi sebenarnya, bukankah inti dari blogging itu sendiri adalah berbagi? Kebetulan yang bisa dibagi adalah ayat Al-Qur'an atau hadits yang baru dibaca; atau isi kajian yang baru dihadiri; ya alhamdulillah kan..

Ketika melihat hadits diatas, saya jadi makin semangat membagikan kalam Allah lewat blog. Menurut saya, di zaman serba cepat dan aktivitas serba padat ini, tidak semua orang mampu dan mungkin meluangkan waktu untuk menghadiri kajian. Jangan suudzon dulu; mungkin memang kesempatannya belum cocok – ketika dianya ada waktu, eh lagi ga ada kajian yang bisa dihadiri. Seperti itu.. Saya juga sering mengalaminya kok.

That's why kita sangat membutuhkan blog yang merangkum pesan-pesan yang dapat mengingatkan kita untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Apalagi kalau blogger-nya sama-sama perempuan, dan seumuran (saya seumuran sama Ika dan Fira lho, berapa sih? 20-an kan? Ya lebih-lebih dikit lah :p); disitu bahasanya bisa klik, insyaAllah.

Tentu saja blog hanyalah permulaan, yang sebenarnya justru berfungsi sebagai penggerak seseorang untuk membaca Al-Qur'an dan kumpulan hadits yang sesungguhnya. Misal kita baca blognya Febrianti Almeera, terus disitu dia mencatut sebuah ayat Al-Qur'an, baiknya kita buka Al-Qur'an beneran juga dong. Jadi bisa sama-sama mengonfirmasi pemahaman masing-masing.

MasyaAllah, indahnya sebuah hobi yang tadinya kita pikir cuma happy-happy aja, ternyata bisa jadi pembuka jalan kita ke surga. Amiiin insyaAllah.

Keep writing then!

Lots of love,
Prima

Daftar Pustaka
Syaamil Al-Qur'an (Al-Qur'anulKarim): Miracle The Reference, Halaman 146
Penerbit: Sygma Publishing, Bandung

Thursday, June 25, 2015

Hadits untuk Ibu (4)

“Didiklah anak-anakmu dengan tiga perkara: mencintai nabimu, mencintai keluarga nabi dan membaca Al-Qur'an.” (HR. Ath-Thabrani)

Sister yang sudah menyimak hadits sejak senin kemarin, pada merhatiin daftar pustaka ga nih? Saya menyengajakan baca buku ini karena ingin membagikan pelajarannya kepada sister. Semoga pahala dilimpahkan kepada bapak penulis, amiiin insyaAllah.

Sebelum memasuki pelajarannya – cieh – saya mau share sedikit pengalaman nih. Beberapa hari yang lalu, saya pergi ke mall dan disana sedang ada event kompetisi menyanyi untuk anak-anak. Duileh kecil-kecil nyanyinya pada lagu orang gede; bahkan ada anak hampir remaja yang nyanyi lagu Cinta Sejati-nya BCL! Di waktu yang sama, ada satu keluarga yang lewat disamping panggung. Keluarga biasa: bapak, ibu, anak laki-laki dan anak perempuan. Yang berbeda, ibunya bercadar, dan anak perempuannya berkerudung lebar. Tebak siapa yang jadi pusat perhatian? Yes, keluarga biasa tersebut.

Saya tahu, diluar sana, mulai banyak orang tua yang bangga jika anaknya bisa jadi hafidz. Alhamdulillah, allahu akbar. Tapi saya juga tahu, hal itu masih sangat kecil presentasenya dibandingkan ibu yang dandanin anaknya dengan rok mini dan sepatu berhak tinggi warna pink, lengkap dengan lipstik merah tebal dan bulu mata palsu. HELLO?! Sedihnya, saya juga mengalami masa kecil seperti itu, sister. Untung kemudian saya masuk SD islam dan saya mulai malu kalau mengenakan backless dress (ya Allah, kecil-kecil udah seksi bener, prim?).

Silahkan mempertimbangkan bagaimana kita akan mendidik anak kita, tapi satu pelajaran ini, insyaAllah akan tetap berguna – because it's never too early to introduce our kids to his/her Creator.

Jadi, menurut buku ini, janin dalam kandungan sudah bisa diajarkan untuk menyimak Al-Qur'an sejak berumur 18 minggu atau memasuki bulan kelima. Metode mengajarkan Al-Qur'an ini ternyata bisa mempererat hubungan suami-istri juga, karena peran ayah sangat dibutuhkan.

Begini caranya:
a. Ibu duduk atau tidur dalam posisi yang enak.
b. Temukan posisi kepala bayi di kandungan ibunya.
c. Ayah atau ibu memulai dengan mengucapkan salam dan mengatakan, “nak, ayo belajar”.
d. Mengawali dengan menyebut “Allah” dan “Muhammad”, sebanyak tiga kali, diulang beberapa kai dalam sehari.
e. Perlahan-lahan ditingkatkan dengan membacakan Al-Fatihah, surat-surat pendek seperti Al-Ikhlas, Al-Falaq, An-Naas, dan lain-lain. Ayah juga bisa menambah dengan sering-sering melantunkan adzan dan iqomah; serta kalimat thoyyibah (subhanallah, alhamdulillah, allahu akbar, dan seterusnya).
f. Kedua orang tua juga dianjurkan melafalkan doa sehari-hari dengan jelas, seperti doa sebelum dan sesudah makan, doa untuk orang tua, dan sebagainya.
g. Ibu dan ayah bisa bergantian membaca Al-Qur'an, terutama pada waktu-waktu sebelum ibu tidur.

Ketika anak lahir, langkah-langkah diatas bisa diaplikasikan juga, sedangkan (g) bisa dilakukan untuk menina-bobokkan si anak. MasyaAllah, indahnya sebuah rumah dimana lantunan Al-Qur'an selalu menghiasi.

Jadi, siapa yang mau memberikan pendidikan Al-Qur'an untuk calon debay mulai hari ini? ;)

For all the great parents (or to-be),
Prima

Daftar Pustaka
A.Y., Mustofa. 2002. Panduan Mengajar Bayi Anda Membaca Al-Qur'an Sejak dalam Kandungan. Ambarawa: PGTQA

Wednesday, June 24, 2015

Hadits untuk Ibu (3)

“Sesungguhnya seseorang diangkat derajatnya di surga. Kemudian orang itu bertanya, 'Wahai Rabbku, dari manakah semua ini?' Allah berfirman, 'Berkat permohonan ampun (istighfar) anak-mu untukmu.'” (HR. Ahmad, Ibnu Majah, dan Baihaqi)

Buat saya, hadits ini so sweet banget.. Setiap dari kita pasti paham bahwa apapun yang kita lakukan untuk membahagiakan orang tua kita, tidak akan pernah bisa membalas yang telah mereka lakukan untuk kita. Maka dari itu, kesempatan 'terakhir' kita untuk menunjukkan bakti kepada orang tua adalah berusaha untuk 'menyelamatkan' mereka di akhirat nanti. Caranya? Yang laki-laki jadilah imam keluarga yang bersungguh-sungguh, yang perempuan jadilah istri sholehah. InsyaAllah hal tersebut bisa memudahkan surga untuk kedua orang tua kita.

Sebaliknya, sebagai calon orang tua, hadits diatas menjadi jawaban mengapa 'berinvestasi' pada pendidikan agama anak kita sebaiknya dilakukan sesegera mungkin. Saya juga pernah dengar hadits tentang seorang anak yang menarik orangtuanya ke neraka, karena semasa hidup, orang tua tersebut tidak pernah memberikan pendidikan agama kepada si anak. Naudzubillah.

So, pilihan ada di tangan sister dan suami sekarang. Saya haqqul yakin, sister pasti ingin memiliki anak-anak yang sholeh/sholehah; yang pandai mendoakan orangtuanya, dan menjadi penyejuk hati – di dunia dan di akhirat. Semoga, Allah memberi kekuatan untuk mendidik mereka :)

For all the great parents (or to-be),
Prima

Daftar Pustaka

A.Y., Mustofa. 2002. Panduan Mengajar Bayi Anda Membaca Al-Qur'an Sejak dalam Kandungan. Ambarawa: PGTQA

Tuesday, June 23, 2015

Hadits untuk Ibu (2)

“Demi Zat yang jiwaku dalam genggaman-Nya, bahwa sesungguhnya anak yang mati karena keguguran itu akan menarik ibunya masuk ke dalam surga dengan tali pusarnya, apabila ibunya pasrah (kepada Allah).” (HR Ibnu Majah dan Ahmad)

Melanjutkan bahasan kemarin, saya tahu ada beberapa kawan saya yang mendapatkan ujian ini. Bahkan ibu saya juga pernah mengalaminya, tapi alhamdulillah sesudah kejadian itu, saya diberi rezeki - tidak hanya satu atau dua, tapi tiga orang adik yang lucu-lucu. Ada yang udah punya pacar pula, kakaknya kapan yak. #eaaa

Saya pernah mendengar beberapa cerita tentang kisah keguguran, yang katanya-katanya gitu deh. Wallahu a'lam, kebenaran hanya milik Allah semata. Satu yang saya yakini, sebenarnya kita tidak pernah memiliki apa-apa kok, bahkan anak yang kita pikir milik kita pun, bukankan sebenarnya mereka adalah titipan Allah? Jadi kalau titipannya itu diambil lagi, ada dua kemungkinan: menurut Allah kita belum siap untuk dititipi, atau menurut Allah kita pantas mendapat titipan yang lebih baik. Kita termasuk yang mana? Entahlah, tetapi tawakkal dan memperbaiki ibadah (berdua, suami dan istri) insyaAllah adalah usaha yang lebih baik daripada mengutuk keadaan :)

Hugs,
Prima

Daftar Pustaka
A.Y., Mustofa. 2002. Panduan Mengajar Bayi Anda Membaca Al-Qur'an Sejak dalam Kandungan. Ambarawa: PGTQA

Catatan: ketika saya menulis blog post ini, saya sendiri merasa sedih dan sakit... Tapi saya tidak akan berbohong, dengan mengatakan bahwa saya bisa merasakannya karena memang tidak pernah (semoga pun tidak akan pernah). I know it is easier said than done, all I can do is just pray semoga Allah memberi sister kesabaran dan menggantikannya dengan yang lebih baik :)

Monday, June 22, 2015

Hadits untuk Ibu (1)

“Sesungguhnya bagi wanita yang mengandung hingga melahirkan dan menyapih, ada pahala, seperti halnya orang terdampar fi sabilillah. Apabila ia mati pada masa diantara itu, maka baginya pahala orang yang mati syahid.” (HR. Ibnu Hajar)

Assalamu'alaikum sister, gimana puasa di hari-hari pertama?
InsyaAllah lancar jaya dong, kan 'tangki' semangat masih penuh. Semoga semangatnya penuh terus sampai hari terakhir ya, amiiin.

Anyway, di lingkungan terdekat saya, kayaknya lagi 'nge-tren' tunangan-menikah-hamil-melahirkan. Alhamdulillah, senang mendengarnya, semoga barokah ya teman-teman.. Niatkan untuk ibadah, mencari ridho Allah, agar ikhlas dengan segala konsekuensinya, baik yang enak maupun yang agak ngerepotin. Hihi.

Untuk menambah semangat sister, terutama yang sedang berjuang dalam membesarkan calon-calon mujahid dan mujahidah, minggu ini saya akan bahas beberapa hadits yang berhubungan dengan ibu dan anak. Harapan saya, semoga bisa menginspirasi sister untuk mempersiapkan pendidikan dan pelatihan agama sejak dini, bahkan sejak dalam masa kandungan.

Let me start with the hadits above. MasyaAllah, how lucky you all who have the chance to be a mother. Kalau dulu para sahabat harus meregang nyawa di kancah peperangan, sister bisa mendapatkan pahala yang setara 'hanya' dengan mengandung, melahirkan, menyusui, dan menyapih. Betapa luar biasanya keistimewaan yang Allah berikan.

Meski demikian, saya tahu ada banyak sekali sister yang merasa kurang sempurna karena mungkin saat ini belum berhasil menyusui anaknya. Berbesar hatilah, Allah tidak akan memberikan sesuatu tanpa penawar. Tetap tenang dan bersabar, karena saya pernah dengar, semakin sister ngerasa stres, malah semakin sulit untuk menyusui. Seriously, saya pernah mengunjungi teman mama yang berprofesi sebagai bidan, dan beliau sedang menenangkan pasiennya yang tidak bisa menyusui saking stres-nya. Relax and positive thinking while keep doing what you have to do, such as minum suplemen, dan lain-lain (saya ga tahu apa lagi yang bisa dilakukan, anyone?).

Seorang ibu tetaplah seorang ibu; meski barangkali ia tidak diizinkan oleh Allah untuk menyusui, atau bahkan ketika ia tidak diberi kesempatan untuk melahirkan atau membesarkan anaknya. Tetaplah berprasangka baik kepada Allah, karena despite every obstacles that you are facing, remember that this blog post is written by a single woman #lhah #MaksudNganaPrim #MaksudnyaMenghibur :)))

For every great mother (and to-be),
Prima

Daftar Pustaka
A.Y., Mustofa. 2002. Panduan Mengajar Bayi Anda Membaca Al-Qur'an Sejak dalam Kandungan. Ambarawa: PGTQA

Sunday, June 21, 2015

Yang Sedang-sedang Saja

"Laksanakan ibadah sesuai kemampuanmu. Jangan membiasakan ibadah lalu meninggalkannya." (HR. Addailami)

Menurut buku, hadits diatas memang diperuntukkan untuk ibadah-ibadah sunnah. Nah, saya punya cerita yang berhubungan dengan hadits diatas nih..

Beberapa teman terdekat saya tahu kalau sejak dua bulan yang lalu, saya mencoba puasa Daud. Awalnya saya pingin agak kurusan gitu, hihihi. Kata tante saya, almarhum om saya turun berat badan sebanyak enam kilo setelah melakukan puasa daud selama empat bulan. I know, I know, such a wrong motivation. Tapi kemudian saya pikir ah, anggap aja latihan puasa Ramadhan. Anggap aja percobaan, toh namanya juga sunnah.

Sebelumnya, saya bertanya pada seorang teman yang saya anggap lebih senior. Gini dialognya:

Saya: mbak, kalau puasa Daud itu sampai berapa lama ya? (berapa hari, atau bulan maksud saya)
Dia: seumur hidup dek.
Saya: what?!

Entah kenapa yang ada di bayangan saya tuh pernikahan, komitmen seumur hidup. Hahahahaha. Tapi berhubung tekad sudah bulat, cus deh mulai di hari senin berikutnya.

Ternyata, bulan pertama lancar sister. Mungkin karena masih semangat, jadi biasa aja, ya kayak puasa biasa gitu lho. Eh, sesudah istirahat karena tanggal merah (yang perempuan tahu dong), it was so hard to start again. Kebetulan saya sempat tidak puasa beberapa hari karena proses penyembuhan pasca operasi gigi geraham, tapi ketika saya mulai lagi di hari senin, ya Allah pingin nangis rasanya hati ini.. Kenapa guweh puasa sementara teman-teman sekelas bisa makan siang bareng ya Allah... Ah elah, lebay deh prim. Tapi sedih. Tapi lebay. Huhuhu.

Sayangnya, kali ini tidak sampai penuh sebulan, saya harus berhenti puasa Daud karena kesehatan menurun. Tanda-tanda tanggal merah lagi nih, dan ketika selesai, tidak sampai seminggu kita memasuki bulan Ramadhan.

I was actually happy to have some classmates who motivate me. Kami saling menyemangati apalagi kalau lagi sama-sama puasa (mereka puasa senin-kamis), tapi benar kata si teman senior itu, 'kalau sekali berhenti bukan karena alasan syar'i, akan sulit mulai lagi..'

Well, lesson learned is... it is totally right to try another method to get closer to Allah. Asal jangan memulainya dengan niat yang salah, dan jangan 'angin-anginan'. Anyway, saya ga turun berat badan kok. Haha. But you know what, sebenarnya puasa Daud mengajarkan saya arti 'cukup' atau 'qona'ah'. Bahkan setelah hari ini saya seharian ga makan, saya biasa aja kok besoknya. Ngemil ya ngemil, makan ya makan. Bukan kemudian 'ah mumpung hari ini waktunya ga puasa, puas-puasin makan nasi sebakul, minum susu segentong' :))) That's why saya jadi benar-benar heran sama koruptor, buat apa coba uangnya? Mungkin mereka harus mencoba puasa Daud supaya merasa 'kenyang' dengan penghasilan resmi mereka.

Lalu, apa saya 'menyesal' telah mencoba puasa Daud? Not at all, saya berdoa semoga puasa Ramadhan membantu saya terbiasa dengan puasa Daud, so saya bisa mulai (puasa Daud) lagi sesegera mungkin, amiiin insyaAllah.

Salam,
Prima

Daftar Pustaka

Almath, Dr. Muhammad Faiz. 2000. 1100 Hadits Terpilih: Sinar Ajaran Muhammad. Jakarta: Gema Insani Press.

Saturday, June 20, 2015

Prinsip

"Janganlah kamu menjadi orang yang 'ikut-ikutan' dengan mengatakan kalau orang lain berbuat kebaikan, kami pun akan berbuat baik dan kalau mereka berbuat zalim kami pun akan berbuat zalim. Tetapi teguhkanlah dirimu dengan berprinsip, kalau orang lain berbuat kebaikan kami berbuat kebaikan  pula dan kalau orang lain berbuat kejahatan kami tidak akan melakukannya." (HR. Attirmidzi)

Jaman sekarang ini, makin banyak aja orang yang ga punya prinsip alias hobi ikut-ikutan, terlebih lagi remaja yang masih mencari jati diri. Temannya nge-mall, dia ikut. Temannya traveling, dia ikut. Temannya clubbing, dia ikut. Nah, terus kalau ke penjara dan neraka gimana, mau ikut juga? Naudzubillah.

Beberapa hari yang lalu, saya ngobrol sama teman sekelas karena kami melihat seorang mahasiswi merokok di kantin. Sebenarnya sih kami tidak ingin terlalu menyoroti 'perempuan'-nya, kok kayaknya seksis banget. Masalah merokok adalah perbuatan yang buruk (jelas! Merusak kesehatan diri sendiri dan orang lain) tidak ada hubungannya dengan jenis kelamin. Dampaknya sama-sama buruk, baik bagi perempuan maupun laki-laki.

But, seeing her, we concluded that some people are trying hard to look cool. Then one of my friend popped up the question, “is smoking cool?”

Kami saling memandangi satu sama lain. Iya juga ya. Daripada merokok, berbagai aktivitas jauh lebih baik. Makan permen karet aja dikabarkan bisa menurunkan berat badan (katanya...). Apalagi aktivitas-aktivitas seperti berolahraga, bercocok tanam, membaca buku, sholat Dhuha; banyak banget deh aktivitas seru untuk menggantikan kebiasaan merokok.

Kembali lagi ke hadits diatas, masalahnya kalau sudah 'ikut-ikutan' ya begitu. Kan karena banyak orang melakukannya, jadi terlihat 'biasa'. Kalau di ilmu sosial namanya norma yang socially accepted, meski ga selalu benar.

Merokok cuma contoh yang sangat kecil. Kalau kita ngobrolin tentang pacaran, perempuan mengenakan baju yang minim, dan hal-hal yang menjurus ke arah maksiat lainnya, lebih banyak lagi. Parahnya, we think it is okay because many people do it.

Tapi, kita patut berbangga hati karena pelan-pelan saudara/i kita berjuang untuk memberantas hal-hal yang buruk. Kutub (apa tuh? Baca disini), ODOJ, dan banyak lagi komunitas yang berusaha mempopulerkan ibadah. Buat saya mereka punya andil untuk mempromosikan bahwa  mendekatkan diri kepada Allah-pun bisa terlihat keren. Dan tidak hanya kelihatannya saja, karena ada misi utama dibalik itu: mengalihkan energi kita yang digunakan untuk memikirkan (dan melakukan) hal-hal buruk menjadi hal-hal baik. Pahala dapat, aktivitas yang berkualitas juga. Sekali mendayung, dua-tiga pulau terlampaui.

So, siapa yang mau belajar untuk punya prinsip diri yang kuat? ;)

Love,
Prima 

Daftar Pustaka
Almath, Dr. Muhammad Faiz. 2000. 1100 Hadits Terpilih: Sinar Ajaran Muhammad. Jakarta: Gema Insani Press.

Friday, June 19, 2015

Si Tukang Gosip

"Alangkah baiknya orang-orang yang sibuk meneliti aib diri mereka sendiri dengan tidak mengurusi (membicarakan) aib-aib orang lain." (HR. Adailami)

Biasanya orang yang hobinya ngurusin aib orang lain itu kurang piknik. Kayaknya adaaa aja yang salah sama orang lain, padahal kalau dia bercermin, niscaya dia bukanlah orang yang lebih baik.

Orang Indonesia pasti tahu pepatah: “kuman di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tak tampak.” Ya, kadang kita terlalu sibuk mengurusi kekurangan orang lain, sampai lupa kalau mungkin kita sendiri juga memiliki kekurangan tersebut, dan bahkan lebih banyak lagi.

Astaghfirullah.

Nah, beberapa bulan terakhir, karena saya kurang piknik #IyaDeh – saya terjebak dalam suatu perasaan seperti yang digambarkan di hadits diatas. Sayangnya saya terlalu angkuh untuk mengakui kalau saya kurang piknik (sebut aja terus...), dan saya terlalu pengecut untuk meminta maaf. Keadaan ini diperparah dengan keadaan, saya merasa bahwa aibnya pantas untuk 'diteliti'. Tanpa sadar, saya lupa kalau keadaan menjadi terbalik, saya juga tidak mungkin baik-baik saja kalau aib saya diurusi orang lain. Hel-lo, situ oke?

Padahal, tahun lalu saya pernah mengingat-ingat sebuah doa, yang (kalau ga salah) dianjurkan oleh seorang ustadz saat melihat keburukan yang dilakukan oleh orang lain. Doanya begini,
“Ya Allah, ampuni dia dan ampuni aku. Jika dia lupa, maka ingatkanlah. Dan ingatkanlah aku juga Ya Allah, karena barangkali aku tidak lebih baik daripada dia. Tutuplah aibku, dan terimalah tobatku.”

Sulit? Banget.

Tapi kalau dicoba, kita ga pernah tahu. InsyaAllah, Allah memudahkan.

Lots of love,
Prima

Daftar Pustaka
Almath, Dr. Muhammad Faiz. 2000. 1100 Hadits Terpilih: Sinar Ajaran Muhammad. Jakarta: Gema Insani Press.

Thursday, June 18, 2015

Don't Lie

"Barangsiapa tidak dapat meninggalkan ucapan dan perbuatan dusta (waktu berpuasa) maka Allah tidak membutuhkan lapar dan hausnya." (HR. Al Bukhari)

Kalau sister mencanangkan target bahwa tahun ini puasa atau taraweh harus full (kecuali masa tanggal merah); hmmm boleh aja sih, tapi kayaknya kalau udah setua seumur kita gini, ya malu-maluin lah kalau puasa atau taraweh masih bolong, hehehe. Coba targetnya ditambahkan dengan: mengurangi perkataan yang tidak bermanfaat. 
 
Soalnya nih, hadits diatas sempat bikin saya sedih banget, sister. Gimana kalau selama ini puasa kita ga diterima 'hanya' karena kita tetap sering berbohong meski sedang berpuasa... Betapa meruginya kita :(

Saya pernah menuliskan di salah satu blog post (saya lupa yang mana), bahwa semakin bertambah usia kita, harusnya hakikat puasa bukan hanya lapar dan hausnya; melainkan apakah berpuasa itu dapat menjauhkan kita dari perbuatan dan perkataan yang tidak bermanfaat.

Kalau puasa iya, tapi barengan juga dengan nggosip, bohong ke mama, atau ngata-ngatain mbok asisten rumah tangga; ya sama aja seperti STMJ (sholat terus maksiat jalan). Meski, baiknya pun tidak meninggalkan sholat atau puasa karena berpikir bahwa amal ibadahnya tidak akan diterima, tetapi yang kurang-kurang diperbaiki sambil jalan.

InsyaAllah bisa, selamat menunaikan ibadah puasa :)

Salam,
Prima


Daftar Pustaka
Almath, Dr. Muhammad Faiz. 2000. 1100 Hadits Terpilih: Sinar Ajaran Muhammad. Jakarta: Gema Insani Press.

Friday, June 12, 2015

Ramadhan Sebentar Lagi

Assalamu'alaikum sister,
 
Sudah hari Jum'at ajaaaaa, artinya detik-detik menjelang deadline pengumpulan tugas UAS sudah didepan mataaa. KYAAAAA *masih heboh dari kemarin*

Ga kerasa, saya sudah berada di penghujung semester pertama, ya Allah ternyata saya kuat melewatinya.. Hahaha, lebay. Alhamdulillah, hari-hari sepanjang empat bulan ini juga diisi dengan ibadah yang menurut saya lebih sering daripada biasanya. Makin stres saya karena tugas, makin banyak ngajinya.. Pastinya juga karena lingkungan yang mendukung, how can I thank You for everything, Allah?

Liburan semester ini akan saya isi dengan bekerja di Jogja, meski saya berharap bisa sedikit leyeh-leyeh di Surabaya atau Malang, semoga ada waktu. Nah, sambil bekerja, supaya blog ini ga sepi-sepi amat, please welcome... #1Hari1Hadits selama bulan Ramadhan :)

Sama seperti #1Hari1Ayat, saya akan menuliskan 1 Hadits setiap harinya. Bedanya, dengan segala kerendahan hati, saya mohon maaf belum bisa mengajak sister berkontribusi karena: 1) hadits punya riwayat panjang tentang kesahihannya; 2) baru kepikiran sekarang, hehehehehe. Tapi saya tentu menghimbau sister untuk turut mengkaji dan mengamalkannya, karena Al-Qur'an dan Hadits adalah sesuatu hal yang saling melengkapi. Dan ketika kita menyatakan beriman kepada Rasul Allah, sangat penting untuk kita menyimak apa saja yang pernah Rasulullah sampaikan sepanjang hidupnya.

Perlu saya katakan sejak awal, setiap hadits memiliki sejarahnya masing-masing (tentang perawi, sumber, dan lain-lain), dan saya jelas tidak memiliki pengetahuan untuk menjelaskannya. Oleh karena itu, saya akan menyertakan sumber buku yang saya gunakan agar dapat digunakan sebagai sumber rujukan. Kalau ada yang kurang tepat pada tulisan saya, salahkan aja bukunya #lho

So, sambil berharap bahwa kita akan bertemu (secara virtual, di blog ini, hehe) pada tanggal 1 Ramadhan, yuk mempersiapkan diri secara fisik dan mental agar kita bisa beribadah secara optimal di bulan penuh rahmat ini ;)

Salam,
Prima
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...