Tuesday, August 14, 2018

Ubud Journal #8


Wow, is it even real? Minggu ini saya memasuki dua bulan tinggal di Ubud (sejak 17 Juni 2018), dan pada akhirnya saya harus ‘menerima kenyataan’. Maksudnya apa, Prim? Sejak awal tiba di sini pun saya sudah bersyukur, tapi sekarang saya lebih bisa legowo dan menerima apapun keadaannya. Hujan, panas – dinikmati. Jalanan macet karena upacara, makanan mahal karena ternyata restorannya ‘khusus’ bule, motor mogok karena motor sewaan kan jarang diservis… Ya gitu deh, sekarang senyumin aja deh. Alhamdulillah for everything~~~

Yang lebih Alhamdulillah lagi, minggu lalu saya mulai mengajar baca Alquran untuk beberapa orang di sini. Sempat malu dan takut mau nge-post di grup Facebook-nya para perantau, tapi terus Bismillah aja deh. Dan ternyata peminatnya banyak! Sekarang saya batasi 4 orang dulu, karena ada beberapa hal lain yang harus saya kerjakan. But I am truly happy, and it’s the kind of happiness that… I don’t know, I can only pray that it brings me closer to Allah, aamiin.

Setelah mengisi malam hari dengan mengajar Alquran, ostomastis pada akhir pekan saya sudah menggelepar bak ikan yang loncat dari akuarium. Tapi rencana ke Denpasar tetap harus dijalankan dong, secara mau bergaoool. Hla kok, semua jalan utama untuk keluar dari Ubud MACET CET CET. Sesudah menghabiskan 1 jam sendiri untuk mencari jalan keluar (dan enggak nemu jalan yang agak longgar), saya pun berbalik arah ke Jl. Sriwedari, mampir ke tempat kerja seorang teman yang dulu pernah mendampingi saya di World Muslimah Award 2014. It’s funny how the world sometimes feels too small; and yes we had a very nice Saturday night. Ngobrol ngalor ngidul, ngopi sampai kembung, ditutup dengan makan mie ayam. Heuheu.

Hari berikutnya, karena hasrat mager melanda, saya pun hanya utak-atik laptop untuk mengecek persiapan proyek-proyek Muslimah Sinau dan sudaaah, akhir pekan pun habis. Hiks hiks. What about you, do you always plan your weekend ahead, or just simply take a lot of rest and do whatever you want to do?

Aside of the weekend affair, minggu ini Ubud Writers & Readers Festival merilis full lineup dan saya sangat bersemangat!!! Semoga lancar, semoga dimudahkan oleh Allah sampai selesai acara, dan semoga membawa manfaat untuk karir saya (khususnya) dan para audiens (pada umumnya). Wish us luck, and have a great week ahead! 

Lots of love,
Prima

Tuesday, August 7, 2018

Surat untuk Anakku (3)

Assalamu’alaikum Warohmatullahi Wabarokatuh,

Anakku tersayang,

Apa kabar?

Ibu belum terlambat kan, menulis surat untukmu? Atau kamu sudah menunggu-nunggu surat dari ibu? Memang sebenarnya tidak ada hari spesial pada bulan Juli dan Agustus, tapi ibu hanya mengacu pada surat pertama yang ibu kirim pada tanggal 11 Agustus 2014. Entah apa yang terjadi 2 tahun yang lalu, surat kedua ibu kirim lebih cepat. Tadinya ibu berharap tidak perlu menulis surat untukmu tahun ini, tapi qadarullah kita belum bertemu juga. Hmmm, setidaknya ibu masih bisa menyapamu lewat surat ini, sembari menguatkan teman-teman dan saudara/i ibu yang juga belum dititipi amanah anak oleh Allah.

Ya, ya, ya. Ibu tahu kamu pasti sudah mengintip, kalau beberapa hari yang lalu ibu menulis surat yang lumayan panjang untukmu. Tapi setelah ibu baca lagi, surat itu sarat kesedihan. Ibu tidak suka nada bicara seperti itu, seolah-olah ibu sedang ‘memarahi’ Allah atas kegagalan usaha ibu untuk menebusmu. Ibu yakin ibu belum gagal, Nak. Ibu mungkin hanya sedang mengambil jalan memutar. 

Ibu jadi ingat, saat ibu masih kecil, ibu, nenek, dan sopir melakukan road trip ke Jakarta (dulu kami sering melakukannya). Lalu ibu berkata kepada Pak Sopir, “Pak, aku lebih suka kita lewat jalan tol. Lebih cepat dan enggak macet.” Tapi nenek menyanggah, “kalau lewat jalan tol terus, Pak Sopir bisa mengantuk karena jalannya lurus-lurus saja. Sesekali harus lewat jalan biasa agar kita juga bisa melihat pemandangan berbeda.”

Waktu itu ibu tidak paham perkataan nenek, tapi lama kelamaan ibu sadar, tak peduli seberapa jauh jalan yang harus kita lewati, jika Allah sudah menakdirkan maka kita akan tiba di tempat tujuan.

Seperti keadaan ibu saat ini. Ibu sedang berdomisili di Bali, membantu penyelenggaraan Ubud Writers & Readers Festival 2018 – setelah tiga kali menjadi relawan. Ketika ibu melakukan hipnoterapi karena didiagnosis depresi awal tahun ini, ibu membayangkan Ubud sebagai tempat yang paling membahagiakan. Dan disinilah ibu sekarang, mengurusi data-data international speakers, sambil tetap mengerjakan pekerjaan dari kantor Jakarta.

Oh ya, maaf ya, ibu sempat putus asa menghadapi hidup ini. Ibu sempat hilang harapan akan kamu, ayahmu, bahkan diri ibu sendiri. Akan tetapi, ibu belajar untuk menjadi hamba yang lebih bersyukur, Nak. Hamba yang berupaya memahami bahwa Allah tidak hendak menghukum ibu. Allah justru menyayangi ibu dengan menghindarkan ibu dari ketetapan-ketetapan yang tidak mendekatkan ibu denganNya.

“Dan barangsiapa yang menyerahkan dirinya kepada Allah, sedang dia orang yang berbuat kebaikan, maka sesungguhnya ia telah berpegang kepada buhul tali yang kokoh. Dan hanya kepada Allah-lah kesudahan segala urusan.” (Q.S. Luqman (31): 22)

Pengobatan dan perawatan selama depresi itu justru mendorong ibu untuk lebih berbaik sangka kepada Allah. Ibu pun berhasil menerbitkan buku tentang perjalanan spiritual ibu, judulnya Perjalanan Menuju Cahaya. Apa, kamu ingin mengganti namamu menjadi Cahaya? Baik, nanti ibu diskusikan dengan ayahmu ya.

Anakku tersayang,

Percaya pada ibu, percaya pada Allah. Kalau hingga hari ini kita belum berjumpa – dan bahkan ibu pun belum berjumpa dengan ayahmu – pasti ada rahasia yang indah. Allah memberi kesempatan ibu berbaikan dengan kakekmu setelah sekian lama berseteru; Allah menggugah ibu untuk mendampingi lebih banyak orang mewujudkan karyanya melalui Muslimah Sinau (iyaaa, kamu tahu sendiri ini mimpi ibu dari beberapa waktu yang lalu); Allah memberi kekuatan ibu untuk menjadi pengajar Alquran. Semuanya berasal dari Allah, Nak. Subhanallah, Alhamdulillah, Allahu Akbar.

Nah, sekarang waktunya ibu pulang kantor dan bersiap salat magrib. Ibu akan terus doakan kita dan ayahmu – siapapun ia, semoga Allah pilih seseorang yang menuntun kita ke surga ya Nak; dan semoga Allah mampukan ibu untuk jadi pendamping yang menguatkannya dunia-akhirat.

Love you as always,
Ibu

Monday, August 6, 2018

Ubud Journal #5 - #6 - #7

Wow, tiga minggu terlewatkan tanpa menulis blog post… Sometimes I wonder if my days are THAT busy because most of the time I wake up at 8AM, rush to the office, go home at 6PM, and doing nothing until morning. Ya enggak doing nothing juga sih, seringnya saya ngaji, kadang nulis buku harian (do you guys still write – and I mean, by hands?) atau baca buku, kadang ya capek aja terus goler-goler di tempat tidur menatap langit-langit kamar sambil berharap lagi ada di mana gitu (I would love to say ‘Jakarta’ but if that’s for work, saya langsung hilang mood). Jadi ingat, awal saya tiba di Ubud, saya berencana untuk menghadiri acara-acara yang di-share oleh para perantau di grup Facebook (yeah we have that kind of group). Tapi ketika sore menjelang, mendadak males aja gitu. Terus ngeliat kasur di kos rasanya, “oh sayangku… I miss you so much.” LOL.

Btw, do you guys know if I am running 2 full time jobs at the moment? Well, I didn’t know how I could decide to just do those stuffs, but I really want to optimize my time. Enggak setiap saat saya bisa tinggal sendiri dan bebas melakukan apa yang saya mau, jadi saya pikir saya harus memanfaatkan waktu sebaik-baiknya. However, I know there will be a moment when I have to let go some things. And surely I will choose to focus on Ubud Writers & Readers Festival 2018 because some personal reasons. Not because the job seems glamorous – definitely, because if you see what I am doing here, you might laugh at me. Like… “masa lulusan S2 kerja gitu?” But hey, saya enggak mau meremehkan pekerjaan apapun. Yang penting halal, gajinya cukup buat menghidupi diri sendiri, syukur-syukur bisa bantu orangtua walaupun sedikit, dan saya dapat apresiasi yang saya butuhkan. Untuk yang terakhir, mungkin suatu hari nanti saya akan cerita – mungkin juga tidak. Rasanya susah bercerita tentang hal ini tanpa menjelekkan satu-dua orang. Jangan ditanya deh, biar enggak semakin kzl. (Siapaaa juga yang mau nanya…)

Terus kenapa masih menulis Ubud Journal di blog? Jujur, buat kenang-kenangan kalau sewaktu-waktu saya enggak tinggal di sini lagi. Karena sampai detik ini pun saya belum menentukan apakah saya akan stay di Bali setelah kontrak berakhir, atau pindah ke kota lain. Sebenarnya saya benci mengakui bahwa Jakarta adalah pusat dari alam semesta. Toh saya masih bisa ‘menghindar’ dari keharusan tinggal di Jakarta, meskipun memang pekerjaan saya sejak tahun 2016 dapetnya dari Jakarta juga. Tapi gimana yahhhhh, I am seeing myself as a person who started from ‘zero’ again. I need to do a few things regarding my goals, and most likely it has to be done in Jakarta. Mau cari network, audiens, atau bahkan investor itu lebih mudah di Jakarta. Berdasarkan pengalaman saya tinggal di Surabaya, Yogyakarta, lalu Malang; ya memang Jakarta is the best place to actualize your dream. Huhuhu.

Anyway, tiga minggu terakhir saya masih lari-lari kesana kemari. Pada hari Minggu, 22 Juli saya ke Denpasar untuk kajian pernikahan dan event-nya Hijab Sister Bali, lalu kembali ke Ubud pada malam hari. Alhamdulillah dapat teman-teman baru, dan mulai akrab dengan teman-teman di Yuk Ngaji Bali. InsyaAllah, saya akan ikut kelas yang mereka adakan pada bulan September-Oktober. Oyaaa, saya juga ikut kajian online dari Bengkel Diri yang akan dimulai pada tanggal 20 Agustus 2018. Wow, semakin sibuk yaaa Prima.

Lalu Sabtu minggu lalu, tanggal 28 Juli saya ke Jakarta untuk 45 jam saja. Jangan kaget, Pemirsa. Saya pernah ke Jakarta tiba pada pagi hari dan pulang malamnya, ‘hanya’ untuk menghadiri pernikahan teman. Makanya sering dimarahin orangtua, kayaknya duit saya habis buat beli tiket. Hix hix. Kali ini, saya ke Jakarta untuk menjenguk mamanya teman (teman apa teman… :p), dan menghadiri Jakarta Modest Fashion Week. Mending kalian follow Instagram saya deh, sekaligus Instagram Muslimah Sinau, biar bisa dapat update dengan foto/video. Soalnya saya malesssss banget kasih image buat blog. Cari waktu buat menulis dan menyelesaikan 1 blog post aja udah perjuangan tersendiri. :(

Long story short, Jumat malam kemarin saya ke Denpasar buat komplain ke XL Center, berakhir nongkrong sama teman sampai jam 2 pagi sambil makan cokelat (girls time), nge-mall, dan balik ke Ubud hari Sabtu sore untuk ikut bedah buku Lelaki Kantong Sperma. Hahaha, kapan-kapan saya ceritain kenapa saya mau baca dan apa kesan saya tentang buku ini.

For now, let me get back to my job and Muslimah Sinau. InsyaAllah tahun ini ada DUA project besar yang akan launching, and I am sooooo excited. Semoga Allah mudahkan, semoga Allah ridai, dan semoga Allah menerima ini sebagai amal baik. Aamiin.

Have a nice week ahead,
Prima
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...