Wednesday, December 31, 2014

#1Day1Dream: Warming Up

Sudah sejak lama saya suka mengumpulkan gambar barang-barang yang saya inginkan, misalnya mobil, tas Louis Vuitton, atau anjing Siberian Husky (iya, saya suka anjing tapi sadar ga punya nyali untuk memeliharanya – jadi hal ini jelas hanya akan menjadi impian). Tapi berbeda dengan mama saya, saya tidak punya dream book. Saya hanya menyimpannya di sebuah folder laptop, sambil mengingat-ingatnya dalam hati dan benak saya.

Suatu waktu, saya melihat blog sepupu saya, Intan Dzikria, dimana dia menuliskan 100 impiannya. Dia juga menandai mana-mana yang sudah dia capai, sehingga dia bisa melihat seberapa besar kerja kerasnya untuk mewujudkan impiannya.

Banyak teman mengatakan saya adalah seorang pemimpi – barangkali itu benar. Bagi seorang yang memiliki kehidupan biasa-biasa saja, impian adalah alasan saya tetap bangun di pagi hari dan berangkat bekerja. The thing is, saya tahu bahwa saya ingin memiliki kehidupan yang luar biasa. That’s why I have to do whatever it takes to change my so-so life. Wise people said, when you can dream it, you can achieve it.

Tahun 2014 ini adalah tahun yang luar biasa untuk saya. Jika ini mimpi, saya ga mau bangun. Meski untuk membangun mimpi itu, diperlukan seribu satu kali bangun kembali setelah seribu kali jatuh. Mini Indochina trip, melamar kerja di Piala Dunia Qatar, Ubud Writers and Readers Festival, dan World Muslimah Award 2014. Gosh, I almost didn’t have any second to catch my breath because I have many things to do in every month.

Gusti Allah terlalu baik untuk memberikan saya support system yang.. saya gatau gimana harus menggambarkannya. Bahkan, untuk mengurus Facebook Fan Page ‘Primadita Rahma Ekida for World Muslimah Award 2014’, saya tidak melakukannya sendiri. Ada beberapa orang admin yang, subhanallah, cekatan dan melakukan tidak hanya apa yang saya minta, tapi mengerjakannya dengan sempurna. They are incredibly smart and I am grateful to have them.

Maka tidak berlebihan rasanya, seperti yang saya pernah bilang, kemenangan saya di World Muslimah Award 2014, adalah kemenangan para pembaca blog saya. Ya, kamu yang sedang baca blog saya sekarang. Kalau tidak ada kamu-kamu, apalah arti theprimadita, mungkin hanyalah butiran debu.. #halah

Nah, sebagai persembahan untuk manteman tersayang, izinkan saya membawa teman-teman menyelami (#okesip) impian-impian yang sedang saya tulis ulang. Saya akan berkolaborasi dengan Kancut Keblenger untuk mengadakan #1Day1Dream selama bulan Januari 2015. Kebetulan, kalau teman-teman mau berpartisipasi, harus join Kancut Keblenger dulu. Kenapa saya memilih komunitas ini? Karena, mereka adalah sekumpulan anak muda (rata-rata usia mereka 14-22 tahun!!!) yang akan membangun masa depan Indonesia. So, buat saya, mereka perlu disemangati agar selalu berada di jalan yang benar – bercanda deng :)))

Yuk, bergerak bersama saya. Komen, bagikan, atau ikutan nge-blog di #1Day1Dream. See you tomorrow!

Lots of love,
Prima

Friday, December 26, 2014

Me and My Beautiful Hair

Beberapa tahun yang lalu, seorang perempuan yang untuk pertama kalinya melihat saya tanpa hijab, berkata "mbak prima lebih cantik kalau gak pakai jilbab lho.."

Saya tidak tahu apakah dia sedang memuji hasil karyanya sendiri (dia memotong rambut saya), atau sebuah cobaan dan peringatan bagi saya.

Siang itu, dan siang-siang berikutnya, bahkan kadang hingga saat ini, saya masih sering terdiam ketika bercermin. Is this decision (don the hijab) really coming from my heart? Or it's just because an obligatory?

Rambut saya panjang sepunggung, warnanya kemerahan - bukan karena saya alay, tapi memang aslinya gitu. Jadi kayak bule... (...Depok, Sleman). Di suatu waktu, saya tampak seperti Raisa #okesip - tapi seringnya sih seperti Lorde. Zzz.

But it doesn't makes me stop treating my hair very carefully. Saya memang jarang ke salon, tapi saya menggunakan shampoo, conditioner, hair mask, serum,dan leave-on conditioner. Fiuh.
Saya lalu teringat salah satu perkataan Ibu saya. Bahwa dijadikan indah apa yang dimiliki perempuan, untuk 'dinikmati' hanya oleh yang berhak. Salah satunya adalah suami.

Maka jangan salah jika yang saya yakini selama ini adalah, berpenampilan terbaik itu nanti, untuk suami. Karena usaha tersebut akan diganjar pahala. Jika usaha itu dilakukan sekarang, duh... saya khawatir pesona saya mengenai orang yang tidak ditakdirkan untuk bersama saya. #halah #KibasJilbab

Saya juga teringat kata Gina, wartawan Kolombia yang mendampingi World Muslimah Award 2014. Ketika kami berbelanja oleh-oleh di Mirota Batik Malioboro, ia melihat daster dan menyebutnya "penghancur pernikahan". Hihihi. Tentu saja saya tahu betapa banyak istri yang membanggakan daster kesayangan di rumah, yang sayangnya membuat para suami malah ilfil.

Mungkin apa yang baru saya sampaikan akan menjadikan kamu berpikir saya mencla-mencle. Saya suka, suka sekali menyapukan blush on di pipi, membubuhkan lipstik di bibir, atau menggariskan pensil di alis. Hanya, mungkin saya perlu banyak-banyak mengucap istighfar di hati.. Dan bertanya kembali pada diri, apa esensi dari semua ini?

What do you think?

Love,
Prima

Thursday, December 18, 2014

It's Not..

"Prim, kalau kamu mau punya pacar bermobil, kamu harus bawa mobil juga dong.."
Saya tiba-tiba teringat pesan ibu teman saya beberapa tahun silam, saat kami mulai beranjak dewasa. I don't think she is materialistic, not at all. But after some years, I know she was being realistic. Cara 'termudah' untuk memasuki sebuah kelompok pergaulan adalah dengan menjadi seperti, atau at least serupa, dengan mereka. 

If you want to have rich guy as your husband, you have to be (or show that you are) a rich woman too. 

Kenyataannya, saya yang dari keluarga biasa-biasa banget tingkat finansialnya, bisa punya (mantan) pacar yang berasal dari keluarga yang cukup kaya. Pacar jaman kuliah tuh, uang sakunya dua kalinya uang saku saya. 

Tapi nih, dinilai dari sesuatu yang tidak kita punya sendiri - maksudnya disini, itu kan mobil punya orangtua ya - menyakitkan, sungguh. Bagi saya yang sudah berusaha membiayai hidup sendiri dari sejak awal kuliah, dinilai dari kekayaan orang tua itu justru sesuatu yang... menghina integritas dan kerja keras diri saya. 

Ya, siapa sih perempuan yang ga pingin punya suami yang cukup - seriously, you know what I mean - tapi buat saya, yang lebih penting adalah esensi kerja kerasnya. Kalau misal dia beruntung memiliki orang tua yang kaya, alhamdulillah. Tapi sekali lagi, ga akan berarti apa-apa kalau dianya tidak cerdas memanfaatkan kekayaan itu untuk sesuatu yang baik dan berguna untuk orang banyak.

Sebaliknya, saya pun amat sangat benci pada lelaki yang mengatakan, 'nanti siap hidup susah sama saya ya..' Duh mas, ga usah ngomong gitu aku juga paham kalau kita pasti hidup susah. Berdasarkan pengamatan saya terhadap ayah-ibu-om-tante-pakde-bude saya, rata-rata baru hidup agak enak setelah lima belas tahun pernikahan. Misal, rumah lunas, bisa liburan sekali setahun, anak-anak terjamin pendidikannya. Maka, akan sangat wajar kalau kita harus membangun sesuatu dari bawah, bersama-sama, berdua.

Saya lebih suka pada seseorang yang mengatakan, 'saya optimis, bersamamu, kita bisa sukses.' Berasa MLM ya bok. But it's true, because get married and grow old with you is about building and creating something that long-lasting. Sayang banget belum ada yang bilang gini sama saya, hahaha. 

Kita pasti pernah mendengar sabda Rasulullah, ”Wanita itu dinikahi karena empat hal, karena hartanya, karena kecantikannya, karena nasabnya, karena agamanya. Maka pilihlah alasan menikahinya karena agamanya. Kalau tidak maka rugilah engkau.”

Dear my future husband, inilah saya. Saya tidak kaya, saya tidak cantik (relatif sih, mungkin buat kamu saya yang tercantik, lol), orang tua saya berasal dari kalangan biasa-biasa saja, maka saya sedang berjuang untuk memperbaiki agama saya. Bukan hanya untuk kamu atau anak-anak kita, tapi demi menggapai ridho Allah. 

So, what about you?

Salam,
Prima

Monday, December 15, 2014

#ThePrimUWRF: Giveaway #uwrf14 Anthology

Maybe Igna (who is she? You can refer to my Saturday’ blog post) was right when she said that we still can’t get over the UWRF excitement. I can’t even patiently waiting for the #uwrf15 – which I hope I will be a volunteer again (becoming panelist will be awesome, but I am still not sure for next year). 

One thing I regret from #uwrf14 was, I totally forgot to buy the merchandises. I keep postponing as I thought I will have some time at the last day of the festival. Turned out, the merchandise store closed earlier. Cry cry. But, kak Erma – committee in Merchandise division - is very kind to send some anthologies as well as some notebooks to Surabaya as I ordered it. Oh, and Aini, a volunteer from Bandung also handed me two anthologies for free. Awww, everybody is so sweet :)


Every year, UWRF compiled selected writings from Indonesian aspiring writers, which is contain with poetry and prose. If I am not mistaken, every writer flown to Ubud (I didn’t meet all, just like 2 or 3 writers) and this project funded by Hivos, a Dutch NGO concerning in human creativity. Maggie Tiojakin talked in one of my session (cieh), as I told you here. Besides her, I met Dias Novita Wuri in 'Jalan-jalan'. She has a thoughtful story about her father – but that story is not what she tells in the anthology. Her writing in this book, Impian Mimpi, tells a story about a dog…which is very… I don’t know the right word to explain it to you… You have to read it by yourself, as you will be speechless just like me. 

I have to admit that it is truly hard to pick my favorite story. I read ‘Sam Po Soei Soe, Si Juru Masak’ by Erni Aladjai and I love it. I also think ‘Siluet Balerina’ by Sulfiza Ariska really tragic. But I highly recommend you to read ‘Bingung’ by Fadel Ilahi El-Dimisky very carefully, as you will be confused too. Hahaha. Very nice, mas Fadel!

As for the poetry, hmmm I can’t say that I am a huge fans of poetry. So I’m leaving it to you to read it and let me know what you think. The most important thing is, you don’t have to question the quality. They have experienced judges, and I heard one of them is Ahmad Fuadi, author of Negeri 5 Menara.

I don’t know if kak Erma can help you to buy the book now, but the good news is… I will give you ONE book, along with a pretty Saraswati notebook (same cover, smaller size). It will be shipped directly to your house, but you have to win it first. Hehehehehe. The giveaway is not here on my blog, but here on Luckyta Pustakawin’ blog, and she also has written her review about the book here. She has a sophisticated book blog, not to mention she is a librarian herself. So if you want to gain more insight about books, you know where to go ;)  

Check her blog TODAY, so you don’t waste your time and might be missing this opportunity.

Good luck! 

Love,
Prima

Saturday, December 13, 2014

#KumpulBaca Temu Perdana!


So sorry to not informing you before, but.. let’s meet up!

Beberapa minggu yang lalu, sesudah saya menyelesaikan final World Muslimah Award, saya bertemu dengan seorang teman.. Kenalan sesama volunteer di UWRF Oktober lalu. Namanya Igna, dan kami sempat bertemu di Jogja sebelum ketemu lagi di Bali.

Dari obrolan ngalor-ngidul, tiba-tiba tercetus ide untuk bikin acara ngumpul bareng sesama pecinta buku. Tujuannya yang pertama pastilah mencari teman baru, apalagi buat saya yang baru pindah ke Jogja #modus #okesip. Tapi saya juga percaya, bukan hanya saya yang pingin punya teman baru. Igna juga, mungkin maba-maba yang angkatan tahun 2014 dan masih sedikit temannya, atau mungkin kamu.. Iya, kamu yang lagi baca blog post ini.

And no better friend other than the ones who have same interest with us. Suka baca buku, suka beli buku, suka ngobrolin buku, atau suka nulis buku? Disini tempatnya.

Berhubung ini adalah acara perdana, kalau ditanya rencana kedepannya gimana, hmmm enggak tahu juga. Hehehe. Pinginnya let it flow aja, ga kepingin bikin target khusus. Kalau yang datang happy dan minta kumpul lagi bulan depan, hayuk capcusss. Kalau ada yang ngasih saran A, B, C, we’ll see later deh :D

Nah, secara bulan ini adalah bulan Desember, biasanya lagi merancang resolusi tahun baru kan.. Jadi, kita pasti butuh MOTIVASI untuk benar-benar mengerjakannya. Hihihi. That’s why, tema buku #KumpulBaca besok adalah buku tentang motivasi.

So, what are you waiting for? Siapin bukumu, besok kita ketemu ya di Pelataran GSP UGM Jogja, jam 1 siang. Bawa cemilan dan ajak teman yang banyak yaaa.. See you there! ;)

Loveee,
Prima 

Sunday, December 7, 2014

Aloha!

...don't worry, I'm still alive :)))

Maybe some of you wondering why I don't have some new blog posts after my latest post about my new sisters.

Okay, to be honest, I feel like I am totally messed up. 

You know me, I never want to lie to you: my readers, my friends, my sisters - it's just sometimes I prefer to not telling you :p

I am moving to Yogyakarta recently, and in the last five days, actually it doesn't works as I planned.
I think I just expect too much.
Like, getting new opportunities. That soon, prim? Yep.

Turns out, my aunt (who supposed to need my help in her project) is in Japan until next weekend. Her partner, who might need my help too, is in Papua until mid next week. 
So? Nothing to do.

Well, not literally that way.

I actually working as a freelance content writer. Yay!
But, turns out it's kinda hard to be back to my working rhythm after not working at all for five weeks.
When I do my mini Indochina trip, I still had my job with me, like checking emails and talk to my clients every night. 

Now? I'm doing a job with no strict working hours and no deadline.
It kills me slowly. (My friend: "God, it must be hard for a workaholic for you"). Hahaha.

Oh yes, I resigned from my job at the end of October. 
I guess it's not just for World Muslimah Award 2014, but it just happened at the right time. Thank You, Allah.

I'm fine. At least, I'm trying to be.
I have some friends in Yogyakarta, and they have been sooooo good in recommending events, hang-out places - even ask for meetup.
I also working on some paperworks for a scholarship, wish me luck!!!
I also have sent my application (again) to the Emirates Airlines Festival of Literatures - yesss, that event! The one that I tell you earlier this January!!! I really wish they let me know as soon as possible! *finger crossed*

So yes, I'm good, I'm good.
I was just in a transitioning phase - which is not very comfortable - but I believe I will feel better soon.

Anyway, if you live or come by to Yogyakarta, do inform me! Maybe we can have some coffee tea together.
I have a lot of free time before... I don't know where destiny gets me first. Haha.

Stay positive!

Love,  
Prima


Sunday, November 30, 2014

#PrimWMAdiary: My New Sisters

Assalamu'alaikum..
Piye kabareee para pembaca saya yang budiman?
Pasti kangen sama saya kan yaaa *ditimpuk*

Alhamdulillah, serangkaian acara Workshop/Grand Final World Muslimah Award (WMA) 2014 sudah berhasil saya lewati dengan sejahtera dan sentosa, cuma yaaa ngantuknya masih kebangetan nih. Ga kebayang saudari-saudari saya yang harus melintasi separuh dunia ini untuk terbang pulang ke rumah masing-masing.. Huhuhu.

Anyway, talking about my new sisters, until now I still feel surprised to know that we were together only for two weeks. Experiencing the closeness among us.. I almost think that we have known each other for more than two years.. We share a lot of stories - like really, A LOT. Even me and Tasneema share her father - haha, now I have a Bangladeshi dad, everyone.. How can I be more proud of them?

So, let me introduce you to my new sisters so you can also get to know them better. Kata orang Indonesia, tak kenal maka tak sayang. Who knows someday you meet one of them, you will experience their kindness by yourself. And if it happens, please tell them that I love them with every piece of my heart :)

[Ki-ka] Atas: Samaneh - Nisa - saya - Molina | Bawah: Hetty - Lulu - Imhe - Dina
[Ki-ka] Baris satu: Fatma - Bilqis - Tasneema | Baris dua: Masturah - Safitri - Gesti | Baris tiga: Elis - Lisa - Nazreen

1. Safitri (Indonesia) - the first finalist that I met in person. When I arrive in Jakarta airport, I couldn't contact somebody who should pick me up. Fitri and I have exchanged phone number and SMS some days before our arrival, and we should have arrived in near time. So I picked her to her terminal, and after then joining the other finalists who already waiting for us. She is a pretty girl, and way slimmer than in her photo (haha). She is on her way to be a doctor, and personally, I feel so sorry to her that I don't have any time to listen more to her stories. However, I do believe she has big dreams, and she is very determined in actualizing them. Fitri sayang, kapan-kapan main ke Jogja lagi ya.. Janji dengerin curhatmu bermalam-malam deh.. ;)


2. Masturah (Singapore) - the second finalist that I met at the airport, but we have talked on DM some weeks before. Another finalist who fired her boss to be at the final. But her sacrifice is much more than mine, for sure. Actually, at first I couldn't believe it that she is a teacher. She is very very stylish and I love everything that she wears along the workshop! She was my roommate in Bogor, and I admire her principles in life. Duh Mas, I will always remember #awakkatmane :D

3. Tasnima (Bangladesh) - the time I shook her hand, I know she has huge maternal feeling inside her (bahasa Indonesia = keibuan). See, she is an intern doctor! Not just a doctor, because she is also a henna artist and has angel voice too. So multi-talented! More, she is very humble. I think if I become her, I can be a very arrogant person because I have everything. But she isn't. She took care of every finalist, like her real sister. Especially if one of us sick, she always paid a good attention to us. No wonder she won Most Favorite Winner :)

4. Imhe Junyanti (Indonesia) - ini cewek cuuuantik, super!!! I think she is a little bit shy, when actually she has a big potential inside her. She is a muslimah model, dan karena dia adalah make up artist, dia suka gemes lihat alis saya yang berantakan. Hihihi. Imheee, cepet nikah ya Mhee, biar aku ada alesan main ke Makassar. Hihihi. 

5. Molina (Indonesia) - the first finalist that contacted me, waaay before we both announced as finalists. Alhamdulillah ya sayang, kita berjodoh ketemu di Final.. To see her, is like seeing younger version of me. Super active and still eager to maintain her scores. But she is better one, I didn't involved in any sport activity :p Moli, you are so lucky to join Final WMA in a young age. You can do much more, stay focus and keep moving forward!!!

6. Lulu Susanti (Indonesia) - aslinya pingin belajar lebih banyak dari Ustadzah satu ini, tapi apa daya waktu yang terbatas jadi mesti pinter-pinter ngatur waktu buat curi ilmu. Lain kali karantinanya mesti setengah tahun kali ye, LOL. She is very mature, and I admire her calmness in handling every situation at WMA. Indonesia proud to see you in Top 10, kak! Barakallah!

7. Samaneh (Iran) - she just came like a thunder, hahaha. She is the clown, whenever she nears, we can just forget about our fatigue. To listen to her way of talking, I understand Indonesians might think she is a little bit impolite. But for me, no wonder she was chosen to be one of The Most Inspiring Muslimah. She taught us to speak up, and I believe it is very very important in an intercultural interaction. Sama, I wish I'm with you in Bali now :D

8. Lisa (Malaysia) - she is another petite finalist besides me :p I feel thankful to sit next to her at the train from Jakarta to Yogyakarta. I have a curiousity towards her, and after seven hours of chit-chatting, I admire her sincere heart, really. She is also very humble. At the train, we have to promote our friend, and I wanted to promote her more, but she keep saying, 'enough, prima.. enough.' Lisaaa, you will be a great doctor, insya Allah ;)

9. Dina Torkia (United Kingdom) - aaargh, I think I have to write another blog post, only for her - my roommate for seven days in Yogyakarta, before she left me alone to be with her husband (pfffttt). She is a very cool girl, not just because she is a celebrity - but much more than that!!! Everytime I think of her, I always giggle as she is very cute and honest. One time we were about to sleep at almost 12AM, and we were scheduled to wake up at 2.15AM. I said, "see you tomorrow" just like usual, but she said, "no, see you in two hours." Hahahahaha. Dinaaa, miss you so so much!!!

10. Nisa Bella (Malaysia) - a doll among us, really. She always look fabulous, and she is also smart! At the Grand Final, she doing make up by herself, and my make up artist said that she just did it like a pro. Nisa, Nisa.. please invite me to your wedding! I will come, insyaAllah ;)

11. Hetty (Indonesia) - the most elegant finalist among us. I think I never heard her laugh out loud like me or Sama. Hetty sayang, badai pasti berlalu. Allah tidak akan membebani hamba-Nya dengan sesuatu yang tak mampu ia tanggung. Cheer up, chin up, you go girl!

12. Elis Sholihah (Indonesia) - be careful, don't be misguided by her appearance. She is not 19 years old, she is ** years old! :p I know, she is very very cute, isn't she? And her heart, ohmy.. She has doing a lot of social project - which makes me embarrased of myself.. She is also an entrepreneur too. And a singer!!! Apa sih yang kamu ga bisaaa, El. Curi satu dong bakatnya, huhu.

13. Gesti (Indonesia) - you know, Allah gives the right thing at the right time. Gesti is one of the evident. She has became a semifinalist for two years in a row (2012, 2013) but she just made it as finalist at 2014. Alhamdulillah ya Gestiii, kalau kamu udah jadi finalis di tahun sebelumnya, kamu ga kenal aku lhoh, rugi! LOL. That's why I admire her for her persistence. She will be a great entrepreneur, I am sure! Never give up, sayang! 

14. Nazreen (India) - she deserves to be the Second Winner, what else can I say? She has a pure heart, and she has a lot of stories to share. That night, when we have to interact with the orphans, she tried to sing every Indian songs she knows - I think it was like a lullaby for them, no, Nazreen? Hehe. 

15. Bilqis (Nigeria) - she is very very very beautiful! At first I couldn't take my eyes off her just because her beauty. Unfortunately her tall body disturbing for me personally, hahahahaha. Bilqis, I hope we can talk more in the future. I can see that you are an intelligent person, and please send my regards to your husband. He is lucky to have you!

16. Fatma (Tunisia) - the winner! A very best representation of what so-called Miss World Muslimah, because she looks, talks, and walks - just like a princess. Same with Bilqis, I also hope to talk and get to know more about you. The world is waiting for your action, and I am ready to support you, sister!

17. Naballah (Trinidad&Tobago) - I really really wish she joined us earlier.. Because her profile at web is so interesting, and I believe she is! Please talk more at our Whatsapp group, I am sure you will be easily involved in our conversation! ;)

Last but not least, I don't think I can thank Bu Eka Shanty and Puan Jay enough for meeting us. Subhanallah, may Allah bless them in every single day, and also grant them a place in Jannah - for their hard work to gather inspiring women in an event, just so we can inspire more and more young muslimahs out there. 

Bismillah, our 'duty' starts here! Wish us all the best! :)

Lots of love,
Prima 

Thursday, October 30, 2014

High

Saya pernah ga lulus SMA.

Ups, ini bukan tentang Ibu Menteri yang satu itu.

Saya bukan mau bahas beliau, hehehe *penonton kecewa*

Sekarang, setelah delapan tahun berselang dari insiden yang memalukan keluarga itu, saya baru saja berpikir, apakah kehidupan saya akan menjadi lebih baik kalau seandainya saya lulus SMA dengan baik-baik saja?

We never know.

But, Allah is the best planner, indeed.

And I thank Him for giving me warning that soon, before everything is too late.

Saya adalah salah seorang murid yang pintar, tanyakan pada teman-teman sekolah saya, atau guru saya, mereka akan mengakuinya. Meski sebenarnya saya ngerasa kurang cepat dalam memahami materi pelajaran eksak, tapi saya lebih suka mengulanginya sendiri di rumah daripada ikut les atau bimbel. Toh nyatanya saya tidak pernah keluar dari peringkat sepuluh besar sepanjang sejarah saya bersekolah. Di kelas 2 dan 3 SMA saya juga bolak-balik peringkat satu atau dua. Bahkan saya bisa ngajari teman saya, dan juga memberikan les untuk siswa SD.

See how my life seems so okay?

Nah, MUNGKIN kemudian saya menjadi sombong. Menduga bahwa semua yang saya dapatkan semata karena usaha keras saya. I deserve it. I deserve to be the champion.

Lalu tibalah pukulan itu. Nilai Matematika di Ujian Nasional saya hanyalah 4,00 - tanpa saya tahu mengapa. Soalnya saya ngerasa bisa-bisa aja waktu ngerjain. 7 lah minimal, pikir saya. 

Terkejutkah saya waktu menerima kabar ketidaklulusan itu?
Sangat. 

Saya, seorang rahma (panggilan saya waktu SMA), yang gini ini?? Masa ga lulus? Malu-maluin keluarga (dan sekolah) aja. 

Lama kemudian saya baru sadar, ini salah satu bentuk kasih sayang Allah. Masih lebih baik dihukum di dunia, daripada di akhirat nanti. Iya kan?? 

He shows that He still care. Coba kalau saya dibiarin sombong, mungkin saya akan jauh dari rahmat dan ampunan-Nya. Hih, saya ga berani ngebayangin.

“Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.” (HR. Muslim no. 91)

Saya ga sedang mencari sensasi. Saya percaya lulus sekolah itu kewajiban anak terhadap orangtuanya, kewajiban murid terhadap sekolahnya, kewajiban diri sendiri terhadap kesempatan menimba ilmu. 

Tapi begini, sekiranya kamu menemukan saya mulai sombong karena jadi finalis World Muslimah Award, tabok aja saya. Sms. Whatsapp. Bbm. Line. Mention. Kirim message di Facebook. Kirim email. Tolong ingatkan saya sebelum Allah mengingatkan saya dengan cara-Nya.

Mohon doanya, agar saya bisa mengemban amanah ini dengan penuh tanggung jawab :)

Lots of love,
Prima

Wednesday, October 29, 2014

#ThePrimUWRF: Simple Tips to Write Better

Okay, so, Island to Island adalah sesi pertama yang saya MC-in di UWRF. Congratulation for Andre Dao, Gillian Terzis, Maggie Tiojakin, Ninda Daianti, and Sam Twyford-Moore (chairperson), you are so lucky to have me destroying your session!!! *digebukin Kate* :)))

Sumpah, saya ga bohong, bahkan saya sendiri bisa mendengar suara saya yang bergetar saking groginya. Begini cerita lengkapnya...

Di brief yang saya terima, saya bertugas untuk memastikan bahwa semua penulis dan chairperson sudah tiba di lokasi sesi paling lambat 15 menit sebelum sesi. Susahnya, lokasi sesi itu kan digunakan untuk sesi-sesi sebelumnya juga, dan padat banget.. Bisa jadi kan panelis ikut di sesi itu tapi duduknya nyelip dimanaaa gitu. Terus, harusnya saya ngobrol dulu sama chairperson tentang pengejaan namanya (penting! Misalnya nih, jangan sampai Kate dibaca Ka-te, emang ayam?! :p) dan mungkin ada note yang harus saya sebutkan, diluar penjelasan sesi yang tertera di buku. Kabarnya, panelis dan chairperson akan berkumpul di Green Room, tapi kenyataannya...selama festival berlangsung, saya ga pernah ketemu panelis dan chairperson disini. Soalnya ya itu, panelis juga, chairperson juga, peserta sesi juga (ini kayaknya berlaku buat kak Ni Ketut Sudiani, hihi). 

Yang kedua, suasana sesi itu panaaasssss banget. Peringatan, buat yang mau datang ke sesi di Left Bank, disarankan mengenakan kaos lengan pendek dan hot pants saking gerahnya #eh
Mana saya ga bisa banyak minum soalnya kan harus in charge di depan terus. Serba salah deh. 

Kombinasi dari sesi pertama + kurang koordinasi + gerah membuat konsentrasi saya buyar yar, begitu saya bilang "Sam, time is yours." Tapi syukur alhamdulillah, saya sempat memperhatikan beberapa ilmu dari Kak Maggie.. Cuma Kak Maggie aja soalnya dia satu-satunya orang Indonesia (excuse: bahasa Inggris-nya paling mudah untuk saya pahami), maafkan saya ya manteman..... #DitabokPembaca

Kak Maggie ini kan sekolah Creative Writing di Amerika, nah saat itu banyak yang mempertanyakan, termasuk orang tuanya. Ini cuma nulis 'doang', ngapain jauh-jauh belajar ke Amerika? Iya kalau Teknik, Kedokteran, pokoknya eksak..

Menurut Kak Maggie, disinilah letak kesalahan mindset penulis. Dipikir nulis itu cuma masalah praktek, praktek, praktek. Padahal, kita ga akan pernah bisa nulis bagus kalau ga banyak baca!

#tertohok

Semakin banyak yang kita baca, tentu semakin kaya kita dengan perbendaharaan kata, plot, karakter, dan lain-lain. Pantas aja kalau kita sering kena writing block, wong pikiran kita ga terbuka dan pengetahuan kita kurang luas.

#tertohokLagi

Terutama nih, kita ga akan pernah nulis bagus kalau kita ga tahu, yang bagus itu seperti apa.

#HAYOLHOH

Kita kudu tahu tulisan yang best seller, pemenang Nobel/Pulitzer (berat nih..), atau paling engga, disukai pasar dan penerbit itu seperti apa.. Terus jangan cuma dibaca. Langkah selanjutnya, adalah analisis. Kenapa ya karakternya sifatnya A, B, C. Kenapa plotnya begini.. Kalau misal begitu, gimana.. Apakah akan mengubah cerita dan klimaks-nya.. Hal-hal seperti itu akan menjadi latihan yang sangat baik ketika menuliskan naskah kita sendiri.

Saya sempat tertegun lho pas mendengarnya. Soalnya bener banget tuh, kita pasti sering kepikiran, tapi ga pernah se-kreatif itu untuk menguliknya. 

Makanya, kak Maggie keukeuh, kalau kita mampu dan punya kesempatan, belajarlah menulis.. Like taking professional course. Percayalah bahwa menulis itu sebuah skill yang amat sangat dapat dipertanggungjawabkan, dan berprospek cerah jika mau dijadikan profesi. 

But, if you don't have that privilege now, why don't you practice the simple tips that I have shared?

Cobain, yuk! ;)

Love,
Prima

Pic from here.

Monday, October 27, 2014

Selamat #HariBloggerNasional :)

It's been more than a year I'm blogging here. 

I have to say that it goes up and down along the year. There are some times I have a lot of things to share, but I also experience some days that I have nothing to talk about. Tipsnya? 'Nabung' tulisan saat lagi banjir ide :D

Blogging has brought me to a place I never expected before, and I am ready for more challenges and opportunities in the future. Let Allah ease my way, amiiin insyaAllah.

Through this free medium, I have met many inspirational people, got a lot of new friends (some of them becoming my best friends), and I discover myself. Everybody's changing, Keane said. And yes, I am. Gladly, I find that blogging is a really good way to see my improvement.

My main concern in blogging is, I have a responsibility in posting ANYTHING, literally, anything. Whether it is a social responsibility (being a good representative of muslimah) - or my personal responsibility in front of Allah. I am blessed, for every single thing that I've got in my life. So I take it as a duty to share and promote positivity in my blog. I am so sick of all the news and entertainment stuffs in mass media, so when I go online, I hope to see positive things.

#SelfReminder

Now, I can't be more grateful to know that some people has appreciate what I do through blogging. When I say I want to be an Islamic lifestyle blogger at the beginning of this blog' journey, I do put my commitment to it. Alhamdulillah, I am a proud blogger and from this, World Muslimah Award has chosen me to be one of the finalist of World Muslimah Award 2014. Everything is from Allah and back to Allah, and I hope He permits me to move forward.

Oh, you can support me by voting me here. Many thanks!

So, what blogging has bring to you? ;)

Lots of love,
Prima

Thursday, October 23, 2014

Wajib vs Sunnah

Beberapa hari yang lalu, ketika saya sedang berhalangan, saya melonjak dari tempat tidur saat mendengar kicau burung. It means, matahari sudah terbit dan ternyata...sudah jam enam! Bukan sok-sok kebiasaan sih, hehe. Hari itu saya sudah merencanakan jogging (nunduk liat perut), tapi berhubung sudah kesiangan (alesan), saya balik tidur lagi. Hahaha.

Siangnya, saya merenung. Saya rindu tahajud, saya rindu waktu berbincang dengan Allah.....

Lalu saya tersadar satu hal..

Kok saya ga rindu sholat Subuh?

#jengjeng

Beberapa waktu lalu, saat bertemu dengan adik saya yang manis, Rhosa, dia mengatakan, “Aku sih pernah denger ya mbak, katanya perlu sesekali 'meninggalkan' yang sunnah agar kita tahu bahwa itu 'hanya' sunnah.”

Tolong ini jangan dikonfrontasi yes. Sebagai dua manusia biasa, saya dan Rhosa kemudian mendiskusikan hal-hal yang berhubungan dengan pendapat diatas.

Begini, menurut saya, yang namanya amalan sunnah itu akan berfungsi sebagai pemberat timbangan amal kita nanti di hari perhitungan. Misalnya, sholat sunnah dan puasa sunnah.

Berhubung namanya juga sunnah, patut diusahakan selama yang wajib sudah terpegang. Meski, tentu saja tidak menutup kemungkinan bahwa yang sunnah dapat dijadikan latihan untuk yang wajib. Misalnya, seperti saya pernah bilang, saya (sayangnya) masih sangat-sangat lemah untuk puasa sunnah. Tapi, ibu saya meminta saya sungguh-sungguh berusaha untuk puasa Senin-Kamis sejak dua bulan sebelum Ramadhan agar terbiasa. Di sisi lain, saya berteguh hati hanya akan berpuasa Syawal setelah hutang puasa bulan Ramadhan saya lunas. Jadi, (insyaAllah) pengetahuan saya berimbang lah ya..

Hanya saja, ayah saya pun sering melihat kelompok yang kurang sempurna pengetahuannya malah jomplang untuk masalah wajib dan sunnah ini..

Bayar hutang vs sedekah?
Menafkahi istri vs menyantuni orang tua (terlebih ketika orang tua masih mampu)?

Dan banyak contoh lain.. Yang memang bedanya agak-agak tipis..

Setelah saya konfirmasi ke Ustadz Imron – ustadz yang sering mengisi kajian Hijabee Surabaya beliau merekomendasikan catatan dibawah ini..

Seorang ulama besar, Al-Hafidzh Ibnu Hajar berkata:
Sebagian Ulama besar mengatakan : “Barangsiapa yang menyibukkan dengan perkara wajib (hingga melewatkan) perkara sunnah, maka dia ma’dzur (dapat dimaafkan). Barangsiapa disibukkan oleh perkara sunnah, hingga melupakan perkara wajib, orang tersebut telah tertipu.” (Fathul Baari’ 11/343)

Nah, kalau menurut saya, idealnya keduanya jalan berdampingan. Yang wajib semakin khusyu', dan yang sunnah juga diperbaiki. Selama niatnya lillahi ta'ala, insyaAllah kita tidak akan terbebani :)

Salam,
Prima

Wednesday, October 22, 2014

#ThePrimUWRF: Q & A about Being a Volunteer

Setelah tahun lalu saya menjadi peserta UWRF, tahun ini saya mencoba peruntungan untuk menjadi volunteer. Awalnya, saya pikir melamar sebagai volunteer sangatlah mudah, toh namanya juga volunteer: tidak digaji dan tidak ditanggung akomodasi atau transportasi-nya; it supposed to be easy.

Saat mendaftar di web UWRF, kamu akan diminta menjawab 3 pertanyaan:

  • Experience and Background
  • Tell us a bit about yourself.
  • Why you would like to be a volunteer?

See? Gampil tho?

Apalagi saya punya kenalan volunteer (hai, Ayu! ;)) yang bersedia menjawab pertanyaan-pertanyaan saya mengenai being a volunteer.

Tapi, menginjak pertengahan Agustus, saya tak kunjung menerima email pemberitahuan tentang diterimanya saya sebagai volunteer. Lagi-lagi, Ayu yang menyabarkan saya, dengan mengatakan bahwa mungkin mereka butuh waktu lebih lama untuk menyeleksi semua aplikasi yang masuk.

Maka suatu sore, ketika ada SMS masuk di HP saya, mengatakan bahwa ia, kak Paris, Assistant of Volunteer Coordinator UWRF akan menelepon, saya standby – bahkan tak mengindahkan permintaan briefing dari tim kerja saya *ditoyor bos*

Setelah pembicaraan via telepon dan beberapa email, I'm in! I'm a volunteer for UWRF 2014! \^^/

Nah, pastinya sister juga pingin tahu lebih banyak tentang being a volunteer, jadi izinkan saya sedikit buka rahasia dapur.. Sssttt, ga usah bilang-bilang kak Paris atau ibu Janet (founder UWRF) ya! ;) 

Berapa jumlah aplikasi yang masuk tahun ini? 
Lebih dari 450! Yang diterima? Tidak sampai 250 orang..
Pelamar datang dari berbagai penjuru dunia (I'm telling you the truth). Di divisi MC aja, ada yang dari Malaysia dan Filipina! Selain Indonesia, yang paling banyak juga berasal dari Australia. Tapi ada juga yang dari Amrik, ckckck. 

Apakah kemampuan bahasa Inggris menjadi faktor utama terpilihnya kamu sebagai volunteer?
Ya, jika memang kamu bertugas di divisi yang membutuhkan bahasa Inggris aktif. Ada juga kok, Indonesian Writer Liaison (pendamping panelis yang berasal dari Indonesia). TAPI dengan jumlah aplikan yang segitu banyak, we can't choose to talk only with Indonesian volunteers, right? Kita PASTI berhubungan sama volunteer bule, jadi ya... you paham sendiri lah apa yang I maksud. 

Apa yang akan kita dapat sebagai volunteer? 
Full access for free sessions along the festival (4 days), Sertifikat (YES!), kaos+tote bag+kipas eksklusif UWRF, dan konsumsi untuk lunch&dinner (apabila kamu bertugas). Oya, buat yang ga bisa nyetir motor atau ga mau repot sewa motor, kita akan dilayani ojek yang khusus bertugas untuk para volunteer, dan gratis. Hoho. 

Apakah kita harus mengikuti UWRF sebagai peserta terlebih dahulu? 
Tidak, tapi setelah saya mengalami sendiri, I think I prefer to say yes. Dengan kamu mengikuti UWRF sebagai peserta, maka kamu jadi punya gambaran mau jadi volunteer di divisi apa.. Yah, meskipun keputusan final tetap ada di tangan Volunteer Coordinator sih.. :p

Nah, disini, kamu mesti paham kalau yang namanya volunteer kan terikat jadwal, jadi kita ga bisa milih-milih sesi apa yang mau kita ikuti. Tapi, privilege yang dimiliki volunteer adalah, tentu saja, kita bisa lebih dekat dengan para panelis. Volunteer gitu lho, hihihi.

Kalau saya disuruh milih, enakan mana, jadi peserta atau volunteer? Hmmm saya rasa tetep enakan volunteer, apalagi MC. Total 'keuntungan' yang saya dapatkan karena bertugas di sesi berbayar adalah sekitar dua juta rupiah. Hoho.

Triknya? Lihat dulu daftar panelis yang akan berbicara di UWRF. Kalau kamu pingiiiiin banget ketemu seorang panelis, ngobrol sama dia, dll dst dsb, mending jadi volunteer. Biasanya waktunya ga begitu sih; tapi misi saya tahun ini untuk berbincang dengan Kak Sacha Stevenson, Karim Allam (The Muslim Show), Pak Bondan Winarno, Kak Pangeran Siahaan, dan ibu Lily Yulianti Farid accomplished! And I am happy for that. Alhamdulillah.

Lagipula, as I have mentioned above, ga semua aplikan diterima, jadi udah...daftar volunteer dulu aja. Urusan diterima atau engga, itu belakangan. Kalau ternyata belum berjodoh, yaudin, jadi peserta aja tetep bisa merasakan keseruan UWRF kok.

So, I'll see you in UWRF next year? ;)

Lots of love,
Prima

Volunteer tag
Suasana MC Orientation with Kate Hall (MC Coordinator)
Suasana MC Orientation
Suasana Volunteer Orientation - abaikan ekspresi cantik teman saya :)))

Monday, October 20, 2014

Rumah Harapan

Sometimes life is funny, it meets us with our teenage dream again, with an unexpected way.

This is one of my story :)

Sewaktu saya SMA, saya punya dua orang teman dekat. Yang satu sebut saja namanya Rara; yang satunya lupa, kalau ga salah namanya Mika. Silahkan jitak saya karena sudah sepatutnya saya ga lupa sama nama dia, tapi mungkin namanya juga teman dekat, kita udah ga saling panggil nama tapi beb, say, cyin, atau apalah. Mungkin. *brb searching di fb*

Pada masa-masa memilih jurusan kuliah, kami bertiga bercerita dengan semangat: saya akan kuliah di Jurusan Ilmu Komunikasi, Rara di Psikologi, dan Mika, akan merenda langkah untuk menjadi dokter.

“Kayaknya seru ya, kalau kita punya rumah sakit murah, tapi disitu ada layanan pendampingan perempuan juga, semacam bantuan psikologi dan komunikasi keluarga. Dari perempuan, oleh perempuan, untuk perempuan.”

Kami mencetuskan mimpi.

Lalu mimpi itu terlupakan, tertinggal di sudut ruang hati, karena pemimpi-nya terlalu sibuk dengan kenyataan hidup.

Sampai sabtu lalu, sahabat saya, Titasya, menyodorkan meme ini. Membuat saya terdiam seribu bahasa.

It's not about the pic, that I think 50% of it happens in my life.
But the fact that I was once abandoned, and then life has been so kind to meet me with good people...'til I have a dream to help teenagers who have the same problem.

Lucu ya, hidup saya (ternyata) sudah jauuuuuh lebih baik, hingga saya lupa membantu orang-orang, seperti yang sudah pernah saya janjikan.

Jadilah semalam, sebelum tidur, saya merenung, apa yang terjadi?
Apakah mimpi tersebut telah hilang dimakan waktu, bertransformasi menjadi impian-impian lain yang hanya menitikberatkan pada profit dan keuntungan?

Atau jangan-jangan, saya khawatir akan omongan orang? Saya bukan komunikator handal, bukan pula psikolog yang bisa memberikan solusi profesional untuk masalah seseorang.

Atau memang saya takut karena tak punya modal finansial? Tak ada waktu mengurusnya?

Duh, duhai Allah yang Maha Pengasih, ampuni hamba-Mu yang besar omong ini..

Saat ini, saya sedang menuliskan ulang mimpi Rumah Harapan ini. Saya beri nama sementara demikian, karena ini juga merupakan salah satu harapan saya, yang mudah-mudahan terwujud sebelum usia saya beranjak senja..

“Sebuah rumah, yang didalamnya terdapat kenyamanan, ketenangan, dan ketentraman hati.
Tidak ada penghakiman, tidak ada kesalahan; yang ada hanyalah refleksi diri dan pembelajaran melalui pengalaman hidup..
Rumah singgah untuk para anak-anak korban perceraian yang menginginkan pelukan, serta istri dan janda yang membutuhkan penyemangatan.
Mungkin perempuan yang mengharapkan perbaikan kesehatan, atau yang ingin menambah keterampilan..
Rahasia terjaga disini, dan kamu, bebas menjadi diri sendiri..”
 

Bismillah, semoga Allah mendengarnya, dan malaikat mengamininya..

Dari teman-teman pembaca juga, boleh minta doanya? :)

Salam,
Prima


Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...