Friday, July 31, 2015

Mengapa Pacaran Dilarang dalam Islam?

Hamil.

Satu kejadian, seribu reaksi.

Tapi umumnya, reaksi tersebut terbagi dua: bahagia, ketika kehamilan tersebut direncanakan dan terjadi dalam sebuah pernikahan; sedih, kesal, marah, dan kecewa – ketika kehamilan tersebut adalah hasil dari perbuatan yang tidak bertanggungjawab.

Biasanya, reaksi kedua lebih banyak dikeluarkan oleh pasangan yang pacaran – belum secara sah dan halal menjadi suami-istri. Naudzubillah.

Jalan keluarnya apa? Yang paling 'mudah' sih, aborsi. Yah, meskipun ada juga yang kemudian memutuskan untuk menikah. Saya tidak bilang menikah itu lebih baik karena kalau tidak salah, secara hukum Islam hal tersebut juga tidak dianjurkan. Tapi, mari kita lihat fakta dibawah ini:

Menurut data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2008, rata-rata nasional angka kematian ibu melahirkan (AKI) mencapai 228 per 100 ribu kelahiran hidup. Dari jumlah tersebut, kematian akibat aborsi tercatat mencapai 30 persen. Sementara itu, laporan 2013 dari Australian Consortium For In Country Indonesian Studies menunjukan hasil penelitian di 10 kota besar dan 6 kabupaten di Indonesia terjadi 43 persen aborsi per 100 kelahiran hidup. Aborsi tersebut dilakukan oleh perempuan di perkotaan sebesar 78 % dan perempuan di pedesaan sebesar 40 %.

Fasli mengatakan perempuan yang melakukan aborsi di daerah perkotaan besar di Indonesia umumnya berusia remaja dari 15 tahun hingga 19 tahun. Umumnya, aborsi tersebut dilakukan akibat kecelakaan atau kehamilan yang tidak diinginkan.  

 
Nah, I'm not gonna talk to you about the child, or the marriage. But let me come up to you with this insight: why dating is forbidden in Islam?

Beberapa minggu yang lalu, saya menemukan video tausyiah dari Ustadz Nourman Ali Khan yang berjudul 'Sexual Desires', just take a look:



Disitu, Ustadz Nourman menyatakan bahwa 'pinternya' setan itu, dia akan menggoda manusia secara perlahan. Dia ga akan bilang “hey, why don't you have sex with your boyfriend/girlfriend?” Dia akan 'menyuruh' kita untuk pegangan tangan, rangkulan, pelukan, cium kening, cium pipi, dan seterusnya. Sampai pada suatu titik, kita akan berpikir “oh gak apa kok, begini doang”, “ah kan 'cuma' pegangan tangan”, “tapi kan ini bukti cintaku ke dia..” dan sebagainya.

Ustadz Nourman bilang, setan akan berusaha supaya kita melakukan seks atas dasar dorongan dari diri sendiri, bukan karena godaan setan lagi. Padahal manusia itu punya akal, yang seharusnya menjadi pengendali dari hawa nafsu. Kalau iman sedemikian lemahnya, maka akal semestinya bicara. Kalau sebagian dari kita berpikir, masa sih cuma sekali doang bisa hamil? Jawabannya: bisa! Sangat bisa! Jika Allah menghendaki. Nyatanya banyak kok teman-teman saya yang sudah menikah, ceritanya begitu.

Atau mungkin ketika kita ngomongin anak itu terlalu jauh, idealnya akal akan membimbing: now that you do this, gimana kalau besok putus? Masalahnya, yang biasa terjadi after sex adalah: perempuan ga bisa lepas, laki-laki-nya ga mau lanjut. Mungkin sister pernah dengar kutipan ini:

Before sex: Men's thinking is cloudy and women's thinking is clear.
After sex: Men think clearly and women's thinking gets cloudy.


Lama saya berpikir kenapa ya di islam ga boleh pacaran...dan barangkali inilah salah satu jawabannya. Karena memang Allah sudah memberikan kita hawa nafsu dan dorongan seksual, dan hal itu belum tentu bisa dibendung 'hanya' dengan iman yang kuat.

Gimana kalau pacarannya ga ngapa-ngapain? Apalagi pacaran islami, yang saling memotivasi untuk kebaikan dan lebih dekat dengan Allah?

Tetep aja ga boleh! Coba baca hadits dibawah ini:

Dari Amirul Mukminin Abu Hafsh, Umar bin Al-Khathab radhiyallahu ‘anhu, ia berkata : “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Segala amal itu tergantung niatnya, dan setiap orang hanya mendapatkan sesuai niatnya. Maka barang siapa yang hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya itu kepada Allah dan Rasul-Nya. Barang siapa yang hijrahnya itu Karena kesenangan dunia atau karena seorang wanita yang akan dikawininya, maka hijrahnya itu kepada apa yang ditujunya”. [Diriwayatkan oleh dua orang ahli hadits yaitu Abu Abdullah Muhammad bin Ismail bin Ibrahim bin Mughirah bin Bardizbah Al Bukhari (orang Bukhara) dan Abul Husain Muslim bin Al Hajjaj bin Muslim Al Qusyairi An Naisaburi di dalam kedua kitabnya yang paling shahih di antara semua kitab hadits. Bukhari no. 1 dan Muslim no. 1907]

 
Bahkan, saya pernah membaca jika laki-laki mengimami perempuan yang bukan mahram, hukumya pun haram (dalam kondisi hanya berdua tanpa ada orang lain; dan tidak di masjid – maksudnya, jika kebetulan terjadi di masjid dimana banyak orang lain, sedangkan hanya mereka berdua yang sholat, itu diperbolehkan).

Makruh (tahrim) seorang laki-laki shalat mengimami seorang wanita yang bukan mahram. Berdasarkan hadis yang diriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, bahwa beliau bersabda, ”Jangan sampai seorang lelaki berdua-duaan dengan seorang perempuan. Jika terjadi makhluk ketiganya adalah setan.” (al-Muhadzab, 1/183).

Kan, sholat berdua pacar aja haram, apalagi berdua-duaan buat yang lain? Astaghfirullah.

Pic from here
So, kita bisa menarik kesimpulan mengapa pacaran diharamkan dalam islam:

1. Adanya potensi melakukan hubungan seksual yang berujung pada ketidakjernihan hubungan itu sendiri (baik secara pemikiran, psikologis, dan perasaan); terlebih jika terjadi kehamilan yang tidak diinginkan. Cobalah pikir, begitu banyak ibu diluar sana yang menginginkan anak, eh disini ada yang dengan 'mudahnya' aborsi dan membunuh anak tidak berdosa.
2. Menjadikan seseorang sebagai motivasi beribadah, melebihi niatan kita beribadah untuk Allah. Padahal yang memberi kita hidup, kebahagiaan, rezeki – dan bahkan rasa cinta itu – siapa kalau bukan Allah? Kok kemudian kita tega mengkhianati Sang Maha Pengasih dan Penyayang?

Wew, sepertinya post saya kali ini sudah terlalu panjang. Semoga Allah menghindarkan saya dari bersuudzon terhadap 'pelaku' pacaran; sebenarnya saya pun mengamini hal-hal diatas justru karena saya berpengalaman dalam pacaran. Oleh karena saya tahu potensi mudhorot-nya yang jauh lebih besar daripada manfaatnya, I need to write this although some of you will disagree. Maka, satu lagi doa saya, semoga Allah membimbing kita untuk menerima kebenaran, meski pahit.

Salam,
Prima

Sumber: http://www.cnnindonesia.com/nasional/20141029111311-12-8642/tercatat-angka-aborsi-meningkat-di-perkotaan/

Wednesday, July 29, 2015

Hello Stranger: Never Ever Fall In Love When You Travel

Pic from here

Minggu siang kemarin, berhubung sedang mager (males gerak) banget, akhirnya saya menonton ulang Hello Stranger. Dulu rasanya saya pernah menonton film drama-komedi Thailand yang dirilis tahun 2010 ini, tapi saya lupa apa saya nonton sampai selesai. Kali ini, saya lebih menikmatinya, mungkin karena sekarang (sejak beberapa tahun lalu sih) kepingin banget ke Korea. Oke deh, mari serius menabung! #NgemengDoang :|

Hello Stranger bercerita tentang May (Nuengthida Sophon) dan Dang (Chantavit Dhanasevi) yang tidak sengaja bertemu saat berlibur di Korea. Petualangan mereka seru banget, dari mulai ke Pulau Nami, menghadiri pernikahan teman May, Min'a, hingga memenangkan grand prize saat berjudi. Setiap harinya memunculkan perasaan ketertarikan antara keduanya, meski May sudah memiliki pacar, dan Dang sedang berusaha memenangkan hati mantan pacarnya. Saya sempat nyeletuk ke sepupu, “saking serunya film ini, apapun ending-nya ga masalah deh.” Dan ternyata, ending-nya agak-agak bikin “yaaah, kok gini.” Huahahaha, ga konsisten banget sih kamu, prim!

But anyway, pernah kebayang ga kalau hal ini terjadi pada kita? Apalagi solo traveling lebih nge-tren pada tahun-tahun terakhir, and whatever happens in holiday times, stay there. Hanya saja, saya merasa, jatuh cinta saat traveling, apalagi keluar negeri itu agak riskan. Why so?

1. Kita Tidak Tahu Profil Diri Si Lelaki yang Sebenarnya
Kebetulan di hari sebelumnya, saya menonton Lucy. Itu lho, film dimana Scarlett Johansson jadi kurir narkoba lintas negara, yang malah membuat tubuhnya terluka tapi di sisi lain, kemampuan otaknya meningkat; menjadikan dirinya punya kemampuan super. Kalau sister memperhatikan awalnya, Scarlett dijebak oleh seseorang yang ia kencani di Taipei, kota dimana ia bersekolah.
Serem? Banget. Memang kejadian ini tidak hanya mungkin terjadi di luar kota atau luar negeri, tapi kemungkinannya jelas lebih besar, terutama ketika kita solo traveling, without any friend at all. Saya percaya banyak sekali orang-orang baik yang dikirim Allah untuk mengamankan perjalanan kita (seperti saya, dengan kisah pesta pernikahan di Kamboja). Tapi saya juga sadar ga semua orang sebaik itu. Especially if we got drunk, udah deh bisa habis kita.
Jadi, jatuh cinta saat traveling, apalagi kalau ketemunya – atau kemudian nge-date-nya - di tempat-tempat hiburan (malam), so not highly recommended. Masih ada tempat-tempat dimana kita (insyaAllah) bisa menemukan cowok baik-baik. Museum, maybe? Atau siapa tahu kita jatuh cinta dengan sesama traveler ketika sholat di masjid setempat.
Meski demikian, tetap saja kita perlu berhati-hati. Maybe he is a good person, he is fun to be with, he knows things to do in the city; but we don't know his marital status. Nanya? Duh, ga enak dong, baru kenal ini. Nyesek kan, kalau kitanya udah terlanjur cinta, eh ternyata dia punya pacar/tunangan/istri yang menunggu di rumah.

2. Kita Juga Tidak Seharusnya Membuka Diri kepada Orang Asing
Sebaliknya, karena perjalanan yang seru, kita banyak bercerita tentang diri, keluarga, pekerjaan, dan sebagainya. Kembali ke resiko nomer satu, iya kalau dia orang baik-baik dan terkesan dengan cerita kita. Bisa jadi lho, kita ketemu orang jahat yang memanfaatkan situasi dengan menelepon orang rumah, mengatakan bahwa kita dalam situasi darurat, dan meminta sejumlah uang. Kok ngeri gitu, prim? Hel-lo, hal ini sangat mungkin terjadi karena kita sendiri tidak selalu bisa dihubungi saat diluar negeri, iya kan?
Nyatanya, tidak perlu menunggu traveling, banyak sekali kejadian perempuan yang diperas karena terlalu membuka diri kepada temannya di social media – yang ternyata penjahat. So, pikir-pikir lagi deh, sebelum menceritakan sesuatu kepada orang yang benar-benar masih asing.

3. Kita Menghadapi Resiko bahwa Hubungan tersebut tidak Akan Berjalan Lancar Seusai Liburan
Seandainya kedua resiko diatas tidak terjadi – let's say this person is really really good – kita tetap dihadapkan pada dua pilihan: melanjutkan hubungan tersebut dengan segala konsekuensinya, atau memutuskan untuk menjadi teman biasa saja. Tentu akan sulit memilih yang pertama jika ada perbedaan seperti domisili, pekerjaan, dan lain-lain. Apapun pilihannya, jangan sampai terjebak dalam situasi PHP ya. Seorang lelaki yang ditakdirkan oleh Allah untuk sister akan menunjukkan keseriusannya, tidak sekedar memberikan janji-janji kosong.

Bagaimana dengan saya? Sebenarnya saya merasa lebih baik menghindari jatuh cinta saat traveling, meski tentu saya sangat senang jika bisa punya teman-teman baru, baik perempuan maupun laki-laki. Tapi nih, duluuuu sekali, tahun 2002, saya pernah cinlok (cinta monyet sih, maklum umur berapa tuh, haha) saat mengikuti World Scout Jamboree di Thailand. Cowok Inggris ini awalnya memandang saya sebelah mata karena hijab saya, tapi kami akhirnya berteman dan di hari terakhir, it feels so difficult to take off his hand. Rotfl. Sampai beberapa bulan sesudahnya, kami masih saling mengirim email, tapi kemudian, semua hilang begitu saja. Saya masih ingat, namanya Gary Smith dan ia berasal dari Durham, Inggris Utara. Tapi gatau ya, apa yang dia rasakan ke saya, saya kok pede banget, hahahahaha.

Bukannya tidak mungkin jodoh kita dikirim lewat traveling, karena toh ada saja teman saya yang menikah dengan seseorang yang ia temui saat bepergian ke Eropa. Tetapi seperti saya kemukakan diatas, jauh lebih baik jika kita berhati-hati. Perjalanan menyenangkan, pulang pun dengan selamat sentosa tanpa kurang suatu apapun. Happy traveling!

Lots of love,
Prima

Tuesday, July 28, 2015

#differentisbeautiful: Opening

And of His signs is the creation of the heavens and the earth and the diversity of your languages and your colors. Indeed in that are signs for those of knowledge. (Q.S.Ar-Ruum (30): 22)

O mankind, indeed We have created you from male and female and made you peoples and tribes that you may know one another. Indeed, the most noble of you in the sight of Allah is the most righteous of you. Indeed, Allah is Knowing and Acquainted. (Q.S.Al-Hujuraat (49): 13)

Perhaps some of you remember Addy, the girl who interested in Islam, the one behind some of my English posts, such as this one. Some days ago, she sent me email again, letting me know that she converted to Islam around October last year. Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar! I am more than happy to call her my sister now, and for my readers, I hope you can take a minute to read Al-Fatihah for Allah strengthen her faith (and also for us!) until we die in khusnul khotimah, amiiin.

I am not gonna tell you about her stories, as she will tell you herself, hopefully very soon. But some of our conversations make me realize how ignorant a person can be, towards something that comes outside his/her world. The closest example might be me, I am basically Javanese and I don't really care about what happens outside Java island. I rarely think about Papua, Kalimantan, and others. I do pay attention for the global news, but to say I understand what is happening with hunger in Africa, I'll keep silent.

For some people, this ignorance will grow to be stereotype. In Indonesia generally, we accept the idea that people from Surabaya and Batak always talk in loud voice. Sundanese likes getting married. And so on. There are many bad guys from Java, as well as from Sumatera, Kalimantan, and other ethnic background. So it doesn't mean that we are simply better than others. But we are not aware of this and putting stereotype to people who is different than us.

Back to Addy, she tells me a lot about how Americans look down to a Muslim, and it does hurt me. It's a public secret that Muslim globally related with terrorism, and we all know that it's not true. So many international Muslim public figures who have done great things. Find some of them in The Muslim 500. Besides them, I do believe many Muslims are fighting to not only exposing good image of Islam; but it's what they do for life – and for years. They ARE good people, who sometimes might be covered by the shadow of global news about terrorism.

However, I do understand that it probably because intercultural/interfaith friendship are not really promoted in our daily life. It still feels weird to see a person going out with somebody who has different appearance. For example, people might look at me when I have lunch with my office mates because mostly they are Chinese descent – and sometimes the girls wear short-sleeve shirt. It is funny thing because we can't expect a peace world if every person just make friends with people who has similarity. You can't do that! You even have different point of views with your parent or siblings, so why can't we accept the differences from other people as well?

That's why, I will create a brand new project called #differentisbeautiful. I will tell you the stories of my friendship with people from different religion, ethnic background, etc. I hope by writing these, you will find out that, the more different we can be, the more similarity we probably have. Like me and my Vietnamese friends, Nhung; we love traveling, good food, and cute boys. Lol.

My first #differentisbeautiful post will be around mid next week. Once I started this, I hope you will also join me spreading the word that we, love differences as it makes the world more colorful and more vibrant. You can plan it from now! ;)

Lots of love,
Prima

Monday, July 27, 2015

Rahasia Sebatang Pohon Kelapa

Hari Sabtu tanggal 27 Juni, saya berkesempatan mengikuti talkshow kepenulisan yang dihadiri oleh Darwis Tere Liye. Kebetulan acaranya bertempat di Masjid At-Taqwa dekat rumah saya. Sebagaimana umumnya event-event di Indonesia, acara ini pun mulainya terlambat (…..). Rasanya mendengarkan 'tausyiah' dari Darwis Tere Liye sekitar satu jam lebih-lebih sedikit itu kuraaaaang. Tapi, masih lumayan lah daripada engga sama sekali, lol.

Anyway, berhubung saya tidak mem-follow Darwis Tere Liye di Facebook atau Twitter, tadinya saya berpikir bahwa 'Tere Liye' is a woman. Soalnya, buku-bukunya yang sudah saya baca yaitu Berjuta Rasanya dan Bidadari-Bidadari Surga (baca reviewnya disini) sepertinya 'cewek banget'. Saya baru tahu kalau Tere Liye adalah seorang pria kece (yang sudah menikah, hiks) sekitar tiga bulan-an terakhir. Hahahahaha.

Saya sendiri merasa bahwa Tere Liye adalah salah satu penulis Indonesia yang amat sangat mumpuni dan berkelas. Kalau boleh saya mengatakan, dia 'gila' dengan segala ide-idenya, sudut pandang penceritaannya, dan penggambaran tokoh-tokoh dalam tulisannya. Jenius dan gila kadang-kadang bedanya tipis. Peace, Bang! :p

Makanya, saya penasaran banget dan alhamdulillah, beberapa pertanyaan saya terjawab di talkshow ini. What are those? Ini dia..

1. Bagaimana Tere Liye bisa menulis tentang alam dengan sangat detil dan mendalam?

Waktu remaja, Tere Liye mengikuti ekskul bird watching. Lalu saat beranjak dewasa, ia mulai hobi traveling – bahkan ia pernah keluyuran di Kalimantan selama sebulan via jalan darat. He pays attention to his surrounding so well. *manggut-manggut*
Saya memang baru membaca empat bukunya, tapi kalau diamati, caranya mendeskripsikan nama-nama hewan dan tanaman, atau situasi cuaca, are just beyond the eyes of common people. Tentu kedua pengalaman tersebut sangat membantunya, tapi di talkshow tersebut, dia tak henti-hentinya mengingatkan para audiens untuk rajin mengamati dan menuliskan apa saja yang dilihat dalam keseharian. Dari situlah, kita bisa membangkitkan ketertarikan akan pengetahuan yang bisa didapatkan melalui membaca atau riset.

2. Bagaimana Tere Liye bisa menghasilkan tulisan yang mengalir?
Duh ini susah jelasinnya dengan tulisan. Gini deh. Ceritanya, dia membuat perumpamaan dengan memasak. Menurut sister, enak mana, masakan yang dibuat sesuai dengan langkah-langkah yang tertulis di buku resep masakan; atau proses masak yang.....ya nikmati aja prosesnya tanpa harus terikat oleh 'syarat dan ketentuan' yang berlaku di buku resep masakan? Yang kedua kan? Nah seperti itulah menulis, just try to enjoy the process. Jangan terlalu khawatir dengan bagaimana ending-nya nanti, bagaimana proses editing dan sulitnya menembus penerbitan, dan sebagainya. Just. Write!

3. Mengapa kita harus menulis?
Karena setiap orang memiliki yang namanya 'rahasia sebatang pohon kelapa'. Begini kisahnya...
Alkisah, di kerajaan antah berantah (#krik), hiduplah seekor burung camar (apa elang ya? Lupa..), seekor penyu, dan sebatang pohon kelapa. Suatu hari, mereka bertiga sepakat untuk berpisah untuk sementara waktu, berkelana, dan kembali berkumpul untuk menceritakan pengalaman mereka.
Berbulan-bulan kemudian, mereka bertemu lagi, dan burung camar menjadi pencerita pertama. Berhubung dese bisa terbang kan ya bok, kebayang kisahnya pastilah indah dan luar biasa. Tapi si penyu tidak kalah begitu saja, karena dia mampu berenang ke tempat yang jauh...jauh...jauh...lebih jauh daripada si camar. Maka cerita si penyu mengundang decak kagum si burung camar dan si pohon kelapa.
Giliran pohon kelapa bercerita, ternyata.....si pohon kelapa memiliki cerita yang jauh lebih dahsyat. Kok bisa? Karena buah-buah kelapa yang jatuh dari pohonnya, tersapu pasir, terbawa melalui laut, hinggap di daerah-daerah lain di muka bumi ini, dan menghujamkan akarnya. Maka karena ia bertengger disitu, kisah yang ia ceritakan sungguh lebih berwarna.

Okay. Kalau penggambaran diatas kurang meyakinkan, artinya sister harus dengerin langsung dari Darwis Tere Liye. Because I know some writers don't really have the public speaking skill; but Darwis Tere Liye? I guess he is also a very good storyteller. Semoga anak-anak saya nantinya punya bapak seperti dia, pasti enak mah saya tinggal ongkang-ongkang kaki, biar bapaknya yang dongengin sebelum bobok. Lol.

Back to the writing. Seperti pohon kelapa, kita tidak selalu harus beranjak kemana-mana. Biarkan karya kita yang mendunia, melanglangbuana..... MANA BISA GITU!!! SAYA HARUS KEMANA-MANA JUGA DONG. #PenulisSerakah :)))

Really. Sejam bersama Darwis Tere Liye itu sama sekali ga cukup. Apalagi gayanya dalam 'berceramah' begitu interaktif dan ekspresif. Jangan-jangan baterenya si Abang merek energizer, kayak ga ada habisnya itu energi..

So, kalau kamu penulis atau calon penulis, perhatikan baik-baik jadwalnya Darwis Tere Liye dan tangkap kesempatan mencuri ilmu langsung darinya ketika ada talkshow/workshop/bedah buku. Jika sesudah itu kamu makin cinta sama tulisannya, saya ndak nanggung lho ya. Hihihi.

Keep reading (and writing),
Prima 


*maaf ga ada fotonya, soalnya saking enerjiknya Bang Tere, hampir semua foto yang saya ambil nge-blur :| *nyalahin si Abang *padahal saya yang ga pinter memfoto :)))

Friday, July 24, 2015

The Hoax


Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggunganjawabnya. (Q.S.Al-Isra' (17): 36) 


Wednesday, July 15, 2015

Idul Fitri (Belum Tentu) Adalah Hari Kemenangan

pic from here

Sister ingat ga, dulu waktu masih kecil motivasinya puasa apa siiih?
Ih, prima kepo banget siiih – ini apa siiih – hahahahaha.

Biar ga serius-serius banget gitu lho maksudnya, apalagi buat sister yang insyaAllah hari raya kamis, pasti mulai sekarang sudah ribet bin rempong. Dari mulai bersihin rumah sampai nyetrika baju dan mukenah.

So, balik ke pertanyaan saya. Gimana, udah inget? Rata-rata pasti jawabnya, “supaya dapet salam tempel waktu lebaran!” Bahkan, konon ada yang jumlah hari puasanya berbanding lurus dengan jumlah uang jajannya lho. Jadi, semakin banyak puasanya, semakin banyak pula uang yang didapat. Kalau di keluarga saya sih, yang lebih berpengaruh adalah umur. Sampai kuliah, semakin tua artinya semakin banyak uangnya. Adil dan proporsional sesuai kebutuhan #halah

Kalau kita kembali ke masa-masa kecil itu, kayaknya puasa kita 'mudah' sekali ya, sister. Niatnya 'lurus' dan 'tulus'. Eh, ternyata ketika kita bertumbuh dewasa, saat kita mulai mengenal arti puasa sesungguhnya, niat puasa yang 'bersih' tersebut perlahan-lahan luntur. Tergantikan oleh keinginan pahala yang berlimpah, dan penghapusan dosa. Yang mana yang lebih dominan? Tergantung kepedean kita; kalau kita ngerasa baik, kita ngerasa pantas mendapatkan pahala puasa. Sementara sebagian dari kita menjadikan Ramadhan bulan ratapan: menangisi dosa-dosa kita yang segunung itu - yang meski kita berharap bisa memutarbalikkan waktu dan menghapus perbuatan buruk itu, tetap saja kita lakukan lagi dan lagi.....

Prima mau ngomong apa sih sebenarnya?

Ups, maaf ya ngelantur..

Jadi gini, ketika kita masih kecil, kita selalu mengharap-harap datangnya bulan Ramadhan dan hari raya Idul Fitri karena ada yang dikejar; meski 'hanya' berupa uang jajan. Tetapi sekarang, adakah kita mengharap-harap datangnya bulan Ramadhan dengan penuh suka cita? Apakah kita benar-benar bersemangat mengisi setiap harinya dengan tadarus, tarawih, dan sedekah – karena mengharap rahmat dan ampunan-Nya?

Bagi yang menjawab 'iya', bersyukurlah. Sebaliknya, sebagian dari kita, mungkin sebagian besar, sewajarnya merasakan surutnya misi ibadah Ramadhan karena Ramadhan kan 'begitu-begitu saja'.

Makanya, setelah melalui proses pembelajaran dan usaha-usaha kreatif dalam melewati Ramadhan selama beberapa tahun terakhir, tahun ini saya merasakan suatu kesedihan karena Ramadhan akan segera berakhir.

Kesedihan yang saya rasa baru-baru ini saja saya alami, yaitu: saya takut ibadah 20-an hari kemarin belum sempurna. Boro-boro dosa diampuni dan pahala dilimpahi, jangan-jangan amal kita aja belum diterima.

Kekhawatiran ini bukan tanpa alasan, sister. Secara kita ini manusia biasa, puasa tentu masih 'dihiasi' dengan dusta, ghibah, pelitnya berinfak; bahkan dipenuhi dengan hal-hal yang kurang bermanfaat seperti pacaran, tidur seharian, dan lain-lain. Duh, malu sama puasanya anak-anak yang lebih 'lurus' dan 'tulus'; yang tujuan puasanya supaya dapat salam tempel. Lah kita yang sudah dewasa, udah puasanya 'begitu doang', mintanya surga. Busyeeet.

That's why, meski Hari Raya Idul Fitri identik dengan kata-kata kemenangan, buat saya hari ini justru adalah awal dari pembuktian. Bahwa shalat-shalat sunnah, tadarus satu juz per hari, sedekah setiap saat, dan rutin menyambangi masjid - tidak malah berhenti pada hari-hari sesudah ini. Sebelas bulan kedepan adalah bulan-bulan yang lebih berat, dimana kita akan menghadapi begitu banyak tantangan untuk menunjukkan ketakwaan kita. Minimal, apakah sebulan puasa Ramadhan mampu mengubah kita menjadi pribadi yang lebih baik, lebih dekat dengan Allah.
Mu’alla bin Fadl mengatakan:

كانوا يدعون الله تعالى ستة أشهر أن يبلغهم رمضان يدعونه ستة أشهر أن يتقبل منهم

“Dulu para sahabat, selama enam bulan sebelum datang bulan Ramadhan, mereka berdoa agar Allah mempertemukan mereka dengan bulan Ramadhan. Kemudian, selama enam bulan sesudah Ramadhan, mereka berdoa agar Allah menerima amal mereka ketika di bulan Ramadhan.” (Lathaiful Ma'arif, Ibnu Rajab, hal.264)

So, kalau hari-hari sesudah hari ini kita malah berleha-leha, semoga kita segera diingatkan oleh Allah untuk menjaga istiqomah-nya amal ibadah kita. Dan tentu sajaaa, post ini tidak akan lengkap kalau saya tidak memberikan saran, apa saja yang bisa kita lakukan untuk mempertahankan frekuensi komunikasi kita dengan Allah SWT? Here we go.

1. Shalat sunnah

Always, always, always make time for dhuha. 4 rakaat baik, 2 rakaat alhamdulillah. Selanjutnya, selalu sempatkan shalat sunnah rawatib. Buat saya, minimal: 2 rakaat sebelum subuh dan 2 rakaat sesudah maghrib/isya. Selebihnya juga sebisa mungkin dilakukan, belajar melengkapi shalat sunnah rawatib secara perlahan. Terakhir, shalat tahajud. Jika sister merasa 'membutuhkan bantuan' untuk dibangunkan, jangan beri kesempatan untuk para 'ikhwan abal-abal' yang bisa berpotensi memodusi sister. Cari bantuan yang sebenarnya, misalnya Komunitas Tahajud Berantai yang pernah saya ceritakan disini

2. Tadarus
Kalau sister sudah terbiasa satu juz per hari, apalagi sudah tergabung dalam komunitas ODOJ, thumbs up! Tadinya saya belum berani bergabung karena merasa belum mampu berkomitmen (#ceileh), tapi ternyata Ramadhan tahun ini saya terpacu karena saingan saya adalah ayah saya. Beliau begitu bersemangat menyelesaikan minimal dua juz per hari; so saya ga mau kalah dong. Hoho. Sesudah ini, target saya paling jelek, 'kembali' ke kebiasaan sebelum Ramadhan, yaitu satu juz selesai dalam dua hari. Tipsnya? Luangkan waktu!!! Setelah berlatih selama Ramadhan ini, tante saya bertekad untuk tidak melakukan aktivitas apapun di pagi hari sebelum menghabiskan minimal tiga lembar Qur'an. Make your own target and achieve it. Kalau di bulan Ramadhan ini kita bisa ngaji sistem 'kejar setoran', insyaAllah di hari-hari lain kita bisa mendekati pencapaian ini.

3. Sedekah
Alhamdulillah, selama Ramadhan kita telah dibiasakan untuk memasukkan beberapa ribu ke kotak amal setiap taraweh. Nah, selepas Ramadhan, kita harus mencari cara untuk tetap berinfaq. Ajukan diri untuk me-laundry-kan mukenah di mushola kantor; beli dua porsi makan siang di hari Jum'at dan berikan satunya kepada tukang becak yang biasa ngetem di dekat kosan; dan masih banyak lagi bentuk sedekah yang nominalnya relatif kecil tapi bermakna besar.

4. Majelis ilmu
Salah satu hal yang membuat hati kita adem selama Ramadhan, tentunya adalah siraman rohani yang kita dapatkan saat mengikuti sholat taraweh. Apalagi kalau ditambah kajian subuh dan kajian menjelang berbuka - MasyaAllah, kalau dua puluh persen aja nyantol di hati dan otak, insyaAllah sekarang ini sister sudah jadi pribadi yang lebih keren di mata Allah, amiiin. So, lanjutkan kebiasaan baik ini. Kalau sister tidak dapat menghadiri majelis ilmu secara fisik, sempatkan waktu untuk menonton video tausyiah dari para Ustadz, ini contohnya. Baca juga buku dan blog-blog islami. Buat jadwal rutin, misalnya senin dan kamis. Dengan demikian, ilmu dunia-akhirat meningkat, perbaikan diri selama Ramadhan-pun terjaga.

Selain usaha-usaha diatas, tentunya panjatkan doa setiap saat: agar segala amal ibadah kita, meski kecil dan terlihat remeh, tetap diperhitungkan oleh Allah sebagai tambahan kebaikan – pembuka jalan ke surga. 


Maka sebagai penutup, saya, Primadita Rahma Ekida, dengan segala kerendahan hati dan keterbatasan jarak dan waktu, hanya bisa memberikan ucapan Hari Raya Idul Fitri lewat blog ini:

تَÙ‚َبَّÙ„َ اللهُ Ù…ِÙ†َّا ÙˆَÙ…ِÙ†ْÙƒُÙ…

“Semoga Allah menerima amal kami dan kalian”

Amiiin, allahumma amiiin.

Lots of love,
Prima


*Blog post ini diikutkan IHB Blog Post Challenge Ramadhan yang diselenggarakan oleh Indonesian Hijab Blogger (indonesian-hijabblogger.com).

Sumber: http://www.konsultasisyariah.com/istilah-salah-terkait-idul-fitri-bagian-02/

Tuesday, July 14, 2015

Iman Itu (Ternyata) Sederhana

“Ada tiga perkara yang barangsiapa dapat mengumpulkan ketiga hal itu dalam dirinya, maka ia telah dapat mengumpulkan keimanan secara sempurna. Yaitu, memperlakukan orang lain sebagaimana engkau suka dirimu diperlakukan oleh orang lain, memberi salam terhadap setiap orang (yang engkau kenal maupun yang tidak engkau kenal), dan mengeluarkan infak di jalan Allah, meskipun hanya sedikit.” (HR. Bukhari)

Konon kata Sudjiwo Tedjo, ibadah terbaik di muka bumi ini adalah 'membahagiakan sesama'. Saya rasa hal tersebut sangat benar. Bukankah kita sebagai muslim diajarkan untuk menjaga hablum minannas, agar sama maksimalnya dengan hablum minallah?

Ketika membaca hadits diatas, saya merasa lega karena ternyata iman itu sangat sederhana. Sholat dan mengaji siang-malam tentu saja sangat baik. Tapi ternyata Allah menciptakan kita sebagai makhluk sosial itu menjadikan suatu kewajiban tertentu, yaitu: berbuat baik.

Mengacu pada hadits diatas, parameter berbuat baik itu mudah kok. Kalau you ga suka digituin, ya you jangan begitu sama orang. Ga suka disirikin? Ya jangan sirik. Ga suka digosipin? Ya jangan nggosip (oke, ini sulit). Pada dasarnya, manusia itu bersifat egois kok – maunya dirinya enak duluan. Orang lain? Nanti dulu. Tapi kalau semua maunya begitu kan jadi repot. So, sering-seringlah bercermin. Bukan hanya sister yang 'berkepentingan' untuk bahagia hari ini. Mulailah dengan membahagiakan orang lain, supaya orang-orang yang lain lagi, turut bergantian membahagiakan sister.

Demikian pula dengan salam. Kapan-kapan saya akan menuliskan review buku Rindu oleh Tere Liye. Disitu digambarkan bahwa manusia itu sama rata, sama derajat. Terutama ketika islam datang, menghapuskan perbedaan, dan meninggikan harkat perempuan. Maka hakikat memberikan salam kepada setiap orang adalah memandang bahwa kita tidak lebih baik daripada orang lain. Cuma, sister jangan modus juga. Mumpung ada hadits gini, jadi tebar salam ke dedek-dedek emesh dimana-mana, hihihi.

Yang ketiga, ternyata ini cukup sulit lho. Mungkin kita terbiasa baru berinfak saat ada kelebihan rezeki. Padahal, yang memberi rezeki siapa? Exactly, Allah SWT. Maka biasakan berinfak saat lapang maupun sempit. Saat lapang, diniatkan untuk bersyukur. Saat sempit, diniatkan untuk menghapus dosa yang menahan rezeki.

See? I know it's easier said than done, even for myself. Makanya, yuk kita sama-sama saling mengingatkan :)

Salam,
Prima

Daftar Pustaka
Syaamil Al-Qur'an (Al-Qur'anulKarim): Miracle The Reference, Halaman 82
Penerbit: Sygma Publishing, Bandung

Monday, July 13, 2015

Sebaik-baik Harta...

“...adalah yang ada di tangan orang yang saleh.” (HR. Bukhari-Muslim)

...dan sebaik-baik kepribadian atau karakter seseorang, adalah yang tidak berubah setelah memiliki banyak harta: tetap rendah hati, tetap lurus, tetap beribadah kepada Allah, dan tetap dermawan.

Kalau sister baca buku Lapis-Lapis Keberkahan karangan Ustadz Salim A. Fillah, ada beberapa subbab yang membahas tentang (maaf kalau salah interpretasi) 'enaknya jadi orang miskin.' Kita semua tahu ketika kita meninggal nanti, salah satu pertanyaan paling menyeramkan dari malaikat adalah, 'dari mana kita mendapatkan harta kita, dan bagaimana kita menghabiskannya.' Matilah kita (lah kan memang sudah meninggal :p), kita kan ga bisa bawa buku-buku catatan pengeluaran dan berdus-dus struk pembelanjaan saat dikuburkan, hehe. Makanya, paling enak jadi orang miskin, terimanya sedikit, ngabisinnya juga ga banyak – cuma butuh waktu pendek buat jawab pertanyaan tersebut.

YA ENGGA GITU JUGA KEULEUS.

Jangan takut untuk jadi orang kaya, apalagi kalau udah dari sananya, sister sangat senang bersedekah. Wuih, tambah joss!

Seorang ustadzah pernah menyampaikan dalam suatu ceramah, Islam butuh banyak sekali dukungan untuk mengembalikan kejayaannya. Dan salah satu yang sangat dibutuhkan adalah dana. Mari kita membahas hal-hal kecil. Jika seorang muslim cukup kaya, ia bisa membeli mobil ambulans dan menyediakan layanan gratis untuk orang tidak mampu. Jika seorang muslim cukup kaya, ia bisa membeli sepetak tanah dan mendirikan sebuah masjid atau taman kanak-kanak islam. Jika seorang muslim cukup kaya, ah saya tersenyum betapa dunia bisa jadi lebih baik.

Bahkan jika seorang muslim hanya punya uang dua puluh ribu, ia bisa membeli sepasang sandal jepit untuk diletakkan di masjid terdekat. Bahkan jika seorang muslim hanya punya uang lima puluh ribu, ia bisa membawakan takjil dan buka puasa untuk tetangganya yang miskin.

Bersedekah tidak perlu menunggu banyak, karena kadang yang sedikit pun mampu mencipta senyum dan doa pada yang diberi. Siapa tahu, justru dari yang sedikit itu, yang diberikan dengan penuh kehati-hatian karena itulah satu-satunya yang tertinggal di dompet, yang dapat memberikan berkah jangka panjang.

Salam,
Prima

Daftar Pustaka
@teladanrasul. 2014. Halaqah Cinta: Follow Your Prophet, Find Your True Love. Jakarta: QultumMedia

Friday, July 10, 2015

Have a Nice Dream!

“Apabila seseorang dari kalian bermimpi yang ia sukai, sesungguhnya itu berasal dari Allah. Maka hendaknya ia memuji Allah dan menceritakannya. Namun apabila ia melihat selain itu yang ia benci, sejatinya itu dari setan. Maka hendaknya ia memohon perlindungan kepada Allah dari keburukannya dan tidak mengungkapkannya pada siapapun. Sungguh, mimpi itu tidak membahayakannya.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Ini lho sister, contoh kalau semakin banyak membaca, semakin kita sadar kalau pengetahuan kita ternyata sedikit sekali. Selama ini, saya hampir selalu menceritakan mimpi saya, baik atau buruk. Soalnya, beberapa tahun terakhir, saya selalu bermimpi setiap tidur (malam maupun siang). Biasa, namanya manusia lemah imannya, kadang saya mencari-cari arti mimpi saya, sampai capek sendiri karena setiap hari mimpi dan SELALU ingat. Beberapa mimpi saya di tahun-tahun yang lalu masih bisa saya ingat sampai sekarang. Serem kan? Mending kalau mimpinya nikah sama mas Pangeran Dubai, ini... ah too scary to be told deh.

Saya sempat cari pertolongan kemana-mana (belum ke Klinik Tong Fang sih.. errr..), googling gimana caranya supaya ga bermimpi; sampai Ika, salah satu teman blogger pernah bilang kalau mimpi itu tanda kejeniusan seseorang. Maaf ya kalau salah informasi, tapi kalau ga salah waktu itu saya baca, kalau kita bisa mengendalikan yang terjadi dalam mimpi, artinya sebenarnya kita ini kreatif di kehidupan nyata. And you know what? I can do it! Kalau ada orang yang muncul dalam mimpi saya dan dia bersepatu hijau, saya bisa mengganti sepatunya jadi warna biru! Keren atau tambah serem? Jangankan sister, saya aja serem sendiri.

Tenang aja, saya selalu baca doa sebelum tidur, ayat kursi, kadang Al-Ikhlas, Al-Falaq, dan An-Nas. Menghitung keluarga Shaun the Sheep (#krik) saya ganti dengan istighfar. Menit-menit menjelang tidur jadi waktu yang mencekam karena saya tak tahu apa yang akan terjadi dalam mimpi saya... Hingga suatu masa, saya bilang ke mama, “aku bingung, aku ini capek, tapi kalau tidur mimpinya gitu, makin capek. Aku tuh ga bisa diginiin..” #mewek #deramah

Konon sih ada beberapa faktor yang menyebabkan hal ini, misalnya karena memang kecapekan di dunia nyata, atau makan besar sebelum tidur. Atau hmmm, masih ada masalah yang belum diselesaikan dan terbawa ke alam bawah sadar. Kalau yang terakhir, semakin kesel saya karena saya tahu beberapa masalah itu susah banget untuk diselesaikan. Argh.

Belum lagi kalau saya mimpiin sesuatu terjadi sama orang lain, yang juga cukup sering terjadi. Dan kalau ga saya ceritain, eeeh kejadian beneran. Terakhir kali mimpi 'kejadian besar' tentang seorang sahabat, saya menceritakan kepadanya, dan jelas aja dia ga percaya. Untungnya, sampai sekarang mimpi tersebut belum terjadi. Semoga jangan, ya Allah. Please please please.

Kembali ke hadits diatas, alhamdulillah saya jadi agak tenang. Terutama dengan kalimat terakhir, “sungguh, mimpi itu tidak membahayakannya”. Sementara saya ingin sekali meyakini bahwa mimpi hanyalah bunga tidur, saya pun tetap berjaga-jaga jika sewaktu-waktu mimpi bisa menjadi sebuah 'pertanda'.

So... ada yang punya saran buat saya?

(Hopefully) sweet dream tonight,
Prima

Daftar Pustaka
Kunnah, Mu'awiyah Abdurrahim dan Abdullah bin Jarullah Al-Jarullah. 2011. Kiat Tidur Sehat dan Berpahala: Bagaimana agar Tidur Anda Berbuah Pahala dan Menyehatkan Jiwa-Raga. Solo: Kiswah Media

Thursday, July 9, 2015

The Pauper

Kesengsaraan yang paling sengsara ialah miskin di dunia dan disiksa di akhirat (HR. Athabrani dan Asysyihaab) 

Kalau sister pernah datang ke pertemuan MLM, salah satu 'promosi' mereka biasanya begini, “Kalau kita terlahir miskin, itu bukan salah kita. Tapi kalau kita meninggal dalam keadaan miskin, itu salah kita.”

Somehow saya setuju dengan hal ini. Tetapi, jangan lupa bahwa yang namanya roda kehidupan itu kadang diatas, kadang dibawah. Kadang, dibawah terus.. Hehehe, kok kesannya pesimis gitu. Masalahnya, sekeras apapun kerja kita, kalau memang Allah tidak hendak memberikan rezeki kepada kita, mau apa? Mau marah-marah sama Allah?

The thing is, kadang manusia lupa kalau rezeki tidak selalu berupa kekayaan materi. Anak sholeh, ketenangan batin, macem-macem deh. Klise? Iya. Bukannya kalau kita kaya, kita akan bisa membantu lebih banyak orang? InsyaAllah saya mengamini hal ini, dan saya juga percaya insan terbaik adalah insan yang lebih sering memberi daripada meminta.

Hanya saja, kadang kita tidak memahami bahwa karunia Allah tidak selalu sesuai dengan apa yang kita bayangkan. Saya pernah baca suatu kisah, tapi lupa dari buku apa..
Suatu waktu, seorang sahabat bertanya pada Rasulullah, “Ya Rasul, patutkah saya merasa senang jika saya diuji dengan kekayaan dan perdagangan yang berhasil?” Rasulullah balik bertanya, “apakah semalam kamu mendirikan sholat malam?” “Tidak”, jawab sahabat. “Itulah ujianmu sesungguhnya.”

Paham ga, sister? Engga paham, ya? Huehehehe, gatau kenapa pas saya baca, saya trenyuh dan merasa malu. Ternyata, kesempatan untuk mendekatkan diri pada Allah merupakan sebuah 'rezeki' yang sangat besar. Ga heran makanya kenapa sholat dua rakaat sebelum sholat subuh lebih baik daripada dunia dan seisinya. Karena ketika kita bercengkrama dengan Sang Pencipta, we need nothing else.

Nah, kembali ke hadits diatas, saya juga pernah mendengar suatu kajian yang menyatakan bahwa kemiskinan adalah gerbang kekufuran dan kekafiran. Konon, yang miskin lebih mudah digoda dengan hal-hal yang menjauhkan diri dari agama. Tapi jangan syalah, yang kaya pun sebenarnya juga. Berapa banyak beban kerja yang membuat kita melewatkan waktu sholat? Berapa banyak pertemuan bisnis yang membuat kita lupa menghadiri majelis ilmu agama? Astaghfirullah..

Hadits diatas seolah-olah menjadi penghiburan untuk kita-kita yang keadaan finansialnya kurang stabil (saya juga kok :D). Meski sebenarnya, kalau yang miskin jangan sampai miskin juga di akhirat, apalagi yang kaya – 'haram' hukumnya jadi miskin di akhirat. Rugi bandar, gan! Ga malu apa sama duit bejibun yang udah dianugerahkan oleh Allah di dunia?

Semoga, kita bisa lebih cermat menentukan prioritas. Pinginnya sih bisa kaya dunia-akhirat ya, amiiin insyaAllah.

Salam,
Prima

Daftar Pustaka
Almath, Dr. Muhammad Faiz. 2000. 1100 Hadits Terpilih: Sinar Ajaran Muhammad. Jakarta: Gema Insani Press.

Wednesday, July 8, 2015

Balada Tas Hermes

Tidak ada iri hati kecuali terhadap dua perkara, yakni seorang yang diberi harta lalu dia belanjakan pada sasaran yang benar, dan seorang diberi Allah ilmu dan kebijaksanaan lalu dia melaksanakan dan mengajarkannya. (HR. Al Bukhari)

Cuma manusia sempurna yang ga pernah iri. Sayapun sering merasa iri pada teman-teman saya. Saya pernah nangis sebelum berangkat ke kantor karena saya iri sama teman masa kuliah yang gajinya tiga kali lipat daripada saya. Saya pernah kesel banget karena seorang teman bisa enak jalan-jalan ke Eropa tanpa terlihat harus kerja setengah mati seperti saya. Saya juga pernah sih, ngeliat update-an teman di Facebook dengan sirik, karena suaminya super ganteng, mapan, kayaknya perfect banget gitu. Bahkan saya juga pernah berhenti baca blog seseorang, karena saya pikir dia mencetak prestasi blogging-nya dengan cerita-cerita yang sensasional.

Astaghfirullah, dosa kamu banyak amat prim... *melipir

Anywaaay, beberapa cerita diatas totally fiktif, hanya supaya bisa kasih contoh betapa kadang kita (YES, sister juga, ngaku aja deh!) sering iri sama hal-hal yang remeh-temeh.

Tapi itu ga remeh prim? Itu #sikap!

No no, sister baca lagi deh hadits diatas. Jelas-jelas dinyatakan bahwa iri itu BOLEH, bahkan HARUS, tapi iri yang seperti apa? Iri yang mendekatkan diri kepada Allah. Kalau boleh suudzon (lagi), buat apa gaji gede, jalan-jalan ke Eropa, dan keluarga yang sempurna secara fisik; jika semuanya itu tidak membawa kasih sayang Allah ke kehidupan kita. Apa tandanya? Baca dengan hati deh, karena hati ga pernah bohong #ahsek #cieh

So, kalau masih iri karena seseorang bisa beli tas Hermes selusin (I know, I know it can be a problem for some people, even sometimes for me); lebih iri-lah pada mereka yang baik-baik saja dengan tas sekelas Three Rey tapi bisa bangun masjid dan panti asuhan.

Lah, kan yang tasnya Hermes juga udah mendonasikan sebagian besar kekayaannya?
Lah, kan yang bisa bangun masjid dan panti asuhan, kita ga tahu?

Yup, you are right, sister. Yang saya maksud, mari kita belajar mengubah motivasi. Pingin kaya boleh, tapi bukan semata-mata hanya karena pingin beli Hermes. Niatkan bahwa sebagian dari sedikit-banyak rezeki kita adalah untuk ummat, supaya hidup kita (di dunia dan di akhirat) menjadi lebih mudah. You must have know without I'm telling you, berapa banyak anak yang bisa kita sekolahkan dengan nominal uang yang sama dengan yang kita keluarkan untuk membeli sebuah tas? Sekali lagi, hati ga pernah bohong, sister.

Kalaupun duit kita udah kebanyakan sampai kita gatau harus 'membuangnya' kemana, percayalah di waktu yang sama kita pingin beli tas itu, ada seorang ibu di belahan dunia lain yang sedang meregang nyawa karena tidak punya uang untuk melahirkan di rumah sakit.

Kayaknya saya kelihatan makin sirik sama si tas ya, padahal apa salah Hermes coba? Hehehehehe.

Sama juga dengan ilmu, which I am experiencing myself at the moment. Sementara saya kembali bersekolah, saya jadi mudah iri dengan mereka yang lebih dulu berkiprah daripada saya, dengan penelitian dan inovasi mereka yang memudahkan hidup umat manusia. Yang terus-menerus menegaskan kepemimpinan manusia di muka bumi. Yang kerap membuat kita berdecak kagum, Maha Besar Allah dengan segala penciptaan-Nya.

It's a reflection, sister (← kata-kata favorit dosen saya, gatau maknanya apa :p). Terimalah sebagai wawasan baru, bahwa dibalik hal-hal duniawi yang dapat kita iri-in, ada hal-hal yang lebih substansial – yang bahkan kalau kita iri pada hal-hal itu, bukan tidak mungkin akan membawa pahala – something much bigger than just a bag. Yeee, balik lagi deh ke tas, mungkin saya harus beli KW-nya biar ga mati penasaran #eh

I hope you can accept this post with an open mind and an open heart. Kalau ada yang mau menyumbangkan dana beli tasnya, untuk sesuatu yang insyaAllah lebih meringankan sister di akhirat nanti, insyaAllah saya kenal beberapa yayasan yang akan menerimanya dengan senang hati; serta siap mendoakan sister sepanjang jalan.

Salam,
Prima

Daftar Pustaka
Almath, Dr. Muhammad Faiz. 2000. 1100 Hadits Terpilih: Sinar Ajaran Muhammad. Jakarta: Gema Insani Press.

Tuesday, July 7, 2015

Akhirnya Ramadhan (Akan) Berakhir Juga.....

#lho

Eits, jangan salah. Namanya juga lagi ikutan IHB Blog Post Challenge yang diselenggarakan oleh Indonesian Hijab Blogger (indonesian-hijabblogger.com), jadi isinya harus berbeza, biar dimenangin gitu maksudnya. Lol. Nah, sebaiknya sister baca post ini sampai selesai. Apalagi dengan judul yang cukup provokatif, saya khawatir sister suudzon duluan. Bahaya, kalau sister masih puasa (saya sedang engga, HIKS), bisa habis pahala puasa sister. Hehe.

Jadi, yang namanya Ramadhan itu idealnya ditunggu sama kita-kita yang (insyaAllah) beriman. Apalagi di bulan ini, pahala diobral habis-habisan; dosapun didiskon sampai 100%! Diskon 50%+20% di department store ternama ga ada apa-apanya deh.

Sayangnya, bagi beberapa muslim – dan kebetulan saya masuk di kelompok ini – ada hal-hal yang cukup 'mengganggu' kesempurnaan ibadah di bulan Ramadhan. Diantara hal-hal tersebut, ada yang substansial, tapi ada juga yang kadarnya biasa saja. Bagi saya, setidaknya ada 5 (lima) hal, yaitu:

1. Kurma
Kurma adalah buah selain sawo yang kalau ga kepepet abis, ga bakal saya makan. 'Celakanya', dua-tiga minggu sebelum memasuki bulan Ramadhan, berpak-pak kurma sudah ready bahkan di lapak-lapak pasar kesayangan ibu sister. 'Celakanya' lagi, meski di rumah keluarga saya bukan fans berat kurma – jadi jarang punya stok kurma berlebih – saya melihat buah ini disajikan dimana-mana. Di masjid-masjid, restoran-restoran, dan sebagainya. Nightmare. Untungnya, ya, untungnya, kurma bukan buah dengan aroma pekat seperti durian – yang saya benci setengah mati – jadi saya masih bisa bernapas lega.
Anyway, saya sadar kok kalau kurma adalah buah yang dianjurkan oleh Rasulullah, apalagi nutrisi dan gulanya sangat bagus untuk mengembalikan energi kita seusai seharian puasa. Tapi gimana ya sister, tetep aja saya ga suka. Kalau satu boleh deh, kalau dua ya ngunyahnya mulai lambat, tiga? Engga deh, makasih banyak. Mending saya makan pizza seloyang aja #yeee #dasar
atau sebaliknya, ada yang ngerasa begini? :p - pic from here

2. Undangan Buka Bersama 

Honestly, saya serba salah menghadapi masalah satu ini. Ada beberapa latar belakang yang mendasari hal ini. Satu, begitu buka puasa, saya tidak terbiasa langsung makan besar. Kalaupun makan nasi dan lain-lain, cuma bisa satu atau dua sendok. Saya lebih memilih untuk makan besar sesudah taraweh karena makan besar saat maghrib berpotensi bikin ngantuk pas taraweh. Sebaliknya, makan besar sesudah taraweh bikin semangat nyelesaiin 'tanggungan' ngaji hari itu. Jadi, kalau saya diajak bukber, saya paling banter bisa makan cemilan atau penganan kecil saja. Menyiksa banget kan yaaa.
Dua, acara buka bersama berpotensi banget jadi ngaret dan akhirnya ga taraweh deh. Sebenarnya bisa disikapi kalau semua pada datang tepat waktu sekitar tiga puluh menit sebelum adzan. Namanya juga rumah makan, saat melayani tamu berbuka, pesanan bisa lamaaa banget datengnya – kecuali resto fast food tentunya. So, saya masih bisa mengatur hal ini dengan syarat, dua puluh menit sebelum jam adzan isya', kita semua harus kelar. Atau, cari rumah makan yang bersebelahan dengan masjid. Sholat maghrib terjaga, sholat isya' dan taraweh otomatis teringatkan.
Tiga, dan yang paling penting, menit-menit menjelang berbuka adalah waktu dimana doa diijabahi. Ini yang pasti sulit banget. Namanya ngumpul sama teman atau keluarga kan buat bercengkrama. Apalagi kalau sudah pakai embel-embel reuni. Duh, mana ingat sama berdoa? Bisa-bisa yang keluar dari mulut adalah hosip A, B, C. Astaghfirullah.
Jadi, kalau ada yang ngerasain jadi teman saya dan saya susah diajakin buka bareng, harap maklum. Kecuali sister mengundang buka bareng di rumah sister, sekaligus taraweh di masjid dekat rumah, nah itu insyaAllah saya mau banget, hihihi.
Enggaaa, sister ga gini kok yaaa XD - pic from here

3. Bacaan Qur'an yang Diperdengarkan lewat Speaker Masjid
Ngomongin ini lebih miris lagi. Mau protes, kok kayaknya salah. Mau ga protes, tidur dan pekerjaan bisa terganggu. Mending kalau ngajinya syahdu seperti ustadz-ustadz dari Palestina (atau Fatih Seferagic, ehem); lah ini, ga jauh beda sama kumur-kumur. Belum lagi kalau semaleman, seperti yang terjadi di kampung saya di Jogja ini. Literally semaleman lho, dari sesudah taraweh sampai menjelang sahur. Kalau yang gampang molor mungkin ga masalah. Tapi tidak demikian dengan orang-orang seperti tante saya yang mudah terbangun. Baru seminggu pertama puasa tapi badan sudah seperti zombie gara-gara ga bisa tidur.
Apa sudah pernah berdiskusi dengan masjid setempat? Ya iyalah, tabayyun kan bahasa kerennya. Ngefek? Engga juga. Yang ada beberapa warga yang cukup berada malah ngungsi sementara waktu ke rumah mereka yang lain.
Untuk hal ini, sejujurnya saya ga begitu bermasalah dengan diri sendiri. Pakai earplug aja, masalah selesai. Tapi saya suka mikir perasaan tetangga yang non-muslim. Bahkan saya yang muslim tidak dapat menangkap makna dari bacaan Qur'an seperti itu; apalagi mereka? Toh mereka juga punya hak yang sama untuk beristirahat dan melakukan pekerjaannya (yang mungkin harus bekerja pada malam hari).
Kalau dengerin kamu ngaji seharian, adek rela bang.. #eaaa - pic from here

4. Belanja
Ketika saya kecil, mama selalu menjahitkan baju hari raya dari jauh-jauh hari. Ketika saya dan sepupu-sepupu beranjak remaja, nenek mengajak kami membeli keperluan hari raya beberapa hari sebelum puasa. Dulu sih alasannya supaya kami ga ngeluh kepanasan atau kecapekan lalu membatalkan puasa. Tapi beranjak dewasa, saya tahu itu ada benarnya juga.
Saya berhenti beli baju baru (yang khusus dipakai untuk hari raya) sejak beberapa tahun yang lalu, setelah keuangan keluarga kami memburuk. No more new dresses, we can just wear our best clothes. Tetapi ternyata kejadian juga sekitar dua atau ketiga tahun yang lalu, karena diluar rencana, sepatu cantik saya jebol dan baju yang sudah disiapkan adik kelunturan saat dicuci. Waktu itu, saya, mama, dan adik pergi ke sebuah plaza, lalu dilanjutkan ke ITC. Ya Allah, Ya Rahman, Ya Rahim; cukup sekali aku merasaaaaaaaaaaaaa~~~~~ Kedua tempat tersebut penuh sesak. Saya sudah memegang sepatu incaran dan hendak meminta ukuran yang sesuai ketika mbak-mbak SPG hanya berseliweran didepan saya; dan di tangan mereka sudah ada bertumpuk-tumpuk boks sepatu. Pun, ketika saya berhasil menarik perhatian salah satu dari mereka, saya harus menunggu hingga hampir setengah jam. Beli baju lebih parah lagi, antri fitting room bagaikan antri sembako. Menjelang jam berbuka, kami pun bergerak ke food court dan ternyata bahkan jauuuh lebih rame. Forget it, saya mending pakai sepatu mama dan meminjamkan salah satu baju ke adik daripada begini caranya. But the biggest question in my mind back then was, 'orang-orang ini ga puasa? Ga tadarus? Ga taraweh?'  Hmmm.
Hermione aja tahu..... :p - pic from here

5. Pertemuan Keluarga dan Pertanyaan “Kapan.....?” 

Sesaat sesudah saya lulus SMA, saya menyadari hidup saya berubah – terutama setiap hari raya Idul Fitri. Yes pemirsa, karena mbah-mbah dan pakde-bude mulai menyadari harus ada kalimat sapaan lain yang menggantikan perkataan “prima udah gede ya..” Alternatifnya jatuh pada pertanyaan “kapan.....?”; baik kapan kuliah, kapan lulus, kapan kerja, dan (EHEM!) kapan nikah. Yang lebih repot lagi, di keluarga besar ayah saya, nenek saya adalah anak nomer dua - mbah nomer satu sudah meninggal - dan saya cucu pertama di keluarga nenek saya. Jadi, ayah saya selalu bagian kasih sambutan pada pertemuan keluarga besar. Pernah sekali pertanyaan “kapan mantu, le” ke ayah saya itu samar terdengar karena ada sepupu saya yang mendapatkan beasiswa S2 di Taiwan. Thank you, dik Intan! Orang-orang jadi lebih tertarik membahasnya. Tapi hal itu hanya terjadi sekali saja, karena tahun berikutnya, dik Intan yang notabene cucu kedua sudah dilamar; sehingga kembali semuanya menatap ayah saya kasihan. Duh, sakitnya tuh disini. Beneran. Makanya, tahun lalu, saya memutuskan kabur dari pertemuan tersebut, untuk merayakan hari raya Idul Fitri bersama ibu saya di Lombok. Sayangnya, tahun ini saya kurang beruntung karena saya harus ikut pertemuan tersebut – AAAAAK SOMEBODY HELEP MEEEEE!
ada-ada aja memenya............ - pic from here

Lantas, apa yang bisa saya lakukan untuk menghalau kelima hal tersebut?
Tidak lain hanyalah..... mengandalkan kekuatan dari Allah SWT *pandangan menerawang jauh*

Tahun demi tahun, saya berusaha untuk sedikit 'egois' agar bisa memanfaatkan waktu Ramadhan sebaik-baiknya. Sayang banget lho, berapa hari aja sih Ramadhan kalau dibandingkan jumlah hari dalam setahun? Pun pada pertemuan keluarga, yaelah cuma setahun sekali ini prim, pasang muka tebal aja sambil banyak-banyak istighfar dalam dada. Pokoknya, jangan sampai kita 'mengizinkan' hal-hal kecil merusak perasaan positif kita selama bulan Ramadhan dan Hari Raya. Apalagi merugikan kita dunia-akhirat, seperti hadits dibawah ini..
Diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiallahu ‘anhu bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah menaiki mimbar seraya berkata, “Amin! Amin! Amin!” Setelah itu Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pun ditanya, “Apa yang tadi engkau lakukan?” Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam pun menjawab, “Jibril berkata kepadaku, ‘Mudah-mudahan Allah menghinakan seorang hamba yang telah memasuki Ramadhan tetapi dia tidak diampuni.’ Aku pun mengatakan, ‘Amin.’…”  (HR. Ibnu Khuzaimah di Shahih-nya, Ibnu Hibban di Shahih-nya dan yang lainnya. Hadits ini di-shahih-kan oleh Syaikh Al-Albani di Shahih At-Targhib wa At-Tarhib)

So, berhati-hati menjaga hati, sister. Di sisa-sisa hari yang tinggal sedikit ini, perbanyak istighfar, berdoa, bersedekah, mengaji, i'tikaf, bersilaturrahim dengan baik dan benar - pokoknya usahakan untuk 'menghabiskan' energi kita pada hal-hal yang insyaAllah mendekatkan diri kita pada ridho-Nya. Kalau mau nambah inspirasi, monggo baca #1Hari1Masjid yang saya selenggarakan pada Ramadhan tahun lalu; dan #1Hari1Hadits untuk Ramadhan tahun ini. Semoga, semoga, amal-ibadah kita selama Ramadhan tahun ini diterima; dan dosa kita diampuni oleh-Nya. 

Keep calm and happy fasting,
Prima 



Monday, July 6, 2015

Gendut vs Ibadah

“Yang paling aku khawatirkan (terjadi) pada umatku adalah perut gendut, banyak tidur, malas dan lemah keyakinan.” (HR. Daruquthni)

Buat yang kenal dan pernah ketemu saya – minimal pernah nonton video saya – pasti tahu kalau badan saya jauh dari kriteria langsing. Bahkan kata 'semampai' buat saya artinya '(satu) setengah meter tak sampai' #BoongDeng #SayaSatuSetengahMeterLebihDikiiit #TetepAja -_______-

Akhir-akhir ini, saya mulai khawatir lagi dengan berat badan yang semakin tak terkontrol. Soalnya, sejak mulai kuliah S2, yang namanya buka buku = buka toples cemilan. Udah berusaha diganti buah, tapi tetep aja, saya bisa makan tiga buah apel ukuran kecil hanya dalam beberapa menit. Rasanya bukan hanya kemampuan berpikir saja yang meningkat, tapi juga kemampuan mengunyah. *nangis di pojokan*

Mama dan tante tahu betul saya terobsesi dengan 'menjadi kurus' meski pada kenyataannya hal tersebut hanya wacana. Mama malah tidak mendukung sama sekali dengan mengatakan energi saya sedang terkuras habis karena belajar, jadi makan dan nyemil malah dianjurkan. Tante apalagi, di rumah selalu ada susu, keju, jus buah, dan segudang cemilan lainnya. Saya sih pernah menonton BBC Knowledge, dimana sedang dibahas sebuah fakta bahwa otak menghabiskan sekitar 20% dari total energi. No wonder you can be so tired after accomplishing a day full of classes.

Masalahnya, saya pingin banget menurunkan berat badan karena saya tahu kegemukan (seringnya) berbanding lurus dengan kemalasan. Badan segede gini aja udah berat dibawa jogging, apalagi kalau lebih besar lagi? Honestly, saya juga takut banget kalau semakin gemuk saya, semakin berat untuk mengerjakan sholat. Perut segini aja udah sakit kalau duduk diantara dua sujud, apalagi kalau lipatannya lebih banyak lagi?

Post ini tentu saja tidak bisa digunakan untuk melakukan generalisasi. Adik saya yang masih SMP badannya sebesar saya, dengan tinggi yang sedikit lebih pendek daripada saya; tapi dia masih sering bersepeda. Mungkin karena nafsu makannya aja yang agak susah dikendalikan. Tapi justru itu, kalau dia aja masih semangat, saya yang 'baru segini' harusnya lebih semangat.

Makanya, saya lagi rajin skipping, pagi DAN sore. Jogging juga perlahan-lahan ditingkatkan durasinya, ditambah pakai jaket tebal segala biar keringatnya banyak. Hahahahaha. Terus sekarang jadi agak menjauh sama dapur. Kalau buka magic jar pelan-pelan, dan mencamkan pada diri sendiri, “Segini cukup! Segini kenyang!” Yang paling heboh, kalau dulu panggilan saya di rumah adalah 'paus mini', sekarang saya minta diganti 'jerapah mini'. Ya Allah, mau langsing aja ngerepotin orang banyak, prim? :)))

Mensana in corporesano.
 
Dan saya tentu berharap, dalam tubuh yang fit, ada iman yang semakin meningkat dan ibadah yang semakin membaik.

AMIN!

Doakan saya ya :)

Love,
Prima

Daftar Pustaka 

Kunnah, Mu'awiyah Abdurrahim dan Abdullah bin Jarullah Al-Jarullah. 2011. Kiat Tidur Sehat dan Berpahala: Bagaimana agar Tidur Anda Berbuah Pahala dan Menyehatkan Jiwa-Raga. Solo: Kiswah Media

Sunday, July 5, 2015

100,000 Views, Alhamdulillah!

Ali r.a. Berkata, “Hendaklah kamu menasehati orang lain sesuai kemampuan mereka. Adakah kamu semua senang sekiranya Allah dan Rasul-Nya itu didustakan sebab kurangnya pengertian yang ada pada mereka itu?” (HR. Bukhari)

First thing first, apa kabar semuaaaaa? Sudah khatam Al-Qur'an berapa kali nih? ;)
I'm back again, setelah kemarin tersiksa jiwa dan raga karena UAS, ngeliat laptop tuh jadi males banget.. Yah, walaupun tetep ngetik barang satu-dua paragraf, tapi tidak ada minat untuk menyalakan koneksi internet dan nge-post. Haha. 

Anyway, syukur alhamdulillah, blog saya yang masih amburadul disana-sini ini, sudah mencapai 100,000 views. Pencapaian yang teramat luar biasa untuk blogger sekelas saya, saya mah apa atuh, butchiran dhebu. Hihihi. Sebenarnya tadinya saya sempat menargetkan kalau 100,000 views itu bisa saya dapatkan setelah satu tahun nge-blog, ternyata meleset jauh karena faktor-faktor seperti kurang promosi, tulisannya kurang happening, dan sebagainya. Tapi gapapa, karena seseorang pernah bilang ke saya, “don't focus on having great blog. Focus on having a blog that's great for your readers – Brian Clark” (thank you kak Nissa! ;))”

Saya sudah sangaaaaaaaaaaaaaaat bahagia kalau ada yang baca, apalagi komen dan bilang kalau post-nya sesuai dengan apa yang dia alami atau rasakan. Just. Enough. Buat saya, yang paling penting dari apapun yang saya kerjakan; mau itu something that I say or something that I do – menjadi penghapus dosa dan penambah amal saya. Demikian juga dengan blog saya ini.

Saya juga sangat-sangat bahagia, melihat rekan nge-blog saya makin lama makin berkembang dengan blog mereka masing-masing. Ada Ocha, Ika, mbak Ika, Fira, sepupu saya Intan, dan masih banyak lagi yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu; terutama dari tiga komunitas blogger yang saya tahu: Kancut Keblenger, Kumpulan Emak Blogger, dan Indonesian Hijab Blogger. I do believe we inspire each other :)

Saya sih berharap, makin banyak blogger yang menyasar konten dakwah di masa depan. Bukan semata karena kepingin kelihatan religius – atau keren – atau keren dan religius – bukan, bukan sama sekali. Tapi saya ingat beberapa hari yang lalu, seorang kenalan yang juga blogger, namanya mbak Dessy, nge-tweet sesuatu yang intinya seperti ini, “kalau memang punya ilmu agama dan ga mau dibagiin, gapapa juga.. tapi ntar masuk surga, ajak-ajak ya.”

Nah, blogger dengan konten dakwah dan inspiratif tidak otomatis memiliki perilaku yang 'lurus' dibandingkan blogger yang kontennya 'semacam have fun' doang. Tapi sebenarnya, bukankah inti dari blogging itu sendiri adalah berbagi? Kebetulan yang bisa dibagi adalah ayat Al-Qur'an atau hadits yang baru dibaca; atau isi kajian yang baru dihadiri; ya alhamdulillah kan..

Ketika melihat hadits diatas, saya jadi makin semangat membagikan kalam Allah lewat blog. Menurut saya, di zaman serba cepat dan aktivitas serba padat ini, tidak semua orang mampu dan mungkin meluangkan waktu untuk menghadiri kajian. Jangan suudzon dulu; mungkin memang kesempatannya belum cocok – ketika dianya ada waktu, eh lagi ga ada kajian yang bisa dihadiri. Seperti itu.. Saya juga sering mengalaminya kok.

That's why kita sangat membutuhkan blog yang merangkum pesan-pesan yang dapat mengingatkan kita untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT. Apalagi kalau blogger-nya sama-sama perempuan, dan seumuran (saya seumuran sama Ika dan Fira lho, berapa sih? 20-an kan? Ya lebih-lebih dikit lah :p); disitu bahasanya bisa klik, insyaAllah.

Tentu saja blog hanyalah permulaan, yang sebenarnya justru berfungsi sebagai penggerak seseorang untuk membaca Al-Qur'an dan kumpulan hadits yang sesungguhnya. Misal kita baca blognya Febrianti Almeera, terus disitu dia mencatut sebuah ayat Al-Qur'an, baiknya kita buka Al-Qur'an beneran juga dong. Jadi bisa sama-sama mengonfirmasi pemahaman masing-masing.

MasyaAllah, indahnya sebuah hobi yang tadinya kita pikir cuma happy-happy aja, ternyata bisa jadi pembuka jalan kita ke surga. Amiiin insyaAllah.

Keep writing then!

Lots of love,
Prima

Daftar Pustaka
Syaamil Al-Qur'an (Al-Qur'anulKarim): Miracle The Reference, Halaman 146
Penerbit: Sygma Publishing, Bandung
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...