Saturday, August 30, 2014

Why World Muslimah Award?

When I finally announce my participation in World Muslimah Award 2014 to my friends and family, some declare their support directly, and some wondering for not knowing what World Muslimah Award is.

I am fully aware that I am not a girl who will be recognized as 'pretty' when people look at me for the first time. And I am fine with that. I didn't grow up to be pretty, though. My mom taught me to be smart, strong, independent, and confident. Allah is fair too, I believe so. I feel like my physical appearance is one of my 'weakness', so He gives me another strength :)

Okay, back to topic, when some of my friends (and my mom' friends) watch my profile video, the first reaction was, "is beauty will be one of the criteria for the judgment?" 

The others, (and thankfully) most of them see other parts of me, like the way I recite Qur'an, my achievements, my skills and interests, and my job experiences.

Oh, some also ask about height and weight, as maybe you know that I am not even 160 cm with a tendency to be 'chubby' :)))

Along with every single support, motivation, and even people' hesitation, I become more confident in this. Not that I am saying that I am confident to be a winner (amin Ya Allah), but I am more convinced in participating in World Muslimah Award, not other contests.

Why is that so?

Here are some reasons, based on my research around the last two years (yep, I do it):
1. The main criteria for the winner are: Sholeha, Smart, and Stylish. See, no beauty mentioned, right? I believe it's not because 'beauty' is not important, but the World Muslimah Foundation wants to emphasize for the true qualities of a muslimah woman. So the most important thing ever is the first one, piousness.
2. The other criteria is having a truly Islamic lifestyle. One of the activities in workshop for finalists is praying Tahajud everyday. I think it's also good because a participant can easily saying that she does it in routine. But when she finally entering the contest and has to prove it day by day in the workshop, the true 'color' will be revealed.
3. The first winner is decided by the votes of the orphans. In the workshop, every finalist will spend a day (CMIIW) with some orphans; to encourage and motivate them. It requires a big heart for a person to touch the orphans' heart, and this, my sister, is not an easy thing to do for people who have no experience in social activity. That's why the participants have to submit photo and video about their social activities. For sure, I tell the story about how blogging has meet me with many great and inspiring young women out there :)

No wonder my mom gives 1000% support for me on this, as she will also disagree if I only care about how my body or my face look like :D

She said to me, "If other moms can be proud of their daughters to be in the catwalk with mini skirts and heavy make up, I am proud of you for doing this. The real winners will be the women who done every good things that they said, continuously, not only for the sake of joining this contest. Remember this, and be tawakkul for every result that you will get."

So look no further, if you think that you can be an inspiration for young muslimahs all around the world, join World Muslimah Award 2014 by registering here

And if you want to support me, please vote here (click the heart below my video). Thank you very berry much!

Salam,
Prima

You can also read more about the life stories 
of the World Muslimah Beauty 2012 winners 
in Hijablicious book, that I reviewed here.

Friday, August 29, 2014

#1Hari1Masjid: The Winner

Assalamu'alaikum..

Syawal sudah berakhir (dari beberapa hari yang lalu keleus prim.. hihi), artinya sudah sebulan sejak Idul Fitri daaan it's time to announce the winner of #1Hari1Masjid \^^/

Seperti project yang kemarin-kemarin, saya masih aja susah milih pemenang. Honestly, tulisan para peserta #1Hari1Masjid benar-benar sesuai dengan harapan saya: simpel, padat, dan inspiratif. Seneeeng bacanya, sambil sekalian masukin ke daftar tujuan liburan di masa depan, hoho.

Tapi, namanya juga kompetisi, harus ada pemenangnya dong ya..
Alhamdulillah, Hijabead (@hijabead), the first hijab subscription box, berbaikhati memberikan hadiah kepada 2 (dua) orang pemenang utama, yaitu.. 
- Mbak Nunu El Fasa (@ununtriwidana) -- Masjid Raya Kesultanan, Yogyakarta
- Ika (@newHildaIkka) -- Masjid Al-Falah, Surabaya 

Ada juga 2 (dua) orang pemenang hiburan, hadiahnya dari saya, yaitu..
- Erny (@ernykurnia14) -- Masjid Kampus UGM, Yogyakarta 
- Mbak Uniek (@UniekTweety) -- Masjid Pekojan, Semarang  

Untuk para pemenang, silakan kirim email 
berisi nama lengkap, alamat, dan nomer HP ke: primadita1088@gmail.com 
dengan subject email: Pemenang #1Hari1Masjid 

Selain keempat orang diatas, yuk baca lagi cerita dari peserta-peserta yang lain dibawah ini :)
6. Masjid Agung Jami', Wonosobo - Wening Tyas (@weningts)  
8. Masjid Darul Ilmi, Kudus - Ika Hardiyan (@diyanika)
9. Grand Mosque, Taipei - Intan Dzikria (@intandzikria)
10. Masjid Lautze 2, Bandung - Titi Estiningrum (@titiestiti)
11. Masjid Mataram, Kotagede - Denie Ekawati (@denieeka)
12. Great Mosque, Hawler - Istiadzah (@istiadzah)

And don't forget to read my post for #1Hari1Masjid >> 
Central Mosque, Ho Chi Minh 

Sekali lagi, terima kasih untuk sister yang telah meluangkan waktu untuk mengikuti project ini. Yuk, teruskan kebiasaan baik sholat berjamaah di masjid, and if you have interesting story about mosque, you can submit your story at PinkMosques (I already wrote one post here! ;)).

Salam,
Prima 

Wednesday, August 27, 2014

Jilboobs dan Pria Beriman


Pic source: The Muslim Show

Setiap saya mendengar kata 'Jilboobs', saya selalu teringat gambar diatas.
Lucu kan?
Tapi sebenarnya gambarnya menyiratkan makna yang mendalam.

Seperti yang disebutkan oleh artikel ini, kita seringkali lupa bahwa firman menundukkan pandangan itu diawali dengan pria terlebih dahulu, baru di ayat selanjutnya tertera kewajiban berhijab untuk wanita. 

Katakanlah kepada orang laki-laki yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya; yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat"
(Q.S.An-Nuur (24): 30) 

Sama juga halnya dengan kutipan yang sering saya baca, protes dimana-mana yang meneriakkan, “don't tell the girls how to dress, tell the guys not to rape.”
Meski kalimat pertama kurang tepat (bagi kita, muslimah) – kalimat kedua jauh lebih tepat. Idealnya, tidak ada SATUPUN yang bisa membenarkan perilaku pelecehan seksual atas dasar pakaian wanita, meski kurang 'santun' sekalipun.

Bahkan ekstrimnya nih, seorang rekan kerja saya pernah bilang, ngeres itu ada di mindset pria. Mau seorang wanita pakai cadar, kalau memang prianya piktor (pikiran kotor), yaudah wanita bisa apa?

Kembali ke masalah jilboobs. Saya berusaha positive thinking bahwa mereka yang (tidak sengaja) jilboobs sedikit-banyak memahami bagaimana dengan berhijab yang benar. Mungkin mereka memiliki segudang alasan, seperti belum ada dana untuk membeli baju yang semestinya, tuntutan pekerjaan, atau memang belum siap. Hey, everything could happen.

Kemungkinan lainnya, yang akan menyedihkan untuk kita ketahui, barangkali mereka memang tidak tahu? Tidak semua muslimah beruntung memiliki kesempatan datang ke kajian ilmu, atau memiliki mentor mengaji yang sabar. Sekali lagi, begitu banyak kemungkinan.

Yang jelas, saya tidak suka ber-suudzon. Walau kalau ditanya dengan jujur, tentu saya jengah melihatnya. Jangankan yang jilboobs, yang bajunya rapat tapi hijabnya kelihatan lehernya aja bisa bikin saya agak keki. Lalu gimana dong? Ya ga usah dilihat 'salah'-nya, beres.

Kalau saya harus memilih, mending mana? Jelas saya akan bilang mending mereka berkerudung. Masalah dibenerinnya adalah masalah waktu. Saya pun dulu ga langsung begini, masih pakai jeans kemana-mana, dan butuh beberapa tahun untuk 'memaksa' diri mengenakan pakaian yang seharusnya.

Bunda Asma Nadia, dalam sebuah talkshow pernah ditanya pendapatnya tentang hijab syar'i vs hijaber.
Menurut saya jawabannya sangat bijaksana sekali: “puji usahanya, hargai persamaannya, lupakan perbedaannya.” 

Saya percaya kata-kata yang baik punya kekuatan.
Daripada mencerca, “ya ampun kamu ga malu apa jilboobs gitu?” bukankah akan lebih baik mengatakan, “coba deh pakai hijab yang terulur, insyaAllah lebih anggun.”

Terakhir.. kembali ke gambar diatas, jangan-jangan kita lebih fokus terhadap mereka yang 'salah', sampai-sampai kita tidak sadar bahwa kita sedang terjerumus ke kesalahan yang lain?

Mari bercermin, dan mari belajar menghargai usaha setiap hamba dalam mencari ridho-Nya.

Salam,

Prima

Tuesday, August 26, 2014

Pengajian Hijabee Surabaya: Keajaiban Silaturrahim

Ustadz Imron pakai jaket Running Man lho #OkeGaPenting #Abaikan :)))
Cantik luar-dalam, baik fisik-akhlaq, dan insyaAllah istiqomah dalam berhijab ya, amin :)

Bertepatan dengan HUT Kemerdekaan RI ke-69, tanggal 17 Agustus lalu Hijabee Surabaya (@HijabeeSBY) mengadakan “Pengajian Hijabee: Keajaiban Silaturrahim” bersama Ustadz Marzuki Imron. Tadinya saya pikir seru juga kalau dress code-nya merah putih, eh tapi gapapa juga deh dress code-nya kuning, jadi kelihatan fresh (meski saya cuma punya SATU baju warna kuning, hiks).

Sebelum membahas tentang Silaturrahim, Ustadz meluruskan beberapa istilah yang sering kita pakai di Indonesia. Misalnya nih, pada tahu ga kalau makna Idul Fitri adalah...Hari Raya Makan? Ya ampun, saya pikir selama ini artinya kembali ke suci. Hahaha. Termasuk juga Minal Aidin Wal Faidzin itu kurang cocok diucapkan. Kalimat terbaik sebenarnya adalah, 'Taqabbalallahu minna wa minkum' :)

Termasuk juga Silaturrahim, yang bener SilaturraHIM atau SilaturraHMI sih? Yup, yang bener adalah SilaturraHIM ya sister geulisss. Diinget-inget, siapa tau nanti keluar di ujian agama islam *macak ibu guru :)))

Back to topic, tentu kita tahu silaturrahim menyimpan banyak manfaat. Beberapa diantaranya adalah menyambungkan yang jauh, meluruskan kesalahpahaman, memperpanjang umur, dan memperluas rezeki. Dikarenakan manfaat-manfaatnya yang luar biasa tersebut, maka sebisa mungkin yang namanya silaturrahim itu ketemu langsung.

Meskipun demikian, Ustadz Imron juga memberikan tips untuk yang terpaksa ber-silaturrahim via telepon, SMS, BBM, atau messenger yang lain. Yang pertama, kudu personal. Udahlah BBM, eh BM (Broadcast Message) pula. Okelah mungkin mikir praktis dan ga capek, tapi yo moso rekkk, kebangetan istilahnya. Yang kedua, tetap santun dan jangan sampai keluar dari niat silaturrahim.

Nah untuk tips kedua, ada hubungannya sama kriteria silaturrahim yang baik, misalnya Sapa dan Sensitiflah. Nanya apa kabar itu penting, tapi kalau sampai dilanjutin nanya 'Kapan lulus? Kapan nikah? Kapan punya anak?' dst dsb dll, yang bisa jadi menyinggung, bisa jadi nilai silaturrahim-nya hilang.

PASTI PADA PERNAH KAN HAYO NGAKU GA LO?

Just like somebody ever said, 'taste your words before you spill it out', ini bener banget. Mungkin lhooo, kita mikirnya bentuk perhatian, tapi kalau kedengeran buat kitanya aja udah nyelekit, ga usah dilanjutin. Tahan nafas, hitung sampai seribu, mati dong, LOL. Engga, maksudnya, tahan diri, banyak-banyak istighfar aja, dan bersyukur dikasih kesempatan untuk silaturrahim ;)

Yang terakhir, yang ga kalah penting, ada tiga lagi kriteria silaturrahim yang baik, yaitu: Senyum, Saling Berbagi Hadiah, dan Saling Mendoakan. Senyum sih udah ga perlu dijelasin lagi, sedangkan Saling Berbagi Hadiah dan Saling Mendoakan sepertinya harus kita latih nih, sister. Hadiahnya sih ga perlu yang gede-gede seperti mobil, rumah, emas 100 gram (kalau itu saya juga mau sih, haha). Bawain terang bulan atau kue kecil insyaAllah juga udah menyenangkan. Apalagi Terang Bulan Toblerone-nya Holland, itu kesukaan saya banget (#ups #BukanPostBerbayar). Pokoknya nih, bukan kita yang malah dateng dan ngerepotin, termasuk ngabisin makanannya si tuan rumah, hehehe.

Saling Mendoakan juga sangat dianjurkan, bahkan ada hadits riwayat Muslim yang menyebutkan, “Tidak ada seorang muslim pun yang mendoakan kebaikan bagi saudaranya (sesama muslim) tanpa sepengetahuannya, melainkan malaikat akan berkata, 'Dan bagimu juga kebaikan yang sama.'”

So, daripada mengucapkan didepan sahabatmu yang jomblo, “kamu kok ga nikah-nikah”, mending doain dalam hati, “Ya Allah, karuniakan sahabatku ini pendamping terbaik dari sisi-Mu” AMIN YA ALLAH, doain saya juga ya untuk yang satu ini #kode :')

Yuk, perbaiki kualitas silaturrahim kita, agar kita bisa mendapatkan manfaat-manfaatnya sesuai dengan yang telah dijanjikan Allah. Bismillah, insyaAllah bisa :)

Salam,
Prima  


Eh, karena silaturrahim juga bisa lewat blog (#maksa, hihi), 
boleh minta doa (dan vote-nya :D) untuk saya di World Muslimah Award 2014 ya ^^ 
Tinggal klik link ini, dan nanti bisa vote dibawah video. 
Atau mau sekedar lihat, like, dan share video saya juga boleh.
Many thanks! :)

Wednesday, August 20, 2014

#1Hari1Ayat: Tentang Rezeki

Allah meluaskan rezeki dan menyempitkannya bagi siapa yang Dia kehendaki. Mereka bergembira dengan kehidupan di dunia, padahal kehidupan dunia itu (dibanding dengan) kehidupan akhirat, hanyalah kesenangan (yang sedikit). 
(Q.S.Ar-Ra'd (13): 26)

Pernahkah kamu merasa, sekeras apapun usahamu, hasilnya belum sesuai dengan apa yang kamu harapkan?

Pasti pernah lah ya..

Mungkin masalah nilai ujian, masalah mencetak prestasi, atau se-'sederhana' masalah rezeki.

Yang ketiga ngena banget buat saya, apalagi saya adalah seorang salesperson di tempat saya bekerja. Aslinya sih istilahnya Marketing Executive, tapi tetep aja kerjanya jualan :)
No, it's not pekerjaan rendahan at all. IMHO, kerjaan sales itu enak, bisa menentukan penghasilannya sendiri. Apalagi kalau kamu penghasilannya commission-based, mungkin kamu sedang mempertimbangkan untuk kerja 20 jam sehari demi kejar bonus bulan depan. Bisaaa..
Toh, Rasulullah juga mengatakan, 9 dari 10 pintu rezeki adalah dari berdagang. He is the best role model for entrepreneur, and we should be proud with this profession ;) 

Masalahnya sekarang, kadang sesempurna apapun marketing plan dan persuasion skill kita, tetep aja ada faktor X yang bisa menyebabkan kegagalan transaksi.
Dan itu sering banget terjadi lho. Bukan sekali, dua kali. Memang ada evaluasi dan training peningkatan skill, tapi tetep aja keberhasilan sales ga bisa 100%.

Nah, pernah tahu kutipan ini kan: “jika engkau ingin berbicara pada Allah, maka sholatlah. Jika engkau ingin Allah berbicara padamu, maka mengajilah.” 


Dan saya menemukan ayat diatas tadi pagi. Subhanallah.

Saya seperti diingatkan kembali tentang betapa 'remeh'-nya urusan duniawi jika dibandingkan dengan urusan akhirat.

Don't get me wrong, bekerja keras tetap harus kita lakukan. Tapi ada yang harus diperbaiki untuk hal mindset. Bekerja untuk apa? Mendapat uang... atau mendapat berkah dari Allah? Hehehe, entah kenapa saya percaya jika Allah sudah ridho, hidup ini akan bahagia. Jika penghasilan yang kita terima penuh dengan berkah, berapapun akan terasa cukup.

But still, saya tetap berkeyakinan muslim harus kaya. Supaya apa? Supaya kita bisa mendulang lebih banyak lagi rahmat Allah dari apa yang kita sedekahkan.

So, never give up! Keep fighting! And keep chasing His ridho.

Salam,
Prima

Tuesday, August 19, 2014

Gili Trawangan in Pictures

 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Ini sesuai dengan urutan-urutan tempat yang saya datangi, dan cerita sesungguhnya memang demikian, baru foto di tulisan Selamat Datang pas mau pulang. Karena waktu datang ga nemu, malah langsung ngeloyor kemana-mana.. hehehe.

Butuh waktu sekitar tiga jam buat saya muterin pulau ini tapi ga sampai ujung, motong jalan di tengah-tengahnya pulau gitu..

It will be much more fun kalau dateng sama banyak temen, tapi I enjoyed my me time kok, hoho.

Come back? Not really want to.. Mau coba Gili atau pantai yang lain.

Love,
Prima

*don't forget to join my blog' birthday giveaway here*

Monday, August 18, 2014

Menjelang Ulang Tahun Theprimadita

Assalamu'alaikum Sisters!

How are you? :)

Udah minggu yang baru lagi, saya masih capeeek banget setelah bejibun acara dan project sepanjang weekend. Tapi memang wajar kok, biasanya Senin itu justru hari istirahat buat saya. Pulang kantor cepet, tidur cepet, terus Selasa mulai kembali normal. Setiap orang punya harinya masing-masing, dan 'puncak' semangat saya biasanya Kamis. Mungkin karena udah deket weekend lagi. Hehehehe.

Anyway, sebentar lagi blog saya berulangtahun nih. Honestly saya lupa kapan tepatnya saya memulai nge-blog disini soalnya seinget saya sih antara Agustus atau September. Waktu itu, beberapa minggu setelah nge-blog, blog saya diutak-atik sama teman dan sepupu saya. Maksudnya memang benerin template dan lain-lain, maklum kan saya gaptek, eh terus gatau gimana kok jadinya ada beberapa tanggal post yang berubah. Jadi anggap saja blog saya ulang tahunnya 25 Agustus deh. Kenapa 25 Agustus? Seperti juga nama, apalah arti sebuah tanggal. Yang penting apa manfaat yang bisa saya berikan untuk manteman pembaca #tsaaah

Nah, dalam rangka ulang tahun, saya pingin bikin giveaway dadakan, hadiahnya 'cuma' buku, tapi pertanyaannya pun ga susah kok. Jawab aja di komen: apa topik yang pingin kamu baca di theprimadita.blogspot.com? Atau... ada ide dan saran buat saya dalam melakukan improvement di theprimadita.blogspot.com? Pingin dibikinin project seperti apa lagi? ^^ 

Yuk ya, bebasss jawabnya asal jangan aneh-aneh :)))

Saya tunggu sampai 31 Agustus 2014 jam20.00 yes.

Lotsss of love,
Prima

Yes, I write for you, my lovely readers!
Saya juga baru bikin ask.fm nih. Ask me everything here ;)

Thursday, August 14, 2014

Don't Get Married

Some words from my mom and dad about getting married..

Don’t get married because you afraid of being alone and lonely, ‘cause in the end every human always die alone.

Don’t get married because of everyone around you is getting married, ‘cause it’s your life, not their.

Don’t get married because mom or dad told you so, ‘cause once again, it’s your life, not ours.

Don’t get married because your man is rich, or handsome, or rich and handsome, if it’s not gonna bring you to His heaven.

The most important thing, don’t even get married because you love the person, because, however, like it or not, my daughter, love can be erased by time, problems, or even simply because third person.

Get married, because - the one and only reason – your love of Allah. Marry the man if you know he can bring you to peace of mind. And you will never ever be sure with that kind of man, if you don’t get close to Allah. Read His Quran, follow the example that has brought by Rasulullah, and it will lead you to the right man.

Amin insyaAllah.

Wednesday, August 13, 2014

#IReadTheprimadita

Hai hai sister!

Semoga selalu cerah ceria merona cetar membahana :)))

If you happened to read this, congrats! You are chosen to appear in my profile video that I am creating at the moment.

Jadi ceritanya, saya butuh bantuan sister untuk ambil bagian dalam video profil saya yang akan saya ikutsertakan pada sebuah kompetisi penghargaan muslimah.

Saya ingin mengedepankan 'profesi' saya sebagai blogger, and I want you to be a part of my 'career' journey :)

Caranya gampang. Syaratnya kamu perempuan berhijab dan masih muda - atau yang ngerasa forever young juga boleh ;) Bikin tulisan “I read theprimadita.blogspot.com” dan akun Twitter sister di sebuah kertas, lalu snap! Take a picture with it. Fotonya dikirim ke email: primadita1088@gmail.com paling lambat Jum'at, 15 Agustus 2014. Contoh-contohnya bisa dilihat dibawah ini ^^

Dari @asysyifaahs
Dari @ratridp
Dari @Rosa_Alrosyid
 --- makasih cantiksss!!! ---


See? Easy breezy, isn't it?

Cepetan kirim ya, saya tunggu, and much much thanks in advance! *kisses

Lots of love,
Prima

Tuesday, August 12, 2014

BOOK REVIEW: Hijablicious - Al Khansa Shalihah & Friends

Mereka berhijab, memiliki impian besar, dan aktif di kegiatan sosial.

And they are actually representatives of us and young muslimahs everywhere – sssttt, kita bisa banget jadi seperti mereka ;)

Gimana caranya? Temukan jawabannya di buku “Hijablicious”.

Huehehehehehehehe, udah bisa bayangin saya jadi presenter TV yang bawain talkshow tentang buku ini? :)))


Pic source here.


Pertama kali saya tahu tentang buku ini dari Instagram Kak @alkhansas (eh udah pada follow Instagram saya: @primaditarahma belum? ^^). Covernya catchy, judulnya unik. Jadilah saya langsung capcus membelinya di kesempatan pertama ke toko buku. 

Kak Al Alkhansa Shalihah (atau biasa dipanggil Kak Ocha) adalah the Most Talented Muslimah of World Muslimah Beauty (WMB) 2012. Kita bakal ngobrol lebih banyak sama Kak Ocha di post selanjutnya, kali ini kita bahas buku ini dulu aja yuk.

Menarik banget membaca kisah hidup sebelas peserta (semifinalis dan finalis, bahkan pemenang) WMB 2012.

WMB sendiri adalah ajang penghargaan untuk muslimah (berhijab) yang berprestasi. Tujuan dari event ini, seperti disebutkan oleh Ibu Rofi Eka Shanty, Founder & CEO World Muslimah Foundation dalam buku ini, adalah 'agar dunia memahami dan mampu membedakan apa serta bagaimana definisi wanita berkualitas'.

Maka bersyukurlah kita yang telah mendapat hidayah untuk berhijab. Karena nilai kecantikan yang sesungguhnya adalah ketika kita sadar bahwa aurat itu harus ditutupi dan dijaga – sebab permata terindah adalah yang tak terjamah oleh banyak orang, hanya untuk yang berhak :)

Nilai kecantikan tersebut ditegaskan berulang kali oleh kesebelas penulis yang menyumbangkan ceritanya di buku ini. Bahwa hijab sebagai identitas justru memperkuat eksistensi kita sebagai muslimah yang utuh.

Kesebelas perempuan yang (insyaAllah) sholehah ini menuliskan kisah hidup mereka masing-masing, dimulai dari masa kecil atau masa remaja, pergolakan hati selama berhijab, dan bagaimana mereka menemukan titik balik dalam hidup mereka yang membuat mereka kembali ke jalan Allah.

Lebih jelasnya, setiap orang butuh proses untuk menjadi baik. Proses ini kadang naik-turun, dan hanya mereka yang selalu berusaha untuk mendekatkan diri pada Allah yang akhirnya akan 'selamat'.

Sounds they are just like...us, true?

Pernah bandel, pernah berontak, pernah jadi orang yang pemarah – tapi tidak berhenti belajar dan berusaha untuk menjadi orang yang lebih baik.

Serunya, masing-masing bercerita dengan bahasa yang alami, tanpa dibuat-buat. Membuat kita yang baca bisa ngerasa, 'wah ini aku banget..' Hehe.

Latar belakang mereka pun beragam, ada yang mahasiswa, pengusaha, model, arsitek, penyanyi, bahkan istri!

Oke, yang terakhir ini adalah salah satu cerita favorit saya. #kode #MasLamarAkuMas #lol 

Laila Putri Utami namanya, yang memutuskan untuk menikah di usia muda...but it won't stop her from getting more achievements, dan jadi finalis WMB 2012.

Saya juga bisa 'masuk' banget ke cerita “Sebuah Perjalanan” oleh Primadinasti Royhani, yang sempat magang di Singapore. It reminds me with my mini Indochina trip yang mempertemukan saya dengan beragam jenis manusia. Nah, kadang kalau kita ga kuat, bisa-bisa iman kita tergadaikan karena pergaulan lho. Hati-hati ya sister!

Cerita lainnya ada dari Rininta Auliafitri, “Lalu, Apa Lagi?” Yang ngerasa cewek tomboi, suka begajulan (bahasa mana ini??? :p), ga bisa diem, mesti baca deh! Apa iya karena kita aktif terus kita ga pantas mengenakan hijab? Engga dong, justru hijab adalah pelindung dan reminder untuk kita.

Tentu saja tidak ketinggalan cerita dari kedua finalis WMB yang saya kagumi, Nina Septiani dan Sisi Aspasia. Membaca cerita mereka di buku ini membuat saya makin mengidolakan mereka berdua. Semoga kita bisa sesukses mereka di masa depan, amiiin.

So, masukkan buku ini ke dalam daftar belanja bukumu, insyaAllah bisa membantu kita dalam perjalanan menjadi muslimah yang Sholeha, Smart and Stylish! ;)

Lots of love,
Prima

Untuk informasi lebih lanjut mengenai World Muslimah Foundation, see: http://www.worldmuslimah.org/

Monday, August 11, 2014

Surat Untuk Anakku

Anakku,

Saat ibu menulis surat ini, ibu berusia hampir dua puluh enam tahun.

Ibu menulis ini karena ibu sedang teramat sedih.. tapi ibu mau kamu ingin mengambil pelajaran dari cerita ini.. Dan misalkan, kisah sedih ini terulang padamu (yang ibu harap tidak, tentu saja), tunjukkan surat ini kepada ibu ya Nak..

Kata Nenek, di usia ini, ibu belum menunjukkan eksistensi diri ibu.

Ibu bekerja di sebuah studio animasi – yang sedikit banyak sebenarnya adalah jawaban Allah atas doa ibu selama ini. Tapi yang Nenek lihat, ibu kurang berprestasi, dan setelah dua tahun, Nenek ingin melihat ibu menggapai lebih.

Kata Nenek, di usia ini, masa depan ibu tidak jelas.

Ibu belum kembali bersekolah, ibu punya banyak impian besar tapi belum satupun terlihat titik terangnya, bahkan passion terbesar ibu.. menulis.. juga belum nampak hasilnya..

Kata Nenek, di usia ini, ibu... menyedihkan.
Pergaulan ibu sempit, waktu ibu untuk diri sendiri dan rumah terbatas, dan yang paling pahit.. belum ada tanda-tanda pendamping hidup mendekati.

Nak, Nenek ada benarnya.
Dan itu merupakan hak dan kewajiban Nenek untuk membetulkan langkah ibu, sebelum ibu salah terlalu jauh.

Tapi seandainya kamu tahu, bahwa satu dan lain hal ini tidak terjadi karena sebulan-dua bulan.
Mari kita flashback ke masa kecil ibu yang penuh ketakutan karena tidak mendapatkan kasih sayang sepenuhnya dari Nenek dan Kakek. Buyut, dan Tante-tante ibu bahkan harus ikut turun tangan, memastikan ibu tidak kesepian dan merasa terbuang. Kursus ini-itu, ekskul ini-itu, ibu tidak boleh bilang 'tidak', semata untuk apa? Agar ibu tidak sempat memikirkan apa yang ibu tidak punya.

Hingga di masa sekolah.. Tahu kenapa ibu pernah berpindah sekolah?
Karena Nenek-Kakek-Buyut-Nenek Tante, bersikeras masing-masing memiliki hak untuk mengatur hidup ibu.

Tanpa pernah bertanya pada ibu, apa yang ibu sungguh mau.

Hingga ketika memilih perguruan tinggi, ibu akhirnya berontak.
Nenek – oh untuk kali ini, Kakek sependapat - mau ibu jadi dokter.
Nenek Tante ingin ibu jadi ahli ekonomi sepertinya.
Buyut malah ingin ibu menikah saja.

Untuk sekali seumur hidup, ibu memberanikan bilang tidak karena kesemuanya bukan dunia ibu. Empat tahun kuliah, ibu ingin menjadikannya masa tidak terlupakan. Dan hingga kini, ibu belum pernah merasa menyesal sedikitpun mengambil keputusan untuk studi di Jurusan Ilmu Komunikasi.

Nak, itu sedikit tentang ibu.
Sekarang tentang kehidupan, yang tentunya masih banyak menyimpan misteri untuk ibu.

Satu hal penting yang ibu ketahui, hal paling mudah untuk membuat diri sendiri tertekan adalah, keinginan untuk menyenangkan semua orang.
Tidak nak, kamu tidak akan pernah bisa.
Maka satu waktu, ketika ini terjadi padamu – dan ibu yakin pasti terjadi – ambil keputusan yang menurutmu paling mendekatkan dengan ridho Allah.

Nak, kebahagiaan manusia itu kecil sekali dibanding apa yang bisa Ia berikan.
Mungkin sesuatu terasa pahit saat ini, tapi jika itu sejalan dengan ingin-Nya, yakinlah akan manis pada waktunya.

“Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu, dan boleh jadi (pula) kamu menyukai sesuatu, padahal ia amat buruk bagimu; Allah mengetahui, sedangkan kamu tidak mengetahui.” (Q.S. Al-Baqarah (2): 216)

 
Nak, bagi ibu, ibu sudah cukup bangga kalau kamu rajin tahajud dan dhuha, syukur-syukur kalau ditambah mengaji satu juz setiap hari.

Ibu tidak perlu melihat kamu bergaul setiap hari, keluar-masuk kafe, jika itu membuatmu melalaikan sholat wajibmu.

Ibu tidak perlu melihat kamu bergaji sepuluh-dua puluh juta sebulan, jika itu membuatmu takabur dan meremehkan orang lain.

Ibu tidak perlu melihat kamu berprofesi mentereng nan keren dilihat orang, jika setiap harinya kamu berangkat kerja dengan terpaksa.

Nak, ibu janji, kamu boleh jadi apapun yang kamu mau selama itu masih di jalan Allah.
Selama itu bermanfaat bagi agama dan lingkungan.
Selama itu menyenangkan hati kamu.

Ibu akan tetap mendampingimu, membersamaimu, dan mengingatkanmu untuk kembali ke jalur yang benar selagi ibu mampu dan ibu memiliki pengetahuan akan itu.

Jikalau tidak, janji ibu yang kedua adalah ibu akan meluangkan waktu untuk mendengarkanmu.
Menjelaskan pada ibu dari sisimu.
Mencoba memahamimu sebelum ibu membuka mulut ibu.

Nak, suatu saat nanti kamu akan beranjak dewasa, menjalani hidupmu tanpa ibu dan ayah.
Karena ini adalah hidupmu, maka kamu yang akan bertanggungjawab.
Sehingga hanya kamu - ibu ulangi - hanya kamu, yang tahu apa yang terbaik untuk dirimu sendiri.

I'll be proud of you no matter what.

Surabaya, 10 Agustus 2014
Dua bulan sebelum ulang tahun ibu yang ke-26

Salam sayang,
Ibu

Saturday, August 9, 2014

Jatuh Cinta Berjuta Rasanya

Beberapa hari yang lalu, seseorang yang sudah saya anggap kakak, bertanya pada saya, "kamu pernah jatuh cinta, prim?"

Yang saya jawab cepat, "ya pasti pernah lah mbak.."

Lalu saya menerawang.

Sepanjang hidup saya, jatuh cinta yang paling berkesan itu dua kali, dan keduanya...ga berlanjut. *pukpuk diri sendiri*

Yang pertama sih udah bisa dipake becandaan. Orangnya juga ga jauh-jauh banget dari saya, meski memang ga pernah ketemu lagi. 

Tapi yang kedua... menjadi salah satu pelajaran terbesar dalam hidup saya.

Perpisahannya sangat-sangat menyakitkan, dan yang lebih menyakitkan, adalah saya yang memilih untuk pergi.

Seperti yang saya ceritakan ke mbak itu, "waktu itu, saya bilang ke dia, 'kita harus berpisah sekarang. Saya akan menangis, tapi sama aja, sekarang atau nanti, kita berdua akan menangis. Dan saya memilih untuk menangis sekarang.'"

Hampir semua orang yang pernah merasakan jatuh cinta, pasti pernah ngerasain jadi 'bodoh' karena cinta.

I did, too.

Ga bisa saya ceritain disini, karena bahkan ketika saya menulis ini aja, saya masih ga habis pikir kok bisa saya bodoh banget segitunya.. Hahahahaha. Alhamdulillah sih bukan hal-hal yang dilarang agama. Tapi tetep aja konyol. Parah.

At one point, I was very happy with him. Saat itu, usia kami berdua sudah terbilang cukup dewasa, apalagi dia. Bahkan ketika topik pernikahan terlontar, mama saya bilang "yang terpenting untuk mama adalah kamu bahagia. Yang lain, adalah tanggung jawab kamu sepenuhnya."

Dapat lampu hijau begitu, saya justru meragu. Skala satu hingga sepuluh, nilai sebelas saya berikan, semata karena saya sadar saya sedang berada di jalur yang salah. Tapi... saya tidak bisa serta-merta menghentikannya.

The feeling was addicting, right?

Maka saya 'membaca' tanda-tanda. Saya menelusuri pengalaman orang-orang terdekat saya. Hingga saya tiba di kesimpulan... saya tidak siap.

Bagi saya, pada akhirnya, cinta SAJA tidak cukup. Ketika kita mencinta, memang dunia terasa milik berdua. Tapi ketika kita melangkah lebih jauh, ada lebih banyak hal yang harus kita pertimbangkan.

Bagi saya, diatas cinta ada komitmen. Karena cinta bisa hilang, sementara komitmen tidak. 

I have seen too much pain because of love, and I don't want to step on it over again.

Menariknya, ketika saya membulatkan tekad meninggalkannya, saya berdoa pada Allah, dan ga lama kemudian ada suatu peristiwa yang membuat si dia membenci saya.

Allah made it easier for me, Allahu akbar.

Beberapa bulan sesudahnya baru saya mendengar kajian, bahwa Allah Maha Pencemburu. Jangan sampai kita mencintai sesuatu lebih dari kita mencintai Allah, karena sudah tentu Ia tidak akan suka. Meski menurut kita kelihatannya baik, kalau berlebihan, well... tunggu saja putusan-Nya terhadap kita.

Kembali ke cerita saya, setelah 'teguran' sayang dari Allah itu, memang sepertinya saya menutup diri. Saya ngerasa kok, hehe. Sering orang bilang ke saya, "dingin banget sih jadi perempuan.." atau, "tau deh, kayaknya hatinya terbuat dari batu." Seandainya mereka tahu, justru ketika saya mencinta, it will be completely - so I will think about it so deeply.

Anyway, now I am happy for something. Maybe it's love, maybe it's not. Tapi satu yang saya usahakan dengan sangat, perasaan ini tidak boleh melebihi cinta saya kepada Allah.

Amin insyaAllah.

Love,
Prima

Wednesday, August 6, 2014

BOOK REVIEW: Sabtu Bersama Bapak - Adhitya Mulya

Baru satu bab, air mata sudah menggenang di pelupuk.
Cengeng banget, iya.
Tapi sudah menjadi 'tabiat' saya, segala sesuatu yang berhubungan dengan hubungan ayah dan anak, hampir selalu membuat saya mewek.

Denger lagu Confessions of a Broken Heart-nya Lindsay Lohan? Mbrebes mili.
Nonton Biarkan Bintang Menari-nya Ariyo Wahab? Nangis gerung-gerung sampai bikin pacar (waktu itu) malu abis.

Bahahahahahak.

Tunggu, saya harus menegaskan bahwa saya sangat beruntung karena ayah saya masih sehat, masih gagah, ganteng banget malah. Buat saya, ayah adalah pria paling tampan – yang makin tua makin tampan; jadi kalau kamu ga (ngerasa) setampan ayah saya, maaf, ga usah berani ngelamar #lho
Waktu liburan di rumah Tante di Jogja, awal tahun lalu.

My birthday, October last year.

Dulu, waktu awal perpisahan dengan mama saya, sering banget drama rebutan saya sampai saya SD. Udah kayak mafia pake sembunyi-sembunyi segala. Lalu saya bingung karena saya sayang keduanya, dan jadilah milih sama nenek atau pengacara. Mending gini, daripada salah satu kesel karena ga bisa bersama saya.

But there are some times I spent with my dad which I always remember.
Ayah saya akan menggendong saya – yang waktu itu berusia enam tahun – seharian, keliling peternakan ayam (ayah saya dokter hewan yang bekerja untuk pabrik pakan ayam), semata karena ia ingin saya disampingnya.

Ketika saya mulai bersekolah, di hari Sabtu-Minggu, saya WAJIB ke rumahnya di Malang. Meski ayah saya tetap disibukkan dengan peternakan ayam milik keluarga kami, ia pernah berkata pada mama, “izinkan saya, melihat anak saya tidur di rumah saya meski hanya semalam dalam sepekan.”

Lalu kemudian waktu seakan berlari, hingga tiba saatnya saya 'melepas' ayah untuk menempuh hidup baru dengan seseorang yang sangat saya hormati.

And then I feel like there's a hole in my heart. For years.

I am happy for him, I always be.

I was just hoping I can spend more time with him..

Nah, ada angin apa saya menulis dalam keadaan nelangsa seperti ini?

Karena “Sabtu Bersama Bapak”

Thank you @kutukutubuku, saya dapat edisi bertandatangan Kang Adhitya ^^
 
Saya selalu mempercayai Kang Adhitya Mulya (@adhityamulya). Selama ini, belum ada yang gagal di mata saya, bahkan blognya juga merupakan salah satu favorit saya. Dalam gambaran lebih besar, Kang Adhitya dan istri, Teh Ninit Yunita (@ninityunita), barangkali one of the coolest couple I have ever know. Semoga one day Allah mengaruniakan kepada saya pasangan yang bisa menjadikan pernikahan kami more than a marriage, but also a partnership :)

Seperti juga Gege Mengejar Cinta - yang saya baca sepuluh kali kayaknya – hal paling menarik dari Kang Adhitya adalah penggunaan sudut pandang pria dalam menggambarkan cinta. Not cheesy one but still, very very sweet. 


“...Tapi Mah, suami yang baik tidak akan tega mengajak istrinya untuk melarat.”

Membaca tulisan Kang Adhitya selalu menyegarkan. Ia tahu dimana harus menyelipkan tawa setelah pembaca menitikkan air mata, dan tetep, ga garing. Salut.


'Resepsi pernikahan dan akad nikahnya selalu penuh dengan tiga golongan orang. Golongan pertama adalah mereka yang masih jomblo dan berharap mendapat jodoh dari kenalan mempelai lain yang juga masih jomblo.'


Dan selalu yang bikin ngikik adalah footnote yang ga penting-penting amat, tapi kalau ga ada, bukan Kang Adhitya namanya ;)
 

Saya selesai membaca buku ini hanya dalam hitungan jam. Dan ketika saya sampai di lembar terakhir, saya kehabisan kata-kata. Saya bingung mau mengutip kalimat yang mana lagi, karena every line counts. And I mean it.

Saya tersadar akan satu hal: saya baru saja membaca salah satu buku self-help tentang parenting dan relationship terbaik yang pernah ada. Bonusnya? Ceritanya ringan dan mudah dicerna, karena dalam bentuk fiksi :)

Buku ini saya rekomendasikan untuk setiap lelaki yang (ingin, atau sedang) belajar mendewasakan diri. Seriously, it's not a kind of book that makes you feel less manly but otherwise, it gonna makes you understand how to be a real gentleman.

Buku ini saya rekomendasikan untuk setiap perempuan yang ingin memahami hal-hal yang bermakna dalam kehidupan, namun dari sudut pandang lelaki. Bagaimana pria memandang cinta, perjuangan hidup, dan menjadi berarti bagi orang-orang terpenting di kehidupannya.

Maka untuk calon suami, izinkan saya menitip doa pada-Nya, semoga saya bisa setegar bu Itje dalam mendampingimu, yang saya harap memiliki kecerdasan emosional dan kepasrahan tingkat tinggi seperti Pak Gunawan.

Dan satu lagi,

I wish you will see me like Cakra sees Ayu,

'...perhiasan dunia dan akhirat.'

Amin insyaAllah.

Lots of love,
Prima

Monday, August 4, 2014

New Hope


Assalamu'alaikum, gimana liburan hari raya-nya?
Semoga menyenangkan yes ;)

Feeling good enough to start the week with a new program in my office (hwaiting for the Marketing team, we can do it!!!) - and then two huge projects for myself (be ready, something big will come at your way).

I have been crying over things – which are sometimes silly ones – during some past weeks, but I am much more motivated these days. Well, what can I say? Life is all about ups and downs, but remember once you fell so deep, it's gonna be hard to move up. So, give yourself a minute to frown and cry, but then, wake up! Langit masih biru, angin masih bertiup, Surabaya masih panas – oke ngelantur. What I mean is, the world doesn't stop rotating even when you want it to. Cheer up, chin up, and get up! You'll find something more exciting in minutes if you really pay attention :)

Nah, salah satu hal yang ingin saya bagi ke sister kali ini mungkin agak menyakitkan nih.
I know, I know, udah lewat sih masa-masa 'mengerikan' ditanyain “kapan...?”
I felt it too, meski syukur alhamdulillah, perhatian di keluarga besar saya agak teralihkan. Sepupu saya akan menikah dua minggu lagi. Pernikahan pertama untuk generasi saya – yang idealnya adalah pernikahan saya karena saya adalah cucu pertama dari anak pertama.
Ah, it feel a bit hurts now even I only write it :) Tapi saya pingin sister tahu, kadang memang sesuatu tidak berjalan sesuai keinginan kita, which is very okay. Really.

Hahahahaha, ga terlihat meyakinkan ya.

Sssttt, sejujurnya, saya udah lumayan terhibur gara-gara saya masih bisa beli sepatu, tas, kosmetik sepuasnya – karena pengeluaran si sepupu udah mulai 'diperhatikan' sama calon suaminya. See? The perks of being single, enjoy it! :)))

But I am glad for my cousin, seperti saya bahagia karena diri sendiri saya, apa adanya :)

Masih tentang pernikahan, ada seorang sahabat saya mengingatkan, 'pernikahan bukan kompetisi.'
I can't agree more, pernikahan BUKAN tentang siapa yang tercepat, atau siapa yang bisa mempertahankannya paling lama. There is no such thing as perfect marriage, even though we surely can fight to make a good one. So, please please please, don't use your standard to judge anyone else.

Hal lain dari merencanakan pernikahan, seseorang yang sudah saya anggap kakak juga kembali mengingatkan, 'kapan dan siapa itu hak prerogatif Allah. Kita sebagai manusia hanya bisa melakukan yang terbaik, sebatas memantaskan diri.'
Dan ketika saya bertanya bagaimana kriteria memantaskan diri ini? Apakah ketika kita menyukai seseorang, kita menggunakan standar dirinya untuk menilai apa kita pantas bersamanya?
Ternyata menurut kakak saya ini, jawabannya adalah... bukan :)

Memantaskan diri adalah antara diri kita sendiri, dan Allah.

Apakah hari ini kita menjadi lebih baik daripada kemarin?
Apakah hari ini kita lebih dekat dengan Allah daripada kemarin?
Apakah hari ini kita lebih dewasa, lebih rendah hati, lebih menjaga diri daripada kemarin?

Tentang siapa yang akhirnya pantas kita bersamai, pasrahkan pada Allah.
Dia lebih tahu.

Maka menjadi baik bagi kita, untuk menelusuri hari sebelum tidur.
Jika hari ini berbuat kesalahan, mohon ampun pada-Nya, dan usahakan diperbaiki untuk besok.

Begitu terus, hingga Allah turunkan keputusan-Nya untuk kita.

Semoga happy ending! :)

Salam,
Prima

***Gambar diatas mengingatkan saya akan seseorang yang bilang, "mbak, kata Ustadz, nilai diri kita tidak selalu ditentukan oleh siapa pendamping kita.." Ya, karena Allah lebih tahu :)
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...