Assalamu'alaikum, gimana
liburan hari raya-nya?
Semoga menyenangkan yes
;)
Feeling good enough to
start the week with a new program in my office (hwaiting for the
Marketing team, we can do it!!!) - and then two huge projects for
myself (be ready, something big will come at your way).
I have been crying over
things – which are sometimes silly ones – during some past weeks,
but I am much more motivated these days. Well, what can I say? Life
is all about ups and downs, but remember once you fell so deep, it's
gonna be hard to move up. So, give yourself a minute to frown and
cry, but then, wake up! Langit masih biru, angin masih bertiup,
Surabaya masih panas – oke ngelantur. What I mean is, the world
doesn't stop rotating even when you want it to. Cheer up, chin up,
and get up! You'll find something more exciting in minutes if you
really pay attention :)
Nah, salah satu hal yang
ingin saya bagi ke sister kali ini mungkin agak menyakitkan nih.
I know, I know, udah lewat sih masa-masa 'mengerikan' ditanyain “kapan...?”
I know, I know, udah lewat sih masa-masa 'mengerikan' ditanyain “kapan...?”
I felt it too, meski
syukur alhamdulillah, perhatian di keluarga besar saya agak
teralihkan. Sepupu saya akan menikah
dua minggu lagi. Pernikahan pertama untuk generasi saya – yang
idealnya adalah pernikahan saya karena saya adalah cucu pertama dari
anak pertama.
Ah, it feel a bit hurts now
even I only write it :) Tapi saya pingin sister tahu, kadang memang
sesuatu tidak berjalan sesuai keinginan kita, which is very okay.
Really.
Hahahahaha, ga terlihat
meyakinkan ya.
Sssttt, sejujurnya, saya udah lumayan terhibur gara-gara saya masih bisa beli sepatu, tas,
kosmetik sepuasnya – karena pengeluaran si sepupu udah mulai
'diperhatikan' sama calon suaminya. See? The perks of being single,
enjoy it! :)))
But I am glad for my cousin,
seperti saya bahagia karena diri sendiri saya, apa adanya :)
Masih tentang pernikahan, ada seorang sahabat saya mengingatkan, 'pernikahan bukan kompetisi.'
I can't agree more,
pernikahan BUKAN tentang siapa yang tercepat, atau siapa yang bisa
mempertahankannya paling lama. There is no such thing as perfect
marriage, even though we surely can fight to make a good one. So,
please please please, don't use your standard to judge anyone else.
Hal lain dari
merencanakan pernikahan, seseorang yang sudah saya anggap kakak juga
kembali mengingatkan, 'kapan dan siapa itu hak prerogatif Allah. Kita
sebagai manusia hanya bisa melakukan yang terbaik, sebatas
memantaskan diri.'
Dan ketika saya bertanya
bagaimana kriteria memantaskan diri ini? Apakah ketika kita menyukai
seseorang, kita menggunakan standar dirinya untuk menilai apa kita
pantas bersamanya?
Ternyata menurut kakak
saya ini, jawabannya adalah... bukan :)
Memantaskan diri adalah
antara diri kita sendiri, dan Allah.
Apakah hari ini kita
menjadi lebih baik daripada kemarin?
Apakah hari ini kita
lebih dekat dengan Allah daripada kemarin?
Apakah hari ini kita
lebih dewasa, lebih rendah hati, lebih menjaga diri daripada kemarin?
Tentang siapa yang
akhirnya pantas kita bersamai, pasrahkan pada Allah.
Dia lebih tahu.
Maka menjadi baik bagi
kita, untuk menelusuri hari sebelum tidur.
Jika hari ini berbuat
kesalahan, mohon ampun pada-Nya, dan usahakan diperbaiki untuk besok.
Begitu terus, hingga
Allah turunkan keputusan-Nya untuk kita.
Semoga happy ending! :)
Salam,
Prima
***Gambar diatas mengingatkan saya akan seseorang yang bilang, "mbak, kata Ustadz, nilai diri kita tidak selalu ditentukan oleh siapa pendamping kita.." Ya, karena Allah lebih tahu :)
Hem. Ini membuka pemikiran saya, mbak. Hehe. Kemarin2 saya sempet mikir buat "memantaskan diri untuk calon pendamping", soalnya sudah ngebet juga cari calon X). Setelah baca ini, lebih seer piye gitu, lah :). Seneng aja bacanya ^ ^
ReplyDeletesamaaa. aku juga pikir begitu.
Deletesetres lah kalau pingin sama yg levelnya diatas kita.
ternyata memantaskan diri ya... utk diri kita sendiri aja :)
:)))
ReplyDeletePic pembukanya langsung nyess ke dalem ati. :D
ReplyDeleteThis comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDelete