Komunikasikan saja.. - pic from here. |
“Aku mencintaimu karena kamu menerimaku apa adanya, bahkan dengan pekerjaanku.. You know I need my job.”
“Pekerjaan, akan selalu ada. Tapi orang yang bisa membahagiakan kita, jarang muncul dalam hidup kita.”
Saya mengutip kedua kalimat diatas dari Criminal Minds edisi Sabtu, 24 Januari 2015 (versi Fox Indonesia yang saya tonton, gatau aslinya di Amrik sana..).
Yang bilang kalimat pertama adalah Dr. Alex Blake, saat suaminya mengajaknya ke Harvard (?). Sedangkan kalimat kedua diucapkan oleh Spencer Reid, sebagai ‘nasihat’ untuk Dr. Alex Blake. Si Spencer Reid cool banget ga sih? Tapi saya lebih suka Castle, lebih tampak emosinya, terutama ketika berinteraksi dengan anak perempuannya. So sweet :’)
Ups, salah fokus. Jadi, kembali ke cerita si Dr. Alex Blake, hal ini bikin saya mikir seharian. Saya paham kalau perempuan kodratnya bukan mencari nafkah. Tapi, di zaman modern gini, perempuan bekerja itu wajar, wajar banget malah. Apalagi kalau masih jomblo
Buat saya sih sebenarnya relatif mudah, kalau masih berdua aja mending kerja. Nanti kalau sudah punya anak bisa didiskusikan lagi. Dan ternyata, saya ga sendirian. Saya beberapa kali berbincang dengan perempuan yang sudah menikah, lalu menemukan beberapa alasan mengapa mereka tetap bekerja. Antara lain:
- Meminimalisasi prasangka buruk. Kalau pikiran sedang kosong, atau seseorang sedang nganggur; setan lebih mudah masuk dan menguasai pikiran. Iya kan? Bukan, bukan masalah terus jadinya kesurupan sih. Itu sih gampang, tinggal panggilin ustadz *eh* Tapi ketika istri nganggur, biasanya sih jadi suka mikir yang engga-engga. Dari mulai mikir hal aneh kenapa suaminya telat pulang (padahal lagi ada meeting); sampai mikir tetangga depan rumah tiba-tiba beli mobil baru gara-gara menang togel (padahal dapat warisan). LOL. Semakin sibuk kita, insyaAllah semakin berkurang waktu kita untuk mikirin atau melakukan hal-hal yang ‘kurang berguna’. Sayang energinya lah yaaa, mending dipakai untuk mikirin gimana biar bisa cepet
kayaberprestasi di tempat kerja. - Supaya ada waktu, dan atau, bahan pembicaraan dengan suami. Seriously, ada teman mama saya yang begini. Konon katanya karena tinggal di Jakarta, sang suami berangkat kerja saat subuh dan tiba di rumah saat isya’. Perjalanan dari rumah ke kantor (dan sebaliknya) membutuhkan sekitar 1,5-2 jam, jadi lumayan banget kan buat ngobrol berdua. Yang diobrolin apa? Ya masalah di kantor, tren bisnis, atau isyu yang lagi hangat. Misalnya, #SaveKPK *tetep* Coba kalau istri nganggur nggenggong di rumah. Mau ngobrol sama siapa? Panci? Belum lagi, tiap hari cuma dapet capeknya suami. Makin kesel deh.
- Punya uang sendiri. Bagi seorang perempuan yang terbiasa menghasilkan uang sendiri, ‘tiba-tiba’ ga berpenghasilan itu bisa amat sangat menyiksa. Kalau pria punya ego untuk menafkahi istrinya, atau paling tidak meng-cover sebagian besar pengeluaran di rumah; ada banyak perempuan yang keinginannya terkadang sesederhana: “bisa beli bedak sendiri”. Terlepas dari apakah nafkah dari suaminya cukup atau tidak, kadang perempuan bisa amat sangat berbahagia jika ia bisa punya penghasilan, berapapun besar-kecilnya penghasilan tersebut.
- Ingin jadi orang yang berguna. Meski menjadi istri yang sholehah itu ganjarannya surga; berdakwah, menuntut ilmu, dan menjadi insan yang bermanfaat untuk lingkungan tetaplah suatu kewajiban (dan hak) setiap hamba. Tak heran kalau seorang istri merasa tugasnya di rumah sudah selesai, ia akan menunaikan kewajiban yang lain.
Selain beberapa alasan diatas, ada juga alasan yang amat sangat mendasar. Misalnya tuntutan masyarakat akan profesi sang istri; sebut saja dokter dan guru. Dokter perempuan dan guru perempuan memang sangat dibutuhkan dalam kehidupan kita kan.
Pada akhirnya sih, suami dan istri harus saling memahami dan mengkomunikasikan apa yang dirasakan dan dialami. Dengan demikian, istri tidak merasa ‘diremehkan’, dan suami pun tetap menjadi kepala keluarga.
Kalau kamu seorang istri dan bekerja, share dong apa alasan kamu bekerja. I’d love to hear that ;)
Lots of love,
Prima
Hiii! it's me again! hahahah jangan bosen ya Prima :))
ReplyDeleteAku belum jadi istri sih, tapi kalau aku sependapat sama statement mu diatas, kalau masih berdua gakpapa si istri bekerja. Tapi kalau sudah punya anak, nah balik lagi nanti diskusinya gimana sama suami. So far, sepengalaman ibuku.. ibuku bisa sih mendidik anak sambil kerja. Kalau aku sih, pengennya kayak ibuku, (insyaAllah) bisa balance antara karir dan keluarga..Aamiin YRA. Intinya balik lagi ke komunikasi antara suami dan istri.
Nah kalau udah punya konsep seperti di atas, tinggal aplikasinya yaa Prima. Manalah ini calon suami yang akan diajak diskusi.. haha. Have a nice day!
Engga boseeen, seneng dikomen seleblog hihihihihi
DeleteIya Put, aku rasa kalau latar belakang ibu kita wanita karir dan bisa menyeimbangkan antara kehidupan keluarga dan pekerjaan, kita sebagai anak perempuan punya persepsi positif terhadap istri bekerja.
Semoga nantinya dapat partner yg mendukung kita lah, hehe.
Prima, aku ibu dan bekerja, haiyah, alasannya : karena ortu belum ijinin aku resign dan suami masih ridho aku kerja.
ReplyDeleteAlhamdulillah sampai hari ini masih balance, tapi masih terus usaha buat akhirnya bisa full di rumah ngurus rumah dan anak. Ga ngerasa bakal bengong di rumah karena sekarang sarana main sama anak sumbernya bejibun, pas suami pulang aku ajak ngobrol soal anak juga :p
Sesekali hang out sama temen dan tetepp, bisnis dijalanin, jadi ga bakal bosen insyaAllah, :)
Aku aminkan juga doa Puput untukmu ~
Iya Kak, ya seperti yg aku curhatin, aku pinginnya segera bisa punya usaha juga.
DeleteKalau bisnis kan lebih fleksibel juga, tapi butuh keberanian dan ilmu, dan passion sama produknya, hihi.
Amiiin, doa yg baik kembali utk Lemari Kamila dan Avicenna :)
kayaknya ngga kepikiran deh kalo ngga kerja bisa-bisa aku senewen tiap hari di rumah...tentunya ngga baik juga bagi keluarga kan, kalaupun aku ngga kerja kantoran aku pasti kerja di rumah...aku terbiasa aktif dan harus ada tempat untuk menyalurkan ide-ide dan pemikiranku kayaknya tersalurkan liwat bekerja, Alhamdulilah aku punya suami yang sangat mendukung aku, aku juga tahu diri mana yang jadi prioritas.
ReplyDeleteIyah aku juga senewen! Aku sih sebenernya anak rumahan banget, tapi tetep baca buku, blogging, dan lain-lain. Tapi ya bisa bosen juga. Intinya sih kudu tetep nambah wawasan lah ya :)
DeleteAku mau tetep kerja, kak, sekalipun nanti udah nikah, udah punya baby. Tapi aku maunya kerja dari rumah, bisnis online kek, jadi content writer kek, atau sekedar jadi admin fanspage/twitter. *aku lagi nyari-nyari lowongan itu sekarang, biar 3-4 tahun lagi udah pengalaman.
ReplyDeleteAlesannya, simply, aku mudah puyeng kalo nggak ngapa-ngapain, tambah puyeng kalo nggak punya uang mahahahaa.. intinya sih, berurusan sama dunia internet, emang aku banget dan aku yakin nggak akan ngeganggu kewajiban aku sebagai seorang istri kelak *meh
Ehtapi, kalo suami masih ngizinin siaran, aku juga mau tetep siaran sampai nanti-nanti. Toh durasi siaran cuma 4 atau 5 jam sehari :))
Betchul sekali, siapinnya mulai sekarang, jadi nanti udah ada bayangan mau ngapain.
DeleteBisa juga part time selama beban kerjanya ga perlu dibawa pulang ke rumah, hihi.
This comment has been removed by a blog administrator.
ReplyDeleteAq baru 1 tahun ini berumah tangga. 6 bulan pertama masih kerja & karna kerjaan aq jadi harus jauh sama suami. 6 bulan berikutnya mutusin resign dan ngikut suami. Dan aq ngga pernah lebih bahagia dari ini. Karena ngga kerja jadi punya banyak waktu buat blogging, olah raga, belajar masak, belajar njahit bahkan nekunin hobby lama ngegambar lagi! Tergantung kita nya sih memilih kesibukan. Menurutku untuk punya kesibukan tidak harus dengan bekerja. Tapi salut bgt sama yg udah punya anak tapi masih kerja... Aq sendiri masih pengen juga nerusin cita2 jadi dosen, tapi sementara ini fokus dulu deh ngurus badan sendiri karena lagi hamil.. 😁😁😁
ReplyDelete