Sunday, July 3, 2016

#RefleksiRamadhan: FINALE

Allahu akbar!!!!! This year might be the most unproductive year for me and my personal blog. Apalagi di bulan Ramadhan ini ternyata saya hanya mampu mem-post lima #RefleksiRamadhan. Kalau sister hanya menilai saya dari blog, mungkin sister akan berpikir, ‘prima kemana aja selama Ramadhan ini? Tidur doang? Atau lagi sibuk banget ngerjain tesis?’ BWAKAKAKAKAKAKAKAKAKAK *ngakak sampai Lebaran* Hasrat hati sih pingin ngerjain tesis atau paper buat ACMC, tapi apa daya tiap buka laptop yang di-klik folder kerjaan lagi, kerjaan lagi. 

Meskipun demikian, banyak sekali hal yang harus saya syukuri dan tentu saja, saya pelajari di Ramadhan tahun ini. Salah satunya yang pasti saya dapat THR lagi setelah sekian lama~~~~~ yang langsung amblas dipakai buat kasih uang saku dan kado buat adik-adik tersayang. Secara hari raya Idul Fitri juga bertepatan dengan menjelang masuk tahun ajaran baru, dan alhamdulillah adik-adik saya sudah pada dapat sekolah semua. Jadi siap-siap deh, “mbak, hadiah buatku mana?” Padahal namanya masuk sekolah ya tanggungjawab pribadi, kenapa saya ikutan repot #lah #dasarkakaktakberguna

Berhubung saya besok sudah mudik ke Surabaya, kali ini saya (mau tidak mau) akan membagikan beberapa mutiara dari ceramah-ceramah tarawih yang sudah saya catat di handphone saya. Seharusnya sih, setiap malam langsung saya tuangkan di blog, tapi ya sudahlah. Saya tidak mungkin membalikkan waktu kan. Ini beberapa cerita yang menginspirasi saya selama Ramadhan ini:

1. Gravitasi Dunia vs Langit
Mungkin sister pernah mendengar tentang ‘hamba yang sangat terkenal di langit, tapi tak terkenal di dunia.’ Pertama kali saya mendengar konsep tersebut, saya langsung merasa bahwa Allah itu Maha Adil. Let’s just say in simple words, tidak semua orang bisa mendapatkan ‘kebahagiaan’ di dunia. Tapi kalau dipikir lagi, apa sih sebenarnya makna kebahagiaan? Punya rumah gede? Mobil bagus? Koleksi Hermes? Atau tahu bedanya lipstik lima ratus ribu dan lima puluh ribu? #eh 

Semua bentuk kebahagiaan diatas ternyata bukanlah sesuatu yang dikejar oleh hamba satu ini. Atau mungkin beliau sempat memiliki impian, tapi tidak lagi menjadi prioritas ketika memahami bahwa Allah menyimpannya untuk diberikan di akhirat nanti. 

Tentu saya tidak ingin mengatakan ‘ya sudah yang penting kamu jungkir balik sholat terus atau ngaji terus aja, nanti juga bakal dimasukin surga.’ Kerja juga ibadah, apalagi kalau sister bekerja di sektor yang sangat berpotensi untuk mencetak amal jariyah. Seperti saya dan tulisan-tulisan saya gitu *ehem*

Beberapa hari yang lalu, saya juga pernah membaca sebuah kutipan, ‘having dunya is not a problem, loving dunya is.’ Saya harus menyampaikan hal ini karena mungkin sister bertanya, lha gimana kalau memang hidup saya alhamdulillah enak? Apa saya harus hidup menyengsarakan diri? No no! Ustadz Salim A Fillah pernah bilang, bahwasanya semua yang kita miliki idealnya bukan hanya milik kita pribadi. Sebisa mungkin, semuanya bermanfaat untuk ummat. Jadi kalau kebetulan sister memiliki mobil dan tinggal di daerah yang banyak orang miskin, mungkin sister ‘dikirim’ oleh Allah untuk membantu mengantar orang sakit ke rumah sakit atau ibu hamil ke bidan. Bagaimanapun, semua hal itu lebih aman untuk dilakukan dengan mobil daripada sepeda motor kan. 

Yang kemudian membahayakan adalah ketika mobil itu menjadi sarana bermewah-mewahan, menyombongkan diri, dan tidak mudah puas. Bukan sponsored post nih (LOL), misalnya sister cuma mampu punya Toyota Avanza, tapi memaksakan diri untuk membeli Mercedes Benz demi gengsi. Contoh lain, adanya televisi di rumah boleh digunakan untuk mencari ilmu pengetahuan, jangan dipakai buat menonton The Kardashians terus. Ya, prim? *ngomong sama diri sendiri* Sampai pada akhirnya, televisi membuat sister lupa akan jam sholat. Mobil mewah membuat sister lebih mikirin angsurannya daripada bersedekah. Perlahan sister lebih mengutamakan dunia daripada akhirat yang lebih kekal. Waspadalah, jika semuanya terasa sangat mudah, mungkin sister sedang diuji dengan istidraj: ditinggikan di dunia, direndahkan di akhirat. Naudzubillahi min dzalik. 

That’s why, jangan berlebihan dalam hal apapun di dunia. Kalau kata lagu dangdut, yang sedang-sedang saja. Sementara untuk akhirat, sebaliknya. Gas pol! Ada waktu untuk sholat dhuha, jangankan hanya 2 atau 4 rakaat, lakukan 12 rakaat! Sudah mampu melakukan #OneDayOneJuz? Pertahankan dan ajak lebih banyak orang untuk melakukannya. Berlomba-lombalah dalam hal kebaikan dan ibadah, supaya kelak nama sister digaungkan di langit. 

2.  Kisah Lelaki dan Dua Saku Baju
Hujan rintik di suatu malam dan sedang tidak ada mobil di rumah, saya ‘terpaksa’ harus ikut sholat tarawih di masjid kecil dekat rumah. Bukan menyesal atau gimana, tapi di masjid langganan yang agak jauh dari rumah, suara imamnya merdu sekali dan hafalan Qur’an-nya masyaAllah! Namun malam itu, saya mendapatkan cerita singkat yang membuat saya beristighfar sepanjang malam.

Alkisah, seorang lelaki memiliki dua kantong di bajunya. Yang satu dijahit dengan rapi, dan yang satu diberi lubang dibawahnya. Sejak pagi hingga sore hari, jika ia mendapat pujian atau mendengar kata-kata baik, ia akan mencatatnya dan memasukkannya di saku yang dijahit dengan rapi. Jika ia mendapat hinaan, atau mendengar kata-kata negatif, ia mencatatnya dan memasukkannya di saku yang berlubang. Menjelang tidur, ia mengeluarkan semua tulisan yang baik-baik, membacanya satu-persatu dan tidur dengan damai. Bagaimana dengan tulisan yang tidak baik? Ia tidak menyimpannya karena ia membiarkan hal-hal tersebut jatuh dari saku satunya. Dengan cara ini, ia selalu bangun dengan perasaan optimis dan menjalani hari dengan tenang.

Sayangnya, dalam kehidupan nyata, kita sering sekali melakukan yang sebaliknya. Kalau yang jelek-jelek disimpan dalam hati dan pikiran, sampai menciptakan dendam kesumat. Orang Indonesia sih, kebanyakan begini. Makanya Tersanjung, Cinta Fitri, dan Tukang Bubur Naik Haji engga kelar-kelar. #lhah

Sementara sikap kita terhadap kebaikan orang, justru mudah menyepelekan. Yang ada justru kita yang mengingat terus kebaikan kita. Kalau malam kita berdoa, “Ya Allah, hari ini saya bersedekah sekian ribu sama A, terus saya menemani B berdiskusi untuk tesisnya, hmmm, saya juga tadi menyapa pak satpam di kampus lho. Saya baik kan, ya Allah.” Itu dosen pembimbing yang mau menemui kamu di akhir pekannya, apa kabar? Orangtua yang sudah banting tulang supaya kamu bisa lanjut sekolah, kapan terakhir kamu telepon? 

Selalu mengingat jasa orang dalam hidup kita, membuat kita senantiasa bersyukur dan percaya pada pertolongan Allah. Menyebut-nyebut kebaikan diri sendiri boleh, hanya sebagai motivasi untuk terus meningkatkannya. Pasang filter di telinga dan hati untuk membatasi kata-kata negatif yang kita masukkan ke dalam diri. Katanya pingin bahagia dan awet muda? Yuk ah, positive thinking, terutama kepada Allah :)

3. Ibadah Wajib vs Sunnah
Saya tidak akan menulis panjang tentang ini, karena sekarang sudah jam23.43 dan masih ada satu poin lagi yang ingin saya sampaikan. Saya hanya ingin mengingatkan diri sendiri, kalau yang ngebut dan pontang-panting meng-khatam-kan Qur’an atau sholat sunnah sampai ‘membabi buta’ di bulan ini, #jangankasihkendor untuk bulan-bulan berikutnya. Memang Ramadhan itu bulan penuh keistimewaan dan pahalanya dilipatgandakan. Tapi kalau sesudah Ramadhan malah BYE sama ibadah yang sudah rutin dilakukan, sama aja bohong. Rasanya seperti masa PDKT yang begitu menggebu-nggebu, pas udah jadian terus kayak lupa kalau punya kekasih. #eaaa

Jadi ingat yaaa~ sister harus selalu mengingatkan mas suami bahwa sholat berjamaah di masjid itu tidak hanya penting saat tarawih dan Jum’at-an saja. Seharusnya dilakukan setiap hari dan setiap waktu sholat. Tarawih yang sunnah dibela-belain, nah yang wajib kok malah disepelekan? Seperti berlaku baik ke pasangannya sahabat, tapi pasangan sendiri engga diurus *ini apaaa* *mungkin prima sudah lelah*   

4. Tentang Amal yang Diterima
Ini yang terakhir, dan paling penting dari semuanya. Kalau menurut sister pribadi nih, kira-kira amal sister selama bulan Ramadhan ini diterima oleh Allah kah? Gimana bisa tahu kalau iya atau tidak? Pede banget mau masuk surga. Padahal selama bulan Ramadhan, undangan buka puasa lebih banyak daripada agenda pengajian. Puasa sih iya, tapi ngegosipin teman sekelas jalan terus. 

Seandainya pun, sister mampu untuk tidak melakukan dosa sama sekali sejak sahur sampai mau tidur karena kerjanya cuma sholat dan ngaji. Sister yakin banget nih, amalnya sudah diterima? 

Sementara itu:

Dan (ingatlah), ketika Ibrahim meninggikan (membina) dasar-dasar Baitullah bersama Ismail (seraya berdoa): "Ya Tuhan kami terimalah daripada kami (amalan kami), sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui". (Q.S.Al-Baqarah (2): 127)

Kejadian tersebut membuat Rasulullah menangis. Secara itu Nabi Ibrahim, dan yang beliau lakukan adalah sesuatu yang nilainya sangat-sangat tinggi. Atuh lah kita mah apa atuh, ngaji se-juz doang masih suka ngeluh haus. 

Bukannya saya ingin mengecilkan arti ibadah sister ya. Saya menulis ini untuk mengajak sister bersama-sama introspeksi, apa sih yang membuat kita berbangga diri dan merasa bahwa kita sudah pantas disandingkan dengan orang-orang saleh? 

Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: "Bilakah datangnya pertolongan Allah?" Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat. (Q.S.Al-Baqarah (2): 214)
 
So, ada dua hal yang perlu dilakukan:
 
1. Mengganti ucapan selamat hari raya Idul Fitri dengan ‘taqabbalallahu minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum’ yang artinya: ‘semoga Allah menerima amalan saya dan kamu, amalan puasa saya dan kamu’.

2. Beristighfar dan melanjutkan ibadah andalan kita pada bulan-bulan berikutnya, semoga Allah berkenan mempertemukan kita dengan Ramadhan tahun depan. 

Oh ya, ada lagi doa yang bisa sister baca setiap pagi sesudah sholat subuh:
"Allahumma inni as'aluka 'ilman naafi'an wa rizqan thayyiban wa 'amalan mutaqabalan..."
Artinya: "Ya Allah sesungguhnya aku meminta kepadaMu ilmu yang bermanfaat, rizki yang baik dan amal yang diterima" (Shahih, HR Ibnu Majah: 925)

Memang kita tidak pernah bisa tahu secara jelas apakah Allah menerima amal kita. Yang bisa kita lakukan adalah terus berusaha mendekatkan diri kepada Allah, beribadah dengan ikhlas dan hanya meniatkan untuk-Nya, merendahkan diri di hadapan-Nya, serta menjaga hubungan baik dengan makhluk lainnya. Jangan sampai, amal kita yang bejibun harus hilang tak berbekas karena kesombongan di hati dan perasaan tak suka seseorang pada kita. Kalau sister sudah meminta maaf, beda perkara. Tapi kalau secara sengaja menyakiti perasaan seseorang, hati-hati deh. 

Semoga essay saya ini bisa menjadi masukan untuk sister (dan saya pastinya). Hati-hati dalam perjalanan ke kampung halaman dan selamat menikmati hari raya Idul Fitri. Ingat, ingat, ingat: ada banyaaaaaaaak hal yang patut dikhawatirkan daripada sekadar angka timbangan yang condong ke kanan saat hari raya karena kebanyakan makan rendang paru dan opor ayam.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb,
 

Prima (dan Pangeran Dubai) mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1437H
Taqabbalallahu minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum
Semoga Allah mengampuni dosa-dosa kita, dan menjaga persaudaraan kita :)  

1 comment:

  1. Aku catet doanya, kak Prim. Mau dihafalin & rutin dibaca. Insya Allah.

    Taqabbalallahu minna wa minkum, shiyamana wa shiyamakum, kak Prima :)

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...