Alhamdulillah, sudah lebih dari setahun saya bergabung dengan KUTUB (Komunitas Tahajud Berantai). Mungkin sister bisa baca cerita awalnya disini. Dulu saya tidak berpikir bahwa saya akan bertahan lama di KUTUB. Kadang masih terasa aneh sih, harus laporan sesudah sholat. Tapi beneran membantu konsistensi lho, meskipun ada faktor ‘kalau engga sholat, bakalan malu sama teman-teman segrup.’ Hahaha.
Selain itu, Ramadhan yang lalu juga jadi momentum saya untuk memperbanyak ibadah. Jadi beberapa minggu sebelum Ramadhan, I was challenged by a good friend of mine. Jilbaber syar’i gitu. Kalau saya main ke kosnya, dia pasti lagi ngaji sementara saya baca novel atau nonton film di laptop. Lama-lama dalam hati ngerasa sungkan sama dia, kok dia udah latian aja sementara Ramadhan kan masih lama. Oya, sebelumnya saya belum pernah khatam Al-Qur’an dalam satu bulan Ramadhan ya. Terus saya cek Al-Qur’an saya, kurang berapa juz sebelum mulai juz 1 lagi. Aduh, kok masih banyak pula. Sementara biasanya kalau mau program mengkhatamkan Al-Qur’an selama Ramadhan itu, baiknya dimulai dari juz 1. Jadilah saya ngebut khatamin tanggungan saya itu.
And then, bulan Ramadhan kemarin alhamdulillah saya bisa khatam dalam waktu 20 hari. Pas tanya ke ayah, beliau khatam dua kali! Bahkan ada teman ayah yang khatam lima kali! MasyaAllah. Yang bikin saya agak tertohok, ayah bilang “kamu sih enak, bacaannya sudah bagus. Coba berapa lama yang kamu butuhkan untuk menyelesaikan satu juz? Ayah kan bacanya pelan-pelan.” Yes, honestly I only need around one hour to finish one juz.
Namun, saya sempat tiba-tiba berpikir kemarin, ‘ngapain sih ngebut baca banyak-banyak gitu kalau pada akhirnya ‘engga mendapatkan apa-apa.’’ Hampir sama nih, dengan jungkir balik tahajud tiap hari kalau belum sesuai dengan tuntunan dan khusyu’ pun masih jauh karena lebih sering liyer-liyer pas udah rakaat ke-berapa gitu. Will it be worthy?
Wallahu a’lam. Tapi izinkan saya membela diri. Saya percaya betapa sedikitpun amal yang manusia lakukan, insyaAllah tetap akan dihitung dan dilipatgandakan oleh Allah.
Disamping itu, saya meyakini kalau pada dasarnya manusia itu makhluk pembelajar. Kalau sudah bisa baca Al-Qur’an beberapa ayat setiap hari, perlahan akan terdorong untuk meningkatkannya semakin banyak lagi. Sesudah itu, memperbaiki bacaan, membaca terjemahan, dan syukur-syukur kalau bisa hafal. (Meskipun ada juga faktor hidayah, tapi sekali lagi saya juga percaya bahwa hidayah itu harus dikejar dan diusahakan) Sayang sekali target Ramadhan kemarin untuk ikut les baca Al-Qur’an (supaya semakin merdu) tidak tercapai karena terlambat daftar.
Anyway, saya pernah ngobrol serius sama adik sepupu saya. Intinya adalah dia maunya beribadah dengan rutin nanti saja kalau sudah lebih tua.. Saya pun teringat omongan ayah saya lagi. “Nduk, kamu itu enak, dari kecil udah ngerti sholat, sekarang udah sebesar ini alhamdulillah ibadah sunnah udah rutin. Ayah ini baru mulai (ngerti agama) umur 50an.. Kalau ayah dipanggil Allah umur 60an, cuma punya tabungan 10 tahun. Kamu pasti tabungannya lebih banyak daripada ayah.”
Itu dia! Tabungan!
Berapa banyak dari manusia yang getol menabung dan berinvestasi sana-sini untuk masa depan yang lebih terjamin, tapi melupakan kehidupan sesudah mati?
Sebagaimana saya yang waktu masuk S1 membuka tabungan pendidikan yang saya ambil ketika lulus (tadinya buat persiapan S2 sih..), saya pun harus membuat tabungan akhirat sebanyak-banyaknya! Nanti, pada hari penarikan tabungan a.k.a hari perhitungan, tentulah saya akan menyesal jika mendapati tabungan amal yang sedikit jumlahnya. Apalagi saya tidak bisa kembali lagi ke dunia untuk menambal tabungan tersebut, kan?
Jangan pernah tinggalkan sholat karena ada jutaan manusia di dalam kubur yang ingin dihidupkan kembali hanya untuk bersujud kepada Allah.
Memang saya tidak bisa menjamin bisa terus beribadah seperti ini sampai akhir menutup mata. Mungkin suatu hari kesibukan saya akan membuat saya kesulitan untuk mengerjakan ibadah sunnah, misalnya sebagai ibu yang harus menjaga dan mengasuh anak. Namun sebenarnya, saya pun masih terganjal beberapa hal seperti kekhusyukan sholat, membaca Al-Qur’an dengan lebih tartil dan memahami maknanya, serta niat puasa yang masih engga jelas. Semoga saya diberi kesempatan untuk memperbaikinya sesegera mungkin. Kadang iman juga masih naik-turun, kadang suka malas bangun padahal mata udah melek di sepertiga malam terakhir. Makanya 'obatnya' adalah memperbanyak baca doa:
Buat sister yang sedang berjuang dalam ibadahnya, semangat ya! Mudah-mudahan kita bisa terus istiqomah dan masuk di dalam barisan Rasulullah di padang mahsyar."Rabbana la tuzigh qulubana ba'da idz-hadaitana wa hablana min ladunka rahmah, innaka antal wahhab."
“Ya Tuhan kami, janganlah Engkau condongkan hati kami kepada kesesatan, setelah Engkau beri petunjuk kepada kami & karuniakanlah kepada kami rahmat dari sisiMu, Sesungguhnya Engkau Maha Pemberi."
Salam,
Prima
salam singgah dan follow :)
ReplyDeletebukan kapasitas kita menilai sudah seberapa baik ualitas ibadah kita mbak... urusan kita cuma ngejalanin, dan berusaha menjaga niat. ribet sendiri kan kalo kita mikir, amal kita diterima gak yaa bla bla bla
ReplyDeleteMbak, boleh tau ngga ya cara gabungnya gimana? Thank :)
ReplyDelete