Call
me uncreative, but I have to say I am happy to finally be back once again in
Jogja!
Setelah
rabu lalu mendarat di Jogja, hari Jumat malam saya bertolak ke Jakarta untuk
pernikahan teman, dan langsung kembali ke Jogja pada hari Sabtu malam.
Punggung/pinggang rasanya mau patah, sekarang pun masih agak kliyengan (karena
tamu bulanan maju seminggu, why oh why? Etapi daripada telat ya, errr), but I
am very happy and I still feel like love is in the air. Hihihi.
numpang foto di Photo Booth #NikahanDarulJezzie |
Anyway,
sepertinya saya belum pernah nulis tentang ini. Atau pernah, agak-agak lupa.
Tapi kayaknya nulisnya bukan di blog tapi jadi script untuk vlog (yang akhirnya
engga jadi dibuat, meh). Cerita tentang ke Jakarta di-pending dulu ya, karena tiba-tiba
saja saya terpikir untuk menuliskan tema ini.
I
know keputusan berhijab itu bisa berbeda untuk setiap orang. Ada yang memang
sudah lama memikirkannya, ada yang ‘ujug-ujug’ berhijab. I’m not here to judge
but I personally think some people might be clueless about what to do as a ‘beginner’.
Jujur sampai sekarang pun kadang saya masih merasa meragu dalam artian bukan
berhijab atau engga-nya. Akan tetapi, lebih cenderung kepada apakah saya sudah
cukup berbahagia dengan keputusan saya ini, apakah saya sudah berhijab dengan
benar dan bagaimana niat saya yang sekarang mungkin berbeda dengan ketika awal
berhijab, hingga ehem, apakah saya tetap tampil modis dengan hijab. Tidak dapat
dipungkiri sebagai perempuan juga saya ingin dibilang cantik, ngaku aja deh,
sister semua. Hayo. Meskipun itu bukan alasan pertama dan utama, cuma saya juga
merasa khawatir kalau merepresentasikan hijab sebagai ‘produk’ yang tidak indah.
We might arguing on that. Pada akhirnya, saya percaya berhijab itu untuk Allah
dan sebagai salah satu bukti bahwa kita bersyukur atas semua yang telah
diberikan oleh Allah. Selain itu, buat saya hijab itu wujud perlindungan,harkat dan martabat, hingga penghargaan untuk diri sendiri. Makanya kalau saya
pribadi, bete kalau ada yang lihat teman berhijab tapi uwel-uwelan, (maaf) bau apek,
jilboobs juga termasuk, pokoknya engga asik dilihat dan didekati deh. Perkara berhijab
itu untuk dilihat Allah saja, iya saya setuju, makanya berhijab yang baik mbak,
kan situ mau memberikan yang terbaik untuk Allah. Itu sih yang saya pikirkan,
meskipun saya juga masih sering berpakaian seadanya (adanya itu yang di lemari,
kecuali kalau punya closet kayak Kardashian ya beda cerita).
Hijab
came naturally for me. Saya mengenakan hijab sejak di bangku sekolah dasar,
tapi ketika saya remaja saya sempat bosan dan buka-tutup macem portal
perumahan. Baca lagi deh tulisan ini tentang how and why I decided to wear it
permanently. Only somehow with that long journey and process, I still find it
challenging day by day. That’s why I think it will be good for me to write some
kind of guidelines buat kamu yang sedang merencanakan untuk berhijab atau
baru-baru ini berhijab, let see apa saja yang harus kamu persiapkan:
1.
Niat
At
this point, I personally will say that whatever your motivation to wear hijab,
that’s good enough. Mau sister berhijab karena Dian Pelangi tampak keren alias
karena fashion; karena mau menikah dan diminta oleh calon suami; habis pulang
umroh dan rasanya aneh kalau tidak mengenakannya. All you can say! Semua itu
tidak salah untuk saat ini, namun saya percaya akan jauh lebih baik untuk
sister mempelajari ayat-ayat Al-Qur’an berkenaan dengan hijab. Pada dasarnya,
there is nothing wrong to try being a better person in the eyes of Allah. Semua
ibadah yang kita lakukan juga awalnya ‘dipaksakan’, seperti waktu kita kecil
masih suka malas sholat subuh terus harus digendong dan dibantu untuk wudhu.
Perlahan kita belajar kalau sholat itu bukan hanya kewajiban tapi juga kebutuhan
so, banyak-banyak belajar ya.
Yang
kedua, untuk masalah niat, kalau ada yang bertanya tentang kenapa kamu
berhijab, tidak perlu dijawab panjang lebar. Buat kamu yang baru saja berhijab,
I know that this question might be a bit overwhelming. Kayak kalau ditanya ‘eh
kamu kenapa menikah sama suamimu?’ Jawabannya bisa panjang, yang kadang
menyenangkan buat dijawab, kadang juga bikin capek sendiri kalau jelasin
berkali-kali. Jawab saja karena Allah, meskipun dibaliknya ada alasan-alasan
lain yang pribadi. Toh, this is about you and your creator, so be relax and
smile.
2.
Jenis kain untuk khimar (kerudung)
Sebelum
kamu akhirnya berhijab dan membeli selusin khimar, cobalah untuk menjajal
berbagai macam kerudung, dari mulai kain paris, ceruti, dan sebagainya. I’m not
an expert here, saya paling sering pakai paris segi empat soalnya murah dan masih pakai
motor kemana-mana. Mungkin kalau jarang beraktivitas yang berkeringat (dan
punya duit) bakal nyoba pakai hijab satin dari Hijabellove (harganya
Rp. 250.000/piece).
Masalah dalaman juga harus kamu pastikan yang mana yang cocok buatmu. Akhir-akhir ini saya pakai semacam bandana renda gitu, harganya murceee tapi agak sakit di kepala, hiks. Kalau lagi acara formal dan rambut sudah kering sepenuhnya, saya bisa pakai inner yang biasa disebut antem atau ninja tapi saya engga pernah pakai cepol soalnya aneh aja. Memang paling baik pakai inner ini (antem atau ninja) tapi leher saya sempat mengalami iritasi, sepertinya harus beli yang kualitasnya lebih baik atau 100% katun. Cuma harganya bisa sekitar Rp. 50.000-75.000 buat inner doang, hedeh khimar paris aja 15ribu. Wakakaka #ogahrugi #ataumemangpelit
Jangan lupa punya bergo juga, jadi misalnya kamu harus beli sesuatu di warung, atau jogging dan berolahraga, pakai khimar paris bakal agak ribet.
contoh penggunaan kerudung segi empat, tapi yang ini bukan paris |
Masalah dalaman juga harus kamu pastikan yang mana yang cocok buatmu. Akhir-akhir ini saya pakai semacam bandana renda gitu, harganya murceee tapi agak sakit di kepala, hiks. Kalau lagi acara formal dan rambut sudah kering sepenuhnya, saya bisa pakai inner yang biasa disebut antem atau ninja tapi saya engga pernah pakai cepol soalnya aneh aja. Memang paling baik pakai inner ini (antem atau ninja) tapi leher saya sempat mengalami iritasi, sepertinya harus beli yang kualitasnya lebih baik atau 100% katun. Cuma harganya bisa sekitar Rp. 50.000-75.000 buat inner doang, hedeh khimar paris aja 15ribu. Wakakaka #ogahrugi #ataumemangpelit
contoh inner yang lumayan saya suka, tapi yang ini harganya Rp. 150.000 (...) |
Jangan lupa punya bergo juga, jadi misalnya kamu harus beli sesuatu di warung, atau jogging dan berolahraga, pakai khimar paris bakal agak ribet.
Intinya
sih, pengetahuan dan pemahaman tentang khimar yang kamu pilih itu juga akan
berhubungan dengan bentuk mukamu, kegiatanmu, warna yang cocok untuk warna
kulitmu, dan lain-lain. Kesannya jadinya berhijab itu rempong dan mahal dong?
Tidak juga. Menurut saya, ketika kamu merasa nyaman dengan khimar-mu, berhijab
akan lebih nyaman sehingga hari ke hari kamu tidak merasa terpaksa saat
mengenakannya. Buat kamu first-timer, sebaiknya tidak langsung belanja dalam
jumlah yang sangat banyak, beli saja beberapa lembar khimar. Sambil jalan kamu
akan menemukan khimar seperti apa yang paling pas untukmu, dan kamu bisa
memperbanyak koleksimu. Ingat untuk menyumbangkan khimar yang sudah tidak kamu
pakai (dengan syarat, masih bagus) ke saudara-saudaramu yang kurang beruntung.
3.
Persiapan pakaian
Manset,
outerwear, dan legging adalah sahabat hijaber, terutama yang masih punya banyak
baju lengan pendek atau terbuka, atau rok/celana yang panjangnya agak tanggung.
Lagi-lagi dengan syarat baju tersebut tidak ketat di badan, tidak menerawang,
dan tidak sulit untuk dipadu-padankan. Misalnya jangan maksa memakai rok mini +
legging, ini agak gimana gitu ya. Sama dengan khimar, jangan tergoda untuk
membeli banyak baju saat baru berhijab karena bisa jadi gamis panjang atau
baju-baju menjuntai malah nganggur di lemari. Seiring berjalannya waktu, kamu
akan tahu baju seperti apa yang cocok untuk kamu kenakan sehari-hari. Contohnya
saya yang pernah belajar berhijab syar’i. For now, saya kembali berkendara
dengan motor manual jadi agak ribet kalau mau pakai rok yang panjang dan
berpotongan lurus. Celana panjang + atasan selutut, serta midi dress (yang
panjangnya kira-kira sebetis) + legging jadi andalan saya. Seperti saya bilang,
selama masih memenuhi standar minimal berpakaian modest, kamu bisa
mengenakannya sambil pelan-pelan memperbanyak koleksi pakaianmu.
contoh penggunaan manset, seperti saya di foto atas, saya hanya pakai manset lho, tapi ulurkan/panjangkan khimar sister agar menutupi dada ya. |
4.
Perawatan Rambut
Hal
ini penting banget banget! Dua masalah rambut untuk yang berhijab adalah rontok
dan ketombe. Waktu SMA saya masih jarang berhijab terus suatu waktu saya lamaaa
pakai hijab terus (hahaha), kemudian teman lelaki saya ada yang bilang, “prim,
rambutmu sekarang botak? Kok kerudungan terus?” Ternyata kakaknya yang berhijab
mengalami masalah itu! Saya sudah berkali-kali ganti shampoo dan sejauh ini,
saya paling cocok dengan yang saya pakai sekarang. Masalah utama saya saat ini
adalah gerah dan kadang agak gatal, tapi alhamdulillah engga sampai berketombe.
Saya pakai PinkUp Sweet n’ Glow Moisturising Shampoo by Kaaral untuk
sehari-hari, dan Head & Shoulders Cool Menthol kalau sesudah berolahraga. Seminggu
sekali saya pakai Makarizo Hair Energy Fibertherapy Creambath Aloe & Melon
Extract dan Mustika Ratu Hair Tonic Penyubur Rambut. Pastinya saya sangat
menghindari berhijab saat rambut masih basah. Tips dari Jessica Simpson (lah,
dia kan engga berhijab -_-) kalau rambut sister sedang agak lepek tapi engga
sempat keramas, pakai saja bedak bayi yang ditaburkan di akar rambut. Selain itu,
sebisa mungkin kalau sedang di rumah, jangan mengikat rambut. Ini yang bikin
rambut mudah rapuh dan akhirnya rontok. Kalau ada yang mau ‘berkorban’, ya
potong pendek saja biar engga ribet dan pastinya lebih sehat untuk rambut dan
kepala. Oya, kain khimar dan dalaman juga sangat berpengaruh, jadi make sure
kamu pakai khimar yang berkualitas baik dan sesuai dengan aktivitasmu.
5.
Lingkaran Pergaulan
Selain
hal-hal yang bersifat fisik, tentu sister harus mempersiapkan mental. Namanya cobaan
di awal berhijab pasti ada aja, pujian yang melambungkan diri juga masuk
kategori ujian lho. Kalau ada yang bilang sister lebih cantik dengan hijab,
khawatirnya sister bakalan selfie terus-menerus, hehe. Katakan saja ‘alhamdulillah,
semoga akhlaknya juga ikutan semakin cantik.’ Nah gimana kalau cobaannya
berbentuk teman-teman yang menjauh? Mungkin sister harus pikir-pikir untuk
tetap bertahan dengan mereka. Teman yang baik akan mendukung perubahan positif
sister, sebagaimana sister insyaAllah akan melakukan hal yang sama. Jaga
hubungan baik sebatas muamalah (hubungan antar manusia yang saling membantu),
tapi tidak perlu mengkonfrontasi dan menunjukkan perbedaan sister. Engga harus
melakukan yang... ‘eh sorry ya sekarang gue lebih baik dari elo soalnya gue
berhijab.’ No need to do that. Yang lebih penting adalah sister menemukan
orang-orang yang mendukung sister dan mendoakan agar sister istiqomah dalam
berhijab, seperti saya :))
Saya
ingin mengatakan bahwa berhijab itu mudah, it really is. Saya percaya bahwa
ketika sister ingin lebih dekat dengan Allah, Allah tidak akan mempersulit. Setan
sih yang akan menggoda, tapi ya sekali lagi semua orang yang ingin ‘naik kelas’
harus menghadapi ujian terlebih dulu. Semoga post ini membantu, dan kalau
sister mau curhat, saya tunggu di primadita1088 at gmail dot com.
Hugs,
Prima
*pics by Zalora but no sponsor for this post.
*pics by Zalora but no sponsor for this post.
No comments:
Post a Comment