"Janganlah kamu menjadi orang yang 'ikut-ikutan' dengan mengatakan kalau orang lain berbuat kebaikan, kami pun akan berbuat baik dan kalau mereka berbuat zalim kami pun akan berbuat zalim. Tetapi teguhkanlah dirimu dengan berprinsip, kalau orang lain berbuat kebaikan kami berbuat kebaikan pula dan kalau orang lain berbuat kejahatan kami tidak akan melakukannya." (HR. Attirmidzi)
Jaman sekarang ini, makin banyak aja orang yang ga punya prinsip alias hobi ikut-ikutan, terlebih lagi remaja yang masih mencari jati diri. Temannya nge-mall, dia ikut. Temannya traveling, dia ikut. Temannya clubbing, dia ikut. Nah, terus kalau ke penjara dan neraka gimana, mau ikut juga? Naudzubillah.
Beberapa hari yang lalu, saya ngobrol sama teman sekelas karena kami melihat seorang mahasiswi merokok di kantin. Sebenarnya sih kami tidak ingin terlalu menyoroti 'perempuan'-nya, kok kayaknya seksis banget. Masalah merokok adalah perbuatan yang buruk (jelas! Merusak kesehatan diri sendiri dan orang lain) tidak ada hubungannya dengan jenis kelamin. Dampaknya sama-sama buruk, baik bagi perempuan maupun laki-laki.
But, seeing her, we concluded that some people are trying hard to look cool. Then one of my friend popped up the question, “is smoking cool?”
Kami saling memandangi satu sama lain. Iya juga ya. Daripada merokok, berbagai aktivitas jauh lebih baik. Makan permen karet aja dikabarkan bisa menurunkan berat badan (katanya...). Apalagi aktivitas-aktivitas seperti berolahraga, bercocok tanam, membaca buku, sholat Dhuha; banyak banget deh aktivitas seru untuk menggantikan kebiasaan merokok.
Kembali lagi ke hadits diatas, masalahnya kalau sudah 'ikut-ikutan' ya begitu. Kan karena banyak orang melakukannya, jadi terlihat 'biasa'. Kalau di ilmu sosial namanya norma yang socially accepted, meski ga selalu benar.
Merokok cuma contoh yang sangat kecil. Kalau kita ngobrolin tentang pacaran, perempuan mengenakan baju yang minim, dan hal-hal yang menjurus ke arah maksiat lainnya, lebih banyak lagi. Parahnya, we think it is okay because many people do it.
Tapi, kita patut berbangga hati karena pelan-pelan saudara/i kita berjuang untuk memberantas hal-hal yang buruk. Kutub (apa tuh? Baca disini), ODOJ, dan banyak lagi komunitas yang berusaha mempopulerkan ibadah. Buat saya mereka punya andil untuk mempromosikan bahwa mendekatkan diri kepada Allah-pun bisa terlihat keren. Dan tidak hanya kelihatannya saja, karena ada misi utama dibalik itu: mengalihkan energi kita yang digunakan untuk memikirkan (dan melakukan) hal-hal buruk menjadi hal-hal baik. Pahala dapat, aktivitas yang berkualitas juga. Sekali mendayung, dua-tiga pulau terlampaui.
So, siapa yang mau belajar untuk punya prinsip diri yang kuat? ;)
Love,
Prima
Daftar Pustaka
Almath, Dr. Muhammad Faiz. 2000. 1100 Hadits Terpilih: Sinar Ajaran Muhammad. Jakarta: Gema Insani Press.
Jaman sekarang ini, makin banyak aja orang yang ga punya prinsip alias hobi ikut-ikutan, terlebih lagi remaja yang masih mencari jati diri. Temannya nge-mall, dia ikut. Temannya traveling, dia ikut. Temannya clubbing, dia ikut. Nah, terus kalau ke penjara dan neraka gimana, mau ikut juga? Naudzubillah.
Beberapa hari yang lalu, saya ngobrol sama teman sekelas karena kami melihat seorang mahasiswi merokok di kantin. Sebenarnya sih kami tidak ingin terlalu menyoroti 'perempuan'-nya, kok kayaknya seksis banget. Masalah merokok adalah perbuatan yang buruk (jelas! Merusak kesehatan diri sendiri dan orang lain) tidak ada hubungannya dengan jenis kelamin. Dampaknya sama-sama buruk, baik bagi perempuan maupun laki-laki.
But, seeing her, we concluded that some people are trying hard to look cool. Then one of my friend popped up the question, “is smoking cool?”
Kami saling memandangi satu sama lain. Iya juga ya. Daripada merokok, berbagai aktivitas jauh lebih baik. Makan permen karet aja dikabarkan bisa menurunkan berat badan (katanya...). Apalagi aktivitas-aktivitas seperti berolahraga, bercocok tanam, membaca buku, sholat Dhuha; banyak banget deh aktivitas seru untuk menggantikan kebiasaan merokok.
Kembali lagi ke hadits diatas, masalahnya kalau sudah 'ikut-ikutan' ya begitu. Kan karena banyak orang melakukannya, jadi terlihat 'biasa'. Kalau di ilmu sosial namanya norma yang socially accepted, meski ga selalu benar.
Merokok cuma contoh yang sangat kecil. Kalau kita ngobrolin tentang pacaran, perempuan mengenakan baju yang minim, dan hal-hal yang menjurus ke arah maksiat lainnya, lebih banyak lagi. Parahnya, we think it is okay because many people do it.
Tapi, kita patut berbangga hati karena pelan-pelan saudara/i kita berjuang untuk memberantas hal-hal yang buruk. Kutub (apa tuh? Baca disini), ODOJ, dan banyak lagi komunitas yang berusaha mempopulerkan ibadah. Buat saya mereka punya andil untuk mempromosikan bahwa mendekatkan diri kepada Allah-pun bisa terlihat keren. Dan tidak hanya kelihatannya saja, karena ada misi utama dibalik itu: mengalihkan energi kita yang digunakan untuk memikirkan (dan melakukan) hal-hal buruk menjadi hal-hal baik. Pahala dapat, aktivitas yang berkualitas juga. Sekali mendayung, dua-tiga pulau terlampaui.
So, siapa yang mau belajar untuk punya prinsip diri yang kuat? ;)
Love,
Prima
Daftar Pustaka
Almath, Dr. Muhammad Faiz. 2000. 1100 Hadits Terpilih: Sinar Ajaran Muhammad. Jakarta: Gema Insani Press.
No comments:
Post a Comment