"Alangkah baiknya orang-orang yang sibuk meneliti aib diri mereka sendiri dengan tidak mengurusi (membicarakan) aib-aib orang lain." (HR. Adailami)
Biasanya orang yang hobinya ngurusin aib orang lain itu kurang piknik. Kayaknya adaaa aja yang salah sama orang lain, padahal kalau dia bercermin, niscaya dia bukanlah orang yang lebih baik.
Orang Indonesia pasti tahu pepatah: “kuman di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tak tampak.” Ya, kadang kita terlalu sibuk mengurusi kekurangan orang lain, sampai lupa kalau mungkin kita sendiri juga memiliki kekurangan tersebut, dan bahkan lebih banyak lagi.
Astaghfirullah.
Nah, beberapa bulan terakhir, karena saya kurang piknik #IyaDeh – saya terjebak dalam suatu perasaan seperti yang digambarkan di hadits diatas. Sayangnya saya terlalu angkuh untuk mengakui kalau saya kurang piknik (sebut aja terus...), dan saya terlalu pengecut untuk meminta maaf. Keadaan ini diperparah dengan keadaan, saya merasa bahwa aibnya pantas untuk 'diteliti'. Tanpa sadar, saya lupa kalau keadaan menjadi terbalik, saya juga tidak mungkin baik-baik saja kalau aib saya diurusi orang lain. Hel-lo, situ oke?
Padahal, tahun lalu saya pernah mengingat-ingat sebuah doa, yang (kalau ga salah) dianjurkan oleh seorang ustadz saat melihat keburukan yang dilakukan oleh orang lain. Doanya begini,
“Ya Allah, ampuni dia dan ampuni aku. Jika dia lupa, maka ingatkanlah. Dan ingatkanlah aku juga Ya Allah, karena barangkali aku tidak lebih baik daripada dia. Tutuplah aibku, dan terimalah tobatku.”
Sulit? Banget.
Tapi kalau dicoba, kita ga pernah tahu. InsyaAllah, Allah memudahkan.
Lots of love,
Prima
Daftar Pustaka
Almath, Dr. Muhammad Faiz. 2000. 1100 Hadits Terpilih: Sinar Ajaran Muhammad. Jakarta: Gema Insani Press.
Biasanya orang yang hobinya ngurusin aib orang lain itu kurang piknik. Kayaknya adaaa aja yang salah sama orang lain, padahal kalau dia bercermin, niscaya dia bukanlah orang yang lebih baik.
Orang Indonesia pasti tahu pepatah: “kuman di seberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tak tampak.” Ya, kadang kita terlalu sibuk mengurusi kekurangan orang lain, sampai lupa kalau mungkin kita sendiri juga memiliki kekurangan tersebut, dan bahkan lebih banyak lagi.
Astaghfirullah.
Nah, beberapa bulan terakhir, karena saya kurang piknik #IyaDeh – saya terjebak dalam suatu perasaan seperti yang digambarkan di hadits diatas. Sayangnya saya terlalu angkuh untuk mengakui kalau saya kurang piknik (sebut aja terus...), dan saya terlalu pengecut untuk meminta maaf. Keadaan ini diperparah dengan keadaan, saya merasa bahwa aibnya pantas untuk 'diteliti'. Tanpa sadar, saya lupa kalau keadaan menjadi terbalik, saya juga tidak mungkin baik-baik saja kalau aib saya diurusi orang lain. Hel-lo, situ oke?
Padahal, tahun lalu saya pernah mengingat-ingat sebuah doa, yang (kalau ga salah) dianjurkan oleh seorang ustadz saat melihat keburukan yang dilakukan oleh orang lain. Doanya begini,
“Ya Allah, ampuni dia dan ampuni aku. Jika dia lupa, maka ingatkanlah. Dan ingatkanlah aku juga Ya Allah, karena barangkali aku tidak lebih baik daripada dia. Tutuplah aibku, dan terimalah tobatku.”
Sulit? Banget.
Tapi kalau dicoba, kita ga pernah tahu. InsyaAllah, Allah memudahkan.
Lots of love,
Prima
Daftar Pustaka
Almath, Dr. Muhammad Faiz. 2000. 1100 Hadits Terpilih: Sinar Ajaran Muhammad. Jakarta: Gema Insani Press.
Apapun juga kalau belum dicoba akan terasa sulit, semoga dimudahkan semuanyaa yaa :)
ReplyDelete