Beberapa hari yang lalu,
Ika, pembaca setia blog saya meninggalkan komen di blog post ini. Bu
guru cantik ini bertanya bagaimana saya bisa membagi waktu di antara
berbagai kegiatan yang saya miliki.
Sebenarnya, jawabannya
simpel: saya tidak tahu. #lho
Kalau jawaban pertama
kurang memuaskan, maka jawaban kedua saya adalah: I make time.
Sedari kecil, saya sudah
dibiasakan untuk memiliki banyak kegiatan oleh orang tua saya karena
beberapa alasan pribadi, salah satunya sudah pernah saya ceritakan di
blog ini. Selamat mencari blog post yang dimaksud :D
Ketika bertumbuh, ibu
saya yang single parent membutuhkan banyak bantuan untuk
menyelesaikan berbagai keperluan. Sebagian besar adalah pekerjaan
rumah tangga dan urusan bisnis – dimana ibu saya hampir selalu
menyertakan saya dalam setiap urusannya.
Belum lagi urusan saya
sendiri, seperti sekolah atau kuliah, ekstrakurikuler, organisasi,
dan... pacaran bergaul :)))
Tapi berita baiknya,
sebenarnya saya tidak sesibuk itu kok pemirsa. Saya menghabiskan
sebagian besar waktu saya, Senin-Jumat di kantor, dan sepulang kantor
biasanya saya hanya bisa menyelesaikan satu atau dua urusan.
Untuk nge-blog, saya
'memaksakan diri' di pagi hari sebelum ngantor, atau sore sebelum
pulang kantor.
Itupun.. Saya masih
termasuk 'hobi' tidur. Saya bisa tidur 6-7 jam sehari, tentu saja
dengan waktu yang terpisah-pisah. Alhamdulillah di kantor ada kasur,
bisa lah buat selonjoran barang setengah jam :p
Kalau weekend, nah itu
barulah saya berpacu dengan melodi waktu. Saya biasanya sudah bikin
to-do list sejak hari Kamis. Dari mulai seminar yang ingin saya
ikuti, teman atau kolega yang ingin saya temui, buku yang ingin saya
baca, apapun itu. Biasanya kegiatan saya pada Sabtu-Minggu dimulai
jam 9 pagi dan berakhir jam 9 malam.. Fiuh.
Khusus untuk blogging,
libur dulu yes selama weekend. Saya memang memaksimalkan waktu untuk
hal-hal yang tidak membutuhkan komputer, kecuali ada project yang
ingin saya planning :)
Traveling? Saya termasuk
cukup impulsif, begitu pingin ya udah masukin ke jadwal. Dan itupun
juga bisa seharian main. Seperti terakhir kali saya ke Jogja, saya
udah pergi jam 8 pagi dan baru tiba di rumah tante jam 10 malam.
Sampai-sampai baru ngobrol sama tante pas sarapan dan waktu nganterin
saya ke terminal :)))
Mbak Ollie (@salsabeela)
pernah menulis di buku Girls & Tech, bahwa kita semua memiliki
waktu yang sama dengan waktu yang dimiliki Steve Jobs, Bill Gates,
Oprah Winfrey, dan lain-lain. Jadi, tidak semestinya kita mengatakan
“I ain't got no time for that.”
Yang bener, kita memang
tidak memberikan komitmen kepada hal tersebut. Bisa jadi karena
memang bukan prioritas saat ini, atau yaaa.. memang males aja sih..
But hey, knowing your
priority is a must. Makanya saya lebih suka bikin tujuan jangka
pendek (2-3 bulan kedepan) dan jangka menengah (6 bulan-1 tahun
kedepan). Impian tentu ada, tapi dengan adanya tujuan yang lebih
nyata dan terarah, saya yakin perlahan saya akan mencapai impian
tersebut. Ingat, yang paling penting bukan seberapa cepat kita tiba
di impian kita, tapi apakah kita dapat menikmati dan mengambil
pelajaran di tiap milestones.. #tsah
Kedua, pahamilah kapan
harus mengorbankan sesuatu, sekali lagi, demi hal yang lebih
prioritas. Tahun ini, lagi-lagi saya harus say good bye sama
pendaftaran beasiswa ke luar negeri karena keterbatasan waktu dalam
menyiapkan semua persyaratannya. Sedih? Iya. Kecewa? Lumayan. Tapi
saya ingat ada hal-hal yang lebih penting, dan saya yakin akan ada
jalan untuk lebih dekat dengan impian tersebut in the near future.
Tentang pengorbanan, baca
juga cerita Dewi Lestari disini. Saya kutip sedikit dibawah sini ya..
To finish my latest book, I need to wake up before everybody else at home, so I still have that silence and uninterrupted moment. For months, I’ve woken up at 4 a.m. and written for two to three hours straight. I’ve declined most talk show and TV invitations for almost a year. At first, I was shaky because I felt like I was missing out on opportunities, but I gradually learned to see what really matters. I can’t stress more how important it is to see the distinction. Sometimes we’re just busy without being truly productive.
#wow #emejing
Jadi, zahabat zuper –
LOL – pada intinya, semua itu disesuaikan dengan impian dan
kemampuan masing-masing pribadi. Apa sih makna kesuksesan untuk kamu?
Dan bagaimana kamu merencanakan kehidupanmu agar dapat mencapai
kesuksesan tersebut? Kalau kamu ngerasa masih terlalu santai,
sedangkan kamu pingin menggapai sesuatu yang lebih dari apa yang kamu
miliki saat ini; mungkin kamu perlu men-setting ulang impianmu. Push
your limit, that's the only thing you can do to make a meaningful
life ;)
Lots of love,
Prima
Suka banget sama tulisannya :)
ReplyDeletekalau sama orangnya? XD
DeleteHuhu, iya mbak Prim. Aku juga sering berpikir 24 jam itu kurang banget buat sehari. Harusnya 30 jam :|
ReplyDeleteTapi akhirnya sekarang aku sadar, setiap hari saat melakukan kegiatan, kita harus memilih prioritas ya. :) Disesuaikan dengan mimpi/target yang kita kejar dalam waktu dekat. :))
aku dulu juga mikirnya gitu.
Deletetapi aku lalu bersyukur udah dikasih 24 jam, bukan hanya 12 atau 15 jam.
so, harus memaksimalkan setiap menit yg ada utk menyemai kebaikan dan mencari ridho Allah :)
Saya juga sedang merasakan pentingnya manajemen waktu mbak, gimana caranya biar segala hal bisa berjalan paralel. Mengingat kuliah teknik yg semakin tahun semakin hectic, 24jam rasanya emang kurang bgt mb :")
ReplyDelete