Thursday, September 25, 2014

Time After Time

 

Beberapa hari yang lalu, Ika, pembaca setia blog saya meninggalkan komen di blog post ini. Bu guru cantik ini bertanya bagaimana saya bisa membagi waktu di antara berbagai kegiatan yang saya miliki.

Sebenarnya, jawabannya simpel: saya tidak tahu. #lho

Kalau jawaban pertama kurang memuaskan, maka jawaban kedua saya adalah: I make time.


Sedari kecil, saya sudah dibiasakan untuk memiliki banyak kegiatan oleh orang tua saya karena beberapa alasan pribadi, salah satunya sudah pernah saya ceritakan di blog ini. Selamat mencari blog post yang dimaksud :D

Ketika bertumbuh, ibu saya yang single parent membutuhkan banyak bantuan untuk menyelesaikan berbagai keperluan. Sebagian besar adalah pekerjaan rumah tangga dan urusan bisnis – dimana ibu saya hampir selalu menyertakan saya dalam setiap urusannya.

Belum lagi urusan saya sendiri, seperti sekolah atau kuliah, ekstrakurikuler, organisasi, dan... pacaran bergaul :)))

Tapi berita baiknya, sebenarnya saya tidak sesibuk itu kok pemirsa. Saya menghabiskan sebagian besar waktu saya, Senin-Jumat di kantor, dan sepulang kantor biasanya saya hanya bisa menyelesaikan satu atau dua urusan.

Untuk nge-blog, saya 'memaksakan diri' di pagi hari sebelum ngantor, atau sore sebelum pulang kantor.

Itupun.. Saya masih termasuk 'hobi' tidur. Saya bisa tidur 6-7 jam sehari, tentu saja dengan waktu yang terpisah-pisah. Alhamdulillah di kantor ada kasur, bisa lah buat selonjoran barang setengah jam :p

Kalau weekend, nah itu barulah saya berpacu dengan melodi waktu. Saya biasanya sudah bikin to-do list sejak hari Kamis. Dari mulai seminar yang ingin saya ikuti, teman atau kolega yang ingin saya temui, buku yang ingin saya baca, apapun itu. Biasanya kegiatan saya pada Sabtu-Minggu dimulai jam 9 pagi dan berakhir jam 9 malam.. Fiuh.

Khusus untuk blogging, libur dulu yes selama weekend. Saya memang memaksimalkan waktu untuk hal-hal yang tidak membutuhkan komputer, kecuali ada project yang ingin saya planning :)

Traveling? Saya termasuk cukup impulsif, begitu pingin ya udah masukin ke jadwal. Dan itupun juga bisa seharian main. Seperti terakhir kali saya ke Jogja, saya udah pergi jam 8 pagi dan baru tiba di rumah tante jam 10 malam. Sampai-sampai baru ngobrol sama tante pas sarapan dan waktu nganterin saya ke terminal :)))

Mbak Ollie (@salsabeela) pernah menulis di buku Girls & Tech, bahwa kita semua memiliki waktu yang sama dengan waktu yang dimiliki Steve Jobs, Bill Gates, Oprah Winfrey, dan lain-lain. Jadi, tidak semestinya kita mengatakan “I ain't got no time for that.”

Yang bener, kita memang tidak memberikan komitmen kepada hal tersebut. Bisa jadi karena memang bukan prioritas saat ini, atau yaaa.. memang males aja sih..

But hey, knowing your priority is a must. Makanya saya lebih suka bikin tujuan jangka pendek (2-3 bulan kedepan) dan jangka menengah (6 bulan-1 tahun kedepan). Impian tentu ada, tapi dengan adanya tujuan yang lebih nyata dan terarah, saya yakin perlahan saya akan mencapai impian tersebut. Ingat, yang paling penting bukan seberapa cepat kita tiba di impian kita, tapi apakah kita dapat menikmati dan mengambil pelajaran di tiap milestones.. #tsah


Kedua, pahamilah kapan harus mengorbankan sesuatu, sekali lagi, demi hal yang lebih prioritas. Tahun ini, lagi-lagi saya harus say good bye sama pendaftaran beasiswa ke luar negeri karena keterbatasan waktu dalam menyiapkan semua persyaratannya. Sedih? Iya. Kecewa? Lumayan. Tapi saya ingat ada hal-hal yang lebih penting, dan saya yakin akan ada jalan untuk lebih dekat dengan impian tersebut in the near future.

Tentang pengorbanan, baca juga cerita Dewi Lestari disini. Saya kutip sedikit dibawah sini ya..

To finish my latest book, I need to wake up before everybody else at home, so I still have that silence and uninterrupted moment. For months, I’ve woken up at 4 a.m. and written for two to three hours straight. I’ve declined most talk show and TV invitations for almost a year. At first, I was shaky because I felt like I was missing out on opportunities, but I gradually learned to see what really matters. I can’t stress more how important it is to see the distinction. Sometimes we’re just busy without being truly productive.

#wow #emejing

Jadi, zahabat zuper – LOL – pada intinya, semua itu disesuaikan dengan impian dan kemampuan masing-masing pribadi. Apa sih makna kesuksesan untuk kamu? Dan bagaimana kamu merencanakan kehidupanmu agar dapat mencapai kesuksesan tersebut? Kalau kamu ngerasa masih terlalu santai, sedangkan kamu pingin menggapai sesuatu yang lebih dari apa yang kamu miliki saat ini; mungkin kamu perlu men-setting ulang impianmu. Push your limit, that's the only thing you can do to make a meaningful life ;)

Lots of love,
Prima

5 comments:

  1. Huhu, iya mbak Prim. Aku juga sering berpikir 24 jam itu kurang banget buat sehari. Harusnya 30 jam :|
    Tapi akhirnya sekarang aku sadar, setiap hari saat melakukan kegiatan, kita harus memilih prioritas ya. :) Disesuaikan dengan mimpi/target yang kita kejar dalam waktu dekat. :))

    ReplyDelete
    Replies
    1. aku dulu juga mikirnya gitu.
      tapi aku lalu bersyukur udah dikasih 24 jam, bukan hanya 12 atau 15 jam.
      so, harus memaksimalkan setiap menit yg ada utk menyemai kebaikan dan mencari ridho Allah :)

      Delete
  2. Saya juga sedang merasakan pentingnya manajemen waktu mbak, gimana caranya biar segala hal bisa berjalan paralel. Mengingat kuliah teknik yg semakin tahun semakin hectic, 24jam rasanya emang kurang bgt mb :")

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...