Walaupun setiap hari melintasi jalan ini, akan sangat dimaklumi bila para pelintas tidak menyadari kehadiran sebuah masjid disini. Itu tidak lain karena masjid ini diapit oleh deretan ruko-ruko. Ya, masjid ini juga menjadi bagian dari ruko tersebut. Satu-satunya penanda bahwa disana ada masjid, adalah papan nama berwarna kuning, dengan tulisan merah menyala khas etnis Tionghoa yang berbunyi Masjid Lautze-2 dan menunjuk ke arah pintu. Di sisi kanan pintu terdapat toko yang juga bernama Toko Lautze yang menjual buku dan aneka perlengkapan lainnya.
Masjid Lautze-2 terletak di jalan Tamblong nomor 27 Bandung, lebih tepatnya berada di pertemuan empat jalan yaitu jalan Lembong-jalan Sumatera-Jalan Veteran-dan jalan Tamblong; persis di seberang RS Bungsu. Menempati ruko sewaan berukuran 6x7m. Tidak terlalu besar untuk ukuran sebuah masjid. Tapi karena di sekitar lokasi tersebut hanya ada satu masjid ini, maka tiap tiba waktu shalat Jum’at, jamaah pun rela shalat di luar masjid/di trotoar.
Dari sisi arsitektur, masjid ini sepertinya sengaja didekorasi dengan dominasi warna merah. Mulai dari pintu depan, ada sebuah ragam hias dengan dominasi merah dan kuning. Kemudian pintu utamanya juga merah. Demikian pula dengan warna dinding di dalam masjid. Dekorasi ini bertujuan agar warga muslim Tionghoa yang baru memeluk Islam merasa ‘home’ saat memasuki masjid ini. Sehingga mereka merasa betah untukberlama-lama di masjid dalam rangka mendalami Islam menuju muslim kaffah.
Aktifitas di masjid ini, semuanya berada dibawah manajemen Yayasan Haji Karim Oei. Siapakah beliau sehingga namanya diabadikan menjadi nama sebuah yayasan? Haji Karim Oei/Haji Abdul Karim adalah salah satu tokoh nasional yang sangat berjasa menyebarkan Islam terutama di kalangan Tionghoa. Beliaulah pendiri Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI). Dalam masa hidupnya, beliau pun pernah menjadi pengurus Majelis Ulama Indonesia tingkat Pusat. Untuk mengabadikan jasa dan perjuangan beliau, maka setelah beliau wafat tahun 1988, dibentuklah Yayasan Haji Karim Oei di Jakarta pada tahun 1991.
Mengapa Lautze2?
Itulah pertanyaan saya ketika pertama kali melihat papan nama masjid ini. Ternyata angka Dua adalah untuk membedakan masjid ini dengan Masjid Lautze 1 di Jakarta yang juga berada dibawah manajemen Yayasan Haji Karim Oei.
Menurut penjaga yang sedang membersihkan trotoar di seputar masjid, Masjid Lautze 2 biasanya buka sekitar pukul 9 pagi, sampai ashar atau sampai maghrib. Hal ini untuk menjaga agar jangan sampai ada orang-orang yang tidak bertanggungjawab yang memasuki masjid dan mengambil inventaris masjid. Seperti yang teman-teman lihat, bagian luar masjid pun tidak terlewat dari aksi vandalisme. Dipenuhi dengan coretan-coretan yang sungguh merusak pemandangan.
Mudah-mudahan lebih banyak lagi orang mengetahui bahwa bangunan ini adalah masjid, sehingga bisa menjaga kebersihan lingkungannya bersama-sama.
***
Penulis: Titi Estiningrum (@titiestiti)
Iya enggak nampak masjidnya kalau dari depan. Eh itu aku baru tau lo istilah vandalism
ReplyDeletekeren kan tapi.. iya mbak, sedih banget liat agak kacau gitu lingkungannya :(
DeletePrimaaa.... makasih ya... udah mejeng di sini...
ReplyDeletedan udah aku posting juga di blogku. tapi bukan yang craft ya... melainkan di www.titiesti.blogspot.com
Makasiiih...
Mbak Nunu+Prima : iya.. sedih lihat kondisi masjid yang seperti itu. Mungkin perlu upaya kerjasama dengan pihak yang berwenang memelihara keindahan kota ya.. untuk menghapus / mengecat kembali jejak-jejak vandalisme itu.