"Banyak kegagalan dalam hidup ini dikarenakan orang-orang tidak menyadari betapa dekatnya mereka dengan keberhasilan saat mereka menyerah."
(Thomas Alva Edison)
(Thomas Alva Edison)
Thomas Edison terlampau kuat untuk menyerah. Jika beliau menyerah atas ratusan kegagalannya, mungkin kita tidak akan menikmati teknologi bola lampu saat ini. Mungkin.
Masih lekat dengan benak saya bahwa menurut seorang motivator, yang kita cari seharusnya rahasia gagal, bukan rahasia sukses. Pelajaran itu saya dapatkan pada tahun 2010 ketika mengikuti event mahasiswa terbaik se-Indonesia.
Menurutnya, semua kegagalan yang menyisakan sakit itu datang karena ada sebab. Bahkan daun jatuh dari rantingnya pun pasti karena ada sebab dan rencana Allah. Seperti itulah hidup. Penuh dengan rahasia dan kejutan.
Mengapa kita masih sering sakit hati dan kecewa? Bukankah kita harus berdamai dengan hati? Satu hal yang masih saya ingat bahwa “anda adalah apa yang anda pikirkan.” Jika kita berpikir kita akan berhasil, maka kita akan mendayagunakan sebagian besar energi kita untuk mencapainya.
Saya sudah cukup kenyang dengan kegagalan. Gagal masuk Perguruan Tinggi Negeri tanpa tes yang menampar saya karena tidak pernah serius belajar. Gagal lulus Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) di Universitas impian. Hingga akhirnya saya konsisten mempelajari apa yang sebenarnya tidak saya harapkan dan Indeks Prestasi (IP) 2,5 membuat saya putus asa. Sakit hati? Tentu.
Saya urung membeli formulir SPMB lagi ditahun berikutnya. Saya memutuskan untuk fokus pada apa yang saat itu saya pelajari. Saya mencoba yakin dan bangkit. Lantaran saya bukanlah seorang yang study oriented, saya memilih untuk mencari kesibukan di beberapa organisasi. Saya enjoy dengan semua itu. Tagline saya kala itu adalah “jangan sampai kuliah mengganggu organisasi”. Jangan ditiru, ya!
Saya mulai menemukan teman-teman yang asyik dan dunia yang mengakui saya, perlahan IP saya juga merangkak naik. Saya mulai memupuk keyakinan dalam diri saya. Meski tidak mendapatkan nilai sempurna dalam beberapa mata kuliah, saya tetap menjalaninya dengan ikhlas. How come? Kenapa saya harus sakit hati atas ulah saya sendiri? Inilah penyebab kegagalan: terlalu slenge’an.
Setiap orang pasti pernah mengalami kegagalan. pembedanya adalah bagaimana cara mengatasinya. Nabi dan rasul saja kerap mengalami sakit hati, dicaci, bahkan diperangi. Rasa sakit hati tidak lantas menyeret mereka pada kehinaan. Berkali-kali gagal dan jatuh justru menempa semangat mereka untuk terus menyebarkan risalah dimuka bumi ini.
Lalu apakah saya harus menyerah? Saya justru bangkit dan semakin kuat. Saya dipercaya mengikuti seleksi mahasiswa berprestasi di semester 4. Ketika itu menjadi pecundang karena hanya menggondol gelar runner up ditingkat jurusan. Kecewa. Namun siapa sangka saya justru bisa mewakili kampus untuk mengikuti kompetisi ditingkat nasional tahun berikutnya. Meski IPK jauh dibawah kompetitor, saya tetap percaya diri. Sekalipun belum berhasil menjadi juara, saya mengambil pelajaran dari pengalaman. Berbagi pengalaman dengan teman-teman dari seluruh Indonesia cukup menguatkan.
Kesimpulan, intelektualitas dan pencapaian tidak cukup diukur dengan indeks prestasi. Bahkan saya mampu sampaitahap itu karena aktivitas diluar akademik yang seabreg. Selalu ada hikmah jika kita mampu memahami maksud rencana Allah. Kegagalan hanyalah peluang untuk belajar dan memompa semangat. Gagal bukan untuk dihindari karena ia hanya fatamorgana ketika kita hampir dekat dengan keberhasilan. Ia adalah penguji apakah kita layak mendapatkan anugerah yang kita idam-idamkan.
Saya menikmati buah dari “kecelakaan yang manis”. Kecelakaan dalam memilih jurusan yang justru mengantarkan saya untuk kuliah lagi melalui jalur beasiswa. Meski gagal meraih beasiswa keluar negeri, saya tetap bersyukur. Alhamdulillah saya masih bisa sering pulang kampung.
--
Oleh Rinda GusVita (@vitarinda)
http://babybluevita.blogspot.com/
Facebook: Rinda GusVita
Aku dulu juga pernah mendapat IPK hancur parah pas kuliah. Stres banget. Sempet berhasrat untuk ikutan SPMB lagi di tahun berikutnya dengan memilih jurusan yg lebih mudah. Tapi gak jadi. Aku kembali bangkit. Sampai akhirnya aku lulus di PTN yg aku idamkan dari kecil. Hmm, klo saat itu aku ikutan SPMB lagi mungkin aku gak akan jadi alumni di PTN yg aku idamkan.
ReplyDeleteBtw, suka deh quote sister yg ini "Kegagalan hanyalah peluang untuk belajar dan memompa semangat. Gagal bukan untuk dihindari karena ia hanya fatamorgana ketika kita hampir dekat dengan keberhasilan. Ia adalah penguji apakah kita layak mendapatkan anugerah yang kita idam-idamkan".
-rizka-