Assalamu'alaikum,
Kata "sejarah" berasal dari bahasa Arab "syajaratin", artinya pohon. Maknanya kira-kira begini: tiap peradaban pasti dulunya punya "akar" atau pusat yang nantinya akan terus berkembang, meredup, kemudian terulang lagi suatu hari nanti. Tapi ketika sebuah pohon memiliki akar yang kuat, sampai kapanpun keberadaannya akan terus dikenali, sama halnya dengan sejarah.
Jika ditilik lagi, sejarah Islam sangatlah panjang, terutama ketika junjungan kita Rasulullah SAW terlibat di dalamnya. Diantara semua sejarah yang melibatkan beliau, justru saya paling menyukai peristiwa ini: Perang Uhud. Bukan karena kaum muslimin saat itu "kalah" dari kaum Quraisy, tetapi perang ini menjadi the moment of truth dimana Nabi Muhammad SAW diuji lahir batin, mulai dari kehilangan orang-orang tersayang sampai kesetiaan pasukan beliau yang sempat goyah. Saya sendiri sampai merinding tiap kali membaca atau diceritakan bagian ini, apalagi setelah sempat napak tilas ke sana beberapa bulan lalu. Nggak kebayang betapa epic-nya Perang Uhud kalau sampai difilmkan secara utuh...
Pada pertengahan bulan Sya'ban tahun ke 3 H, terjadi peperangan di titik utara kota Madinah, tepatnya di bawah kaki bukit Uhud antara pasukan Rasulullah dengan kaum Quraisy yang balas dendam atas kekalahan mereka pada perang Badar. Konflik dari pihak pasukan Rasulullah sudah terbentuk ketika memutuskan lokasi perang demi keamanan penduduk Madinah, kemudian berlanjut lagi pada saat ada pengkhianat bernama Abdullah bin Ubay menghasut sebagian pasukan muslimin sehingga sebagian dari mereka batal ikut perang.
Tidak hanya itu, setelah mereka sampai di lokasi peperangan, Hamzah bin Abdul Muthalib, orang kepercayaan sekaligus paman Rasulullah tewas mengenaskan di tangan Quraisy ketika duel. Ujian terhadap pasukan muslimin terjadi saat mereka mencoba mengambil harta rampasan perang dari pasukan Quraisy, padahal sebelumnya Rasulullah berpesan agar mereka tetap berada di pos masing-masing. Alhasil, tanpa mereka ketahui pasukan Quraisy memanahi mereka dari atas bukit sehingga pasukan muslimin berguguran. Parahnya, setelah tewas jasad-jasad pasukan muslimin yang gugur dikoyak-koyak sehingga membuat Rasulullah sedih bukan main. Di tengah kekacauan itu pula Abu Sofyan mengumumkan bahwa Nabi Muhammad SAW tewas supaya mengacaukan pikiran kaum muslimin, padahal beliau sedang terpojok menghadapi kaum Quraisy. Untunglah Ali bin Abi Thalib, Abu Dujanah, Ummu Umarah (psstt..ini pahlawan wanita lho!) dan Sa'ad bin Abi Waqas tetap sigap menolong Rasulullah.
Seperti yang dikisahkan dalam surat Ali Imran ayat 140-179, kekalahan saat perang Uhud sejatinya merupakan ujian bagi kaum mukmin dan kaum munafik: siapa yang benar-benar teguh pada imannya, siapa yang mudah goyah karena hal-hal kecil. Hal ini tentu bisa kita ambil hikmahnya supaya iman tetap terjaga agar senantiasa berada di jalan yang benar, apalagi tantangan zaman saat ini makin beragam sehingga menimbulkan "perang Uhud" dalam diri kita masing-masing.
Dari cerita inilah saya mulai paham bahwa sejarah bukan hanya cerita nyata dari masa lalu, melainkan "pengingat" agar kita selalu ingat siapa kita sebenarnya, terlebih seorang Muslim. Semoga kita termasuk orang-orang yang senantiasa menghargai sejarah dan memiliki iman yang kuat ya...Aamiiin.
Regards,
Ratri
Kata "sejarah" berasal dari bahasa Arab "syajaratin", artinya pohon. Maknanya kira-kira begini: tiap peradaban pasti dulunya punya "akar" atau pusat yang nantinya akan terus berkembang, meredup, kemudian terulang lagi suatu hari nanti. Tapi ketika sebuah pohon memiliki akar yang kuat, sampai kapanpun keberadaannya akan terus dikenali, sama halnya dengan sejarah.
Jika ditilik lagi, sejarah Islam sangatlah panjang, terutama ketika junjungan kita Rasulullah SAW terlibat di dalamnya. Diantara semua sejarah yang melibatkan beliau, justru saya paling menyukai peristiwa ini: Perang Uhud. Bukan karena kaum muslimin saat itu "kalah" dari kaum Quraisy, tetapi perang ini menjadi the moment of truth dimana Nabi Muhammad SAW diuji lahir batin, mulai dari kehilangan orang-orang tersayang sampai kesetiaan pasukan beliau yang sempat goyah. Saya sendiri sampai merinding tiap kali membaca atau diceritakan bagian ini, apalagi setelah sempat napak tilas ke sana beberapa bulan lalu. Nggak kebayang betapa epic-nya Perang Uhud kalau sampai difilmkan secara utuh...
Pada pertengahan bulan Sya'ban tahun ke 3 H, terjadi peperangan di titik utara kota Madinah, tepatnya di bawah kaki bukit Uhud antara pasukan Rasulullah dengan kaum Quraisy yang balas dendam atas kekalahan mereka pada perang Badar. Konflik dari pihak pasukan Rasulullah sudah terbentuk ketika memutuskan lokasi perang demi keamanan penduduk Madinah, kemudian berlanjut lagi pada saat ada pengkhianat bernama Abdullah bin Ubay menghasut sebagian pasukan muslimin sehingga sebagian dari mereka batal ikut perang.
Tidak hanya itu, setelah mereka sampai di lokasi peperangan, Hamzah bin Abdul Muthalib, orang kepercayaan sekaligus paman Rasulullah tewas mengenaskan di tangan Quraisy ketika duel. Ujian terhadap pasukan muslimin terjadi saat mereka mencoba mengambil harta rampasan perang dari pasukan Quraisy, padahal sebelumnya Rasulullah berpesan agar mereka tetap berada di pos masing-masing. Alhasil, tanpa mereka ketahui pasukan Quraisy memanahi mereka dari atas bukit sehingga pasukan muslimin berguguran. Parahnya, setelah tewas jasad-jasad pasukan muslimin yang gugur dikoyak-koyak sehingga membuat Rasulullah sedih bukan main. Di tengah kekacauan itu pula Abu Sofyan mengumumkan bahwa Nabi Muhammad SAW tewas supaya mengacaukan pikiran kaum muslimin, padahal beliau sedang terpojok menghadapi kaum Quraisy. Untunglah Ali bin Abi Thalib, Abu Dujanah, Ummu Umarah (psstt..ini pahlawan wanita lho!) dan Sa'ad bin Abi Waqas tetap sigap menolong Rasulullah.
Seperti yang dikisahkan dalam surat Ali Imran ayat 140-179, kekalahan saat perang Uhud sejatinya merupakan ujian bagi kaum mukmin dan kaum munafik: siapa yang benar-benar teguh pada imannya, siapa yang mudah goyah karena hal-hal kecil. Hal ini tentu bisa kita ambil hikmahnya supaya iman tetap terjaga agar senantiasa berada di jalan yang benar, apalagi tantangan zaman saat ini makin beragam sehingga menimbulkan "perang Uhud" dalam diri kita masing-masing.
Dari cerita inilah saya mulai paham bahwa sejarah bukan hanya cerita nyata dari masa lalu, melainkan "pengingat" agar kita selalu ingat siapa kita sebenarnya, terlebih seorang Muslim. Semoga kita termasuk orang-orang yang senantiasa menghargai sejarah dan memiliki iman yang kuat ya...Aamiiin.
Regards,
Ratri
--
Oleh Ratri (@ratridp)
http://ratrispensieve.blogspot.com
Facebook: Ratri Dwifajar Purwani
Suka deh dg kalimat sister "tiap peradaban pasti dulunya punya "akar" atau pusat yang nantinya akan terus berkembang, meredup, kemudian terulang lagi suatu hari nanti. Tapi ketika sebuah pohon memiliki akar yang kuat, sampai kapanpun keberadaannya akan terus dikenali, sama halnya dengan sejarah".
ReplyDeleteSejarah itu merupakan pelajaran masa lalu yg banyak dipetik hikmahnya yah.
-rizka-