Friday, November 29, 2013

#MenulisMuharram: The Power of "Man Jadda Wa Jadda" in a Movie

Perkembangan media informasi saat ini ibarat sebuah mata pisau, ia tajam untuk mengiris sayur, tajam pula untuk mengiris jari. Salah satu media yang berkembang pesat adalah perfilman. Melalui film, berbagai ideologi dan pesan disampaikan kepada penonton, bisa berupa ajakan kebaikan maupun bisikan berbuat keburukan. Statistik perfilman Indonesia mencatat sebanyak lebih dari 200 judul film telah diproduksi selama 5 tahun terakhir. Sayangnya, sebagian besar diantaranya dapat dikategorikan sebagai film yang kurang memuat pesan positif bagi penonton, bahkan cenderung mengumbar pornografi. Bahkan sejarah perfilman kita mencatat sebuah judul film yang jelas-jelas dibintangi oleh artis film porno internasional. Untuk itu, saya pribadi sangat mengapresiasi sineas Indonesia yang terus memperjuangkan film-film bermuatan moral dan pesan positif, seperti Laskar Pelangi, Negeri 5 Menara, Emak Ingin Naik Haji, Sang Pencerah dan Hafalan Sholat Delisa.

Film tidak bisa dianggap sebagai hiburan semata, karena karakter tokoh, alur cerita dan pesan-pesan dalam film yang kita tonton sedikit banyak memberikan kesan dan menjadi informasi yang diterima alam bawah sadar kita. Masih hangat dalam ingatan kita, kejadian penembakan brutal di Colorado, AS dilakukan oleh seseorang yang terinspirasi oleh Bane, musuh Batman. Kejadian itu telah mengakibatkan orang-orang tak bersalah terluka bahkan meninggal dunia. Kita juga melihat bagaimana penelitian menunjukkan film-film kartun yang ditonton anak-anak mempengaruhi pola pikirnya. Dalam konteks ini, maka sangat penting kiranya kita memilah dan memilih jenis film apa yang boleh dan tidak boleh kita tonton. Untuk itu saya sangat bersyukur, dalam beberapa tahun terakhir, di Indonesia mulai banyak bermunculan film bertema Islami, seperti Ayat-ayat Cinta, Sang Pencerah, Negeri 5 Menara, Hafalan Sholat Delisa, Ketika Cinta Bertasbih, dll. Meskipun pernah pula dunia perfilman bertema Islami ini dikacaukan dengan film-film yang diaggap tidak sesuai dengan ajaran Islam seperti Perempuan Berkalung Sorban dan Tanda Tanya (?) yang menimbulkan kontroversi di tengah-tengah masyarakat.

Saya sendiri memilih untuk menonton film yang jelas-jelas memberikan dampak positif dalam kehidupan saya. 


Nah, salah satu film Islami favorit saya itu adalah film yang berjudul Negeri 5 Menara.


Diangkat dari novel berjudul sama karya Ahmad Fuadi, film favorit saya ini bercerita tentang Alif yang awalnya merasa terpaksa memasuki dunia pesantren namun akhirnya bersyukur pernah mengenyam pendidikan di pesantren bersama kawan-kawannya yang inspiratif. Dengan ‘mantra’ unggulan ‘man jadda wa jadda’ Alif dan anggota sohibul menara lainnya membius saya dan jutaan penonton lain untuk membuka pikiran tentang sisi lain pesantren, tentang kekuatan impian, tentang para guru yang super dan tentu saja tentang ajaran Islam yang menghujam kuat dalam kehidupan para tokoh utamanya.

Selepas menonton film ini, saya menyadari bahwa tidak ada impian yang tidak mungkin terwujud selama kita mau berusaha. Karena siapa bersungguh-sungguh dia akan berhasil, kata guru Alif, man jadda wajada.
      
Keberhasilan film Negeri 5 Menara dalam mengangkat tema Islami di dunia perfilman Indonesia merupakan harapan yang sangat baik bagi perkembangan dakwah Islam di negeri ini. Inspirasi film ini tidak berhenti saat kita sedang menonton filmnya namun berlanjut hingga aksi nyata-aksi nyata berikutnya. Kesan pendidikan pesantren yang membaik. Harapan terhadap lulusan pesantren yang berkualitas dan memiliki masa depan cemerlang. Penghormatan terhadap guru pun menjadi krusial dalam keberhasilan mengenyam pendidikan. Film-film seperti Negeri 5 Menara inilah yang diharapkan menjadi batu-batu lompatan kebangkitan Islam di Indonesia maupun di dunia. Para pemuda yang tahu arti hidup dan arah hidup ibarat tombak yang selalu siap untuk dilesatkan.

Selain itu, banyak film-film Islami lain yang juga tidak kalah menginspirasi, Delisa dengan azzamnya menghafalkan bacaan sholat, KH Ahmad Dahlan dengan usahanya mendakwahkan Islam yang lurus, juga Emak yang sedikit demi sedikit menabung untuk naik haji. 

Film-film seperti inilah yang saya harapkan terus bermunculan dan menyebarkan hikmah untuk kaum Muslim khususnya, bahkan bisa menjadi sarana bagi non-Muslim untuk mengenal keindahan Islam lebih jauh. Bukan film-film bertema mistis apalagi pornografi. Bukan pula sekedar horor murahan atau komedi banci.

Sukses terus untuk para seniman Muslim Indonesia, semoga Islam terus bangkit bersama kebangkitan film-film Islami berkualitas besutan anak bangsa.
Aamiin.

--

Oleh Athiah Listyowati (@atthia)

1 comment:

  1. Saya juga suka film Negeri 5 Menara
    Lokasi shooting di awal cerita itu kampung Saya loh. Maninjau. Saya tau banget tuh lokasinya. Rumah Alif itu deket banget dg rumah nenek Saya. Pasar yg di Maninjau itu juga sering saya kunjungi saat pulang kampung.
    Btw, cerita Man Jadda Wa Jadda juga keren deh. Berkat qoute "Man Jadda wa Jadda" sahibul menara berhasil mewujudkan cita-citanya sampai ke ujung dunia. Ada yg ke Amerika, Mesir, Eropa, dan Indonesia. Hebat banget sih mereka. Semoga Kita bisa menerapkan Man Jadda Wa Jadda yah sister. Pengen banget nih bisa menginjakan kaki ke benua lain.

    salam kenal
    -rizka-

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...