Suatu
hari, saya melihat gambar ini di Facebook teman saya, dan saya tersentak.
Saya
bukan anak pembangkang (menurut saya), tapi saya rasa bahkan anak paling
penurut pun pasti pernah mengalami negosiasi (baca: berdebat) dengan sang ibu.
Latar belakangnya tentu macam-macam, misalnya saja masalah pasangan, pilihan
karier, dan lain-lain.
Meski
intinya ibu menginginkan yang terbaik untuk kita, tapi saya juga percaya bahwa
ibu dan kita mengalami masa-masa yang berbeda – yang mungkin, harapan ibu sudah
tidak sejalan dengan kondisi saat ini. Contohnya, waktu saya mau bekerja di
Jakarta. Ibu saya menggambarkan keadaan waktu beliau bekerja di Jakarta, dan
beliau meminta saya mengikuti jejaknya dalam mempertimbangkan tempat tinggal.
Waktu itu, tempat tinggal ibu cukup jauh dari kantor, tapi cukup dekat dengan
kegiatan ibu di kala weekend (kegiatan ekstra seperti olahraga dan
kursus-kursus). Lalu saya berpikir, jika hal ini diaplikasikan kepada saya
sekarang, mungkin saya harus berangkat kantor jam lima pagi. Beruntung, saya
tidak perlu bernegosiasi secara langsung, karena pakde-bude saya yang turun
tangan dan mengingatkan bahwa pengalaman ibu tersebut terjadi dua puluh tahun
yang lalu. Sekarang sudah jelas berbeda, sehingga mari kita mencari solusi yang
cocok untuk masa sekarang.
Kembali
ke gambar di atas, jika sudah wilayah Indonesia bagian berdebat dengan ibu, ibu
saya selalu berkata, “Apa susahnya sih kamu menurut pada ibu? Usia ibu tidak
lama lagi, kak..”
Lalu
saya akan merajuk dan melarikan diri dari perdebatan.
Saya
sayang ibu, dan saya sama sekali tidak berharap ibu pergi begitu cepat. Ibu
adalah satu-satunya harta yang saya miliki, meski ayah saya juga masih ada,
tapi ibu membuktikan bahwa she is always be there for me. Sampai saya sebesar
ini, ibu saya masih tidak tidur kalau saya sakit. Beliau turut menangis ketika
seseorang yang saya cintai meninggalkan saya. Beliau mencium kening saya penuh
haru ketika saya memenangkan lomba menulis.
Saya
masih ingin ibu memakaikan hijab saya saat saya menikah, saya masih ingin ibu
menimang cucunya. Mengingat saya juga punya adik, saya ingin ibu mendampingi
adik saya saat bertumbuh dewasa seperti ibu mendampingi saya saat ini.
Ibu
pernah bilang, “Bahagiakan ibu, itu akan memanjangkan umur ibu. Ibu memang
tidak selalu benar, tapi jika kamu tidak setuju, kamu punya pilihan untuk
berkata dengan santun.”
Duhai
ibu, maafkan aku.
Mungkin
egoku terlalu tinggi, menghalangiku dari melembutkan suaraku ketika berucap
padamu.
Ampuni
aku, karena hanya dengan restumu, aku bisa tetap melaju..
Love,
Prima
Prima
terharu......sedih...ah apalah rasanya itu :(
ReplyDeletesemalem aja gak liat Ibu tidur di kamar karena urusan tugas, rasanya haaaah haah kangen :( apalagi kalau Ibu, pasti berharap, ngeliat ada anaknya yg sedang tidur di kamarnya. tentu beda rasa kalau anaknya udah berkeluarga.
saya aja yang kelakuanya kayak preman masih nangis gara gara keinget sama ibuk. :')
ReplyDeleteTerharuuu, kak.
ReplyDeleteAih, jadi langsung kangen sama ibu T.T
Terharu banget
ReplyDelete-rizka-