Tuesday, November 26, 2013

More Than Just Endorsement

“Sist, boleh endorse?”

“Kak, mau endorse?”


Kayaknya akhir-akhir ini kalimat tersebut cukup sering terdengar (atau terbaca?). Yang paling sering sih di Twitter atau Instagram ya. Sampai yang tadinya pingin baca komen yang 'nyambung' dengan post malah agak bete. Ada juga sih yang lebih miris, yaitu kalau ada olshop yang komen “kak, baju dari kami kapan di-post?” *pukpuk olshop

I don't know whether it's only me or not, somehow komen seperti ini cukup menyebalkan. Seolah-olah olshop kekurangan cara untuk menyampaikan permintaannya. Soalnya gini, IMHO ya, endorsement itu simbiosis mutualisme. Olshop tidak perlu mengemis untuk minta orang terkenal mempromosikan produknya. Kalau kata @aMrazing, percayalah, produk bagus itu akan dipromosikan dengan sendirinya – oleh siapapun pelanggannya. Kalau pelangganmu terkenal, ya alhamdulillah. Kalau engga, hey relax. At least they buy something from you, and they satisfied with it.


Di tempat saya bekerja, klien yang puas adalah puncak dari strategi promosi. He/she will bring more and more of their colleagues to buy our products. Dengan demikian, ini 'hanya' masalah jumlah. Misalnya, kamu punya 100 pembeli, yang puas ada 50 orang, masing-masing membawa 1 temannya untuk membeli produk di kamu, maka kamu akan memiliki 50 orang pelanggan baru.

Coba bandingkan dengan jika kamu meng-endorse* seseorang yang terkenal, dengan sekali foto, produkmu akan dipajang di Instagram. Berapa banyak orang yang kemudian akan mem-follow akun Instagram-mu dan membeli produkmu?

The problem is not that simple. Kebanyakan seleb endorser, terutama di Instagram, sayangnya kurang konsisten dalam mempromosikan sebuah brand. Hari ini pakai hijab dari Zoyi, besok dari Zoyu, besoknya lagi dari Zozo. Hmmm, sebagai seseorang yang pernah mempelajari komunikasi pemasaran – ehem – endorse seperti ini kurang tepat lho.

Buat olshop, tentu harapan paling utama dari celebrity endorsement adalah barangnya laris, right? Tapi sebenarnya ada tujuan lebih dalam dari endorsement, yaitu pendekatan ke target market yang tepat. Bukan berarti kamu jualan make up terus kamu dekati semua beauty blogger. Bukan berarti kamu punya olshop hijab fashion, kamu minta endorse ke semua hijab/fashion blogger. Ah, yang penting banyak yang mempromosikan. Big no no.

You have to be selective.

Karena kamu mau punya pelanggan yang langgeng dan melakukan repeat order (pembelian berulang). Malah kalau bisa, pelangganmu belinya dari kamu aja terus.

Dengan demikian, yang harus kamu bangun pertama adalah 1) target market atau niche yang jelas; 2) karakter produk yang kuat; 3) celeb endorser yang cocok dengan poin nomer 1 dan 2. Adanya poin nomer 1 dan 2 membuat kamu dengan mudah mengidentifikasi siapa 'seleb' yang pantas menjadi endorser kamu; tidak harus mereka yang aktif di social media dan punya follower banyak. Bisa jadi blogger yang aktif di komunitas dan punya kualitas review produk yang bagus. Hal ini juga membuat seleb yang kamu pilih juga lebih serius dengan foto atau caption yang dia berikan karena mereka tahu seberapa pentingnya promosi ini untuk brand-mu.

Here, kamu butuh kacamata kuda, karena produk yang sukses adalah produk yang menguasai pasarnya sendiri, dan bukan diciptakan untuk semua market secara general. Untuk penjelasan tentang niche, well coba googling ya ceman-ceman.. Hehe.

Nah, sekarang dilihat dari sisi celebrity. Semalam, saya lihat sebuah akun hijaber yang kayaknya  kerjaannya tiap hari foto-foto baju dari endorsement mulu. It's not bad for her, tapi ini jelas sesuatu hal yang kurang baik untuk olshop. Berapa lama 'lifetime' dari produk endorser tersebut coba? Ada yang bahkan sehari bisa post 2-3 foto dengan produk dari brand yang berbeda pula. Artinya, orang akan mudah melupakan brand karena cenderung dibombardir dengan begitu banyak brand kompetitor.

Girls, kalau kamu berpikir wah prima ini ndargombes, cuma bisa ngomong aja.

Nope, saya sudah pernah ada di posisi keduanya (brand, dan juga celebrity – meski belum tegolong seleb yak).

Jujur, dari sisi sebagai brand, saya tidak merasakan keuntungan dari endorsement. Terlepas dari evaluasi tentang produk yang saya buat, saya merasa cara celebrity tersebut kurang tepat dalam mempromosikan produk saya. Solusinya yang terpikir saat itu adalah, saya mengirimkan lebih banyak produk untuk dia sehingga follower Instagram-nya lebih sering membaca brand saya. Jadi, berapa dong modal yang harus saya keluarkan sebelum akhirnya saya mendapatkan laba?

Salah satu contoh terbaik yang bisa saya temukan adalah yang dilakukan oleh Indah Nada Puspita dengan brand Moshaict. Betul memang sekarang Indah melakukan 'kontrak eksklusif'' dengan hanya mempromosikan produk dari Moshaict. And what do you think when you hear Moshaict now? The way Indah mix Moshaict's product with her own style, and it's beautiful, isn't it?

Pada akhirnya, celebrity endorser yang oke juga akan lebih selektif dalam memilih produk yang ia endorse. It ain't good to lie and make an empty promotion kalau memang produknya 'biasa-biasa' saja. Dan kalau diteruskan, image celebrity juga akan drop lhoh. After all, everything is not about free stuff and so on. Celebrity sudah memiliki niat mulia untuk membantu promosi brand sister, dan sesuatu yang dipromosikan ini, IMHO, harus bisa dipertanggungjawabkan juga. Misal, ada misi mendukung local brand. Atau misi menggunakan bahan dari kain perca. Dan sebagainya.

Spend some of your time to work on your homework, and make your proposal more appealing than other brands. 'Cause celebrity sees what's in your brand, not only what in your product ;)

Love,
Prima

*catatan: penggunaan istilah endorse di Indonesia agak rancu. Saya pernah baca bahwa harusnya kalimat yang benar adalah "selebriti meng-endorse brand", jadi sebaliknya "brand di-endorse oleh selebriti"; sedangkan di Indonesia penggunaannya tidak demikian. Still looking for more scientific documents to make sure about it.

2 comments:

  1. Keren tulisannya, setuju banget ttg hal endorse mengendorse ini, dan rasanya ngena banget sama apa yang saya rasain (saya olshop yang pernah endorse artis)

    ReplyDelete
  2. secara gramatikal, memang harusnya "selebriti meng-endorse brand", "brand di-endorse oleh selebriti". kalau olshop yg endorse artis, berarti artis tersebut yg dipromosikan oleh si olshop dalam kegiatan marketingnya.
    sederhananya sih kalau mau pakai bhs indonesia yg baik dan benar, nggak usah pake istilah asing. cukup "mau promosikan produk saya?"

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...