Perkiraan Pencapaian: Musim Gugur 2016
Pada tahun 2011, saya ‘terpaksa’ mengambil les
bahasa Korea. Awalnya, saya ngerasa aneh karena saya bukan penggemar K-pop atau
K-drama; dan ga berencana untuk bekerja di Korea. Waktu itu, saya sedang
menulis skripsi tentang pesepakbola asing, salah satunya adalah pesepakbola
Korea. Manteman bisa baca cerita si Oppa informan di blog saya yang lain,
Helokim.
Berhubung saya ga punya motivasi yang teramat
kuat (ga seperti teman sekelas saya yang Sone gitu), perkembangan saya di kelas
teramat lambat. Saya pernah dipanggil Seonsaengnim (guru les), disuruh remidi
ujian atau bikin ulang tugas karena nilai saya jelek banget.
Sebenarnya saya punya alasan tersendiri kenapa
ga tertarik untuk mempelajari bahasa Korea. Saya ingin sekali bisa mahir bahasa
Arab sebelum mulai mempelajari bahasa dengan huruf selain huruf Latin yang
biasa kita gunakan ini (atau Romawi? CMIIW). Saya udah mencoba les bahasa Arab
di dua tempat berbeda, tapi rasanya kurang cocok. Daaan.. belajar bahasa Arab
tuh susyaaah. Sedih deh, mungkin saya kurang sabar aja kali ya.. Huhu.
Kembali ke les bahasa Korea. Lambat laun,
pelajarannya makin menarik. Adanya tren budaya K-pop seperti K-pop dan K-drama
memudahkan proses pembelajaran. Apalagi saya banyak berinteraksi dengan orang
Korea; baik para pesepakbola, maupun ekspatriat Korea yang bekerja di Surabaya.
Waktu itu, hanya dalam waktu enam bulan saja, saya lumayan bisa diajak ngobrol
kalimat sederhana.
Sekarang? Jangan tanya.. Terakhir saya ngomong/baca/nulis
dalam bahasa Korea itu sekitar tahun 2013, itupun cuma sesekali, sambil
nge-blog di Helokim. Selepas itu, bablasss.. Entah pada kemana hafalan bahasa
Korea saya..
Padahal, sebagaimana saya selalu yakini,
belajar bahasa asing, apapun bahasa itu, insyaAllah akan berguna. Kabar
baiknya, kita bahkan tidak perlu harus jauh-jauh pergi ke luar negeri dulu
untuk memanfaatkan kemampuan bahasa asing tersebut. Siapa tahu rezekinya
perusahaan kita berkolaborasi dengan perusahaan asing. Kita bisa ditunjuk
manajer untuk jadi penerjemah deh ^o^/
Selain berguna untuk urusan bisnis, kemampuan
bahasa juga bisa digunakan untuk pertukaran budaya dan berdakwah. Kenyataannya,
meski batasan antar negara semakin kecil, pertumbuhan orang yang bisa berbicara
bahasa Inggris di berbagai belahan dunia juga tidak meningkat secara
signifikan. Maka akan sangat baik jika kita bisa memiliki kemampuan beberapa
bahasa asing selain bahasa Inggris. Minimal, satu bahasa Asia dan satu bahasa
Eropa.
Saya mencanangkan tahun 2015 ini sebagai tahun
‘kembali ke sekolah’. Disamping bersekolah untuk gelar (insyaAllah S2), saya
ingin bisa memperbaiki bahasa Korea saya. Saya sudah ‘booking’ guru bahasa
Korea yang akan mengajari saya secara privat, dan nanti sekitar pertengahan
tahun, saya akan menambah dengan les bahasa Korea secara grup. Saya menempuh
cara ini karena saya ingin mengejar ketertinggalan terlebih dahulu. Harapannya,
ketika nanti masuk ke grup, saya ga perlu memulai dari level dasar, tapi level
menengah.
Kalau sudah belajar selama setahun, saya ingin
sekali memiliki sertifikasi kemampuan bahasa Korea, yaitu TOPIK (semacam
TOEFL/IELTS). Tapi, saya mau mengambilnya di Lembaga Bahasa Korea langsung di
Korea sana. Kenapa? Satu, sekalian jalan-jalan. Dua, biar belajarnya
komprehensif (halah). Konon, saya dengar dari kenalan saya yang bersekolah
disana, TOPIK-nya susaaah banget. Ibarat kalau ambil TOPIK di Indonesia skornya
bisa 600, disana bisa.....400 aja udah markotop. Hiks.
Nah, berhubung di Korea banyak sekali
tempat-tempat indah, saya rasa sebulan pun ga akan cukup buat memuaskan diri
disana. Makanya, saya mau ambil les bahasa Korea yang sekitar sepuluh minggu.
Tidak terlalu singkat, tapi juga tidak terlalu lama untuk membuat lupa pulang
(kecantol Taeyang Oppa, mungkin? #ngarep). Tempat les sudah dipilih, yaitu
Seoul National University, universitas terbaik di Korea. Kisaran biayanya juga
sudah dihitung, jadi tinggal jaga lilin kerja keras. Waktu terbaik
adalah musim gugur, sekitar Agustus sampai Oktober. Keuntungan lainnya, I can
celebrate my birthday in Korea and it will be another great experience!
Rencana keberangkatan saya adalah pada tahun
2016, dimana saya ngerasa sudah cukup kuat mental dan lumayan cas-cis-cus dalam
bahasa Korea. Kalau saya mulai S2 awal tahun ini, pada saat itu saya sedang
menulis tesis, jadi mudah-mudahan keduanya bisa berjalan berdampingan. Tapiii,
seperti saya tuliskan di proposal studi (syarat aplikasi ke S2 di salah satu universitas negeri di Indonesia), saya sih ga akan nolak kalau dapat
kesempatan mewakili kampus untuk pertukaran mahasiswa ke Korea, meski lebih
cepat daripada rencana saya. Apapun itu, kudu siap menimba ilmu dimanapun dan
kapanpun! ;)
Hwaiting,
Prima
***Updated News: I have started saving some money! Kebetulan kemarin dateng 'arisan', eh dapet kado celengan. Yaudah cusss, saya pakai buat nabung ke Korea! Cemangka! :D
***Updated News: I have started saving some money! Kebetulan kemarin dateng 'arisan', eh dapet kado celengan. Yaudah cusss, saya pakai buat nabung ke Korea! Cemangka! :D
Amiiien,,,semoga mimpi itu bener2 terwujud :)
ReplyDeleteAlhamdulillah hasil tes masuk S2 kemarin udah keluar mbak. selamat yah! amin semoga aku bisa ikutan ke korea juga hihi
ReplyDeletemau nanya chingu .. boleh?
ReplyDeletekisaran biaya berapa untuk les dan dapat sertifikat TOPIK di Seoul Nation University?
terus waktu les bahasa korea di sini, itu dimana?
pelajaran yang dipelajari itu tulisan hangeul aja atau sama Hanja juga?