Pic from here. |
“Seseorang pernah bertanya mengapa ia tidak pernah melihat Sir Alex tersenyum? Saya katakan, ‘saya kesini untuk menang, bukan untuk tersenyum.’”
Saya sedang membaca autobiografi Sir Alex Ferguson, dan saya tak bisa berhenti berdecak kagum. Oya, saya baca versi bahasa Indonesia-nya, dan saya sarankan, kalau ada, mending baca versi bahasa Inggris. Beberapa kalimat sepertinya lebih bisa dipahami jika menggunakan bahasa Inggris, seperti kutipan, candaan, dan lain-lain.
Anyway, saya bukan penggila bola, meski pernah menghabiskan waktu setahun untuk menulis skripsi tentang pesepakbola. Diluar minat saya yang cukup besar, merasakan semangat dalam industri sepak bola… I can’t explain it. No wonder some people say football is a religion. You have faith in it, which you can’t question about.
Ketika membaca biografi Sir Alex, kita akan tahu bagaimana beliau membuat MU menjadi sebuah klub bintang. Bagaimana beliau merancang setiap permainan MU menjadi sebuah hiburan. It’s not only about the goals and the players, but it’s about making an unforgettable match. Beliau tidak menakar kebahagiaan dari sekedar menang atau kalah, tapi seberapa besar rasa puasnya ketika wasit meniup peluit tanda pertandingan berakhir.
Kerja keras, loyalitas, dan kerja tim.
Semua harus mengakui bahwa Sir Alex sendiri adalah pahlawan untuk MU, tapi seperti yang saya pelajari selama skripsi, sebuah tim sepak bola terdiri dari 11 orang pemain, pelatih, staf, penonton, media, dan lain-lain. There are a lot of people who get involved. Artinya, banyak pendapat yang harus didengar; banyak perasaan yang harus dijaga.
Dan Sir Alex melakukannya dengan amat sangat baik.
Sir Alex mengajarkan bagaimana mendelegasikan tugas, menyemangati pemain, mengkomunikasikan pemikiran kepada tim direktur.. Wuih, pokoknya nih, walaupun kalian bukan penggemar MU, kalian harus baca buku ini!
Sir Alex, you make me dreaming to not only watching MU game at Old Trafford, but to talk with you in person – oh, actually, you were one of the reason I applied to Supreme Committee for Delivery and Legacy (the 2022 World Cup in Qatar). You make me dream big, and I know I can achieve it!
Salam olahraga,
Prima
Hah?? Pernah menghabiskan waktu setahun untuk menulis skripsi tentang pesepakbola, serius Mbak?
ReplyDelete