Ini 'role model' saya nih, trioperempuan hebat :))). Pic from here. |
Perkiraan Pencapaian: Tahun 2016
“Becoming a mother not makes a woman, woman. Being a woman makes a woman, woman.”
Saya lupa siapa yang nulis ini, tapi saya bacanya di Aquila Style. Paham kan artinya?
Tentu saja saya tidak bermaksud merendahkan arti ibu. I adore my mom, and my best friends who already be a mom, so much. I am proud of them. Saya mungkin belum tentu akan menjadi ibu sebaik mereka.
Tapi sebagai perempuan (OKAY! I admit it!) single, life isn’t easy. Really. Pinginnya genjreng-genjreng gitar sambil nyanyi, “I’m single and very happy” tapi saya ga bisa main gitar #eh. Bukan, maksud saya, menjadi single, di budaya kita, adalah sebuah keadaan yang bisa jadi sangat-sangat salah; padahal kita warga negara yang taat bayar pajak dan rajin menangis menabung. Stop prim. *maap salah fokus lagi*
Seolah-olah hidup ini semata-mata adalah untuk mencari suami. Padahal, tidak seperti rezeki dan maut yang PASTI datang; jodoh bisa datang, bisa tidak. At least not in this life. Maka sesungguhnya hakikat hidup yang paling penting adalah menjadi bermanfaat bagi orang lain. Bukan sekedar status kita ini apa..
Mulai deh, emosinya (agak) keluar.
Saya setuju menjadi seorang istri dan ibu yang baik itu perlu dipersiapkan, amat sangat perlu dipelajari. Wong saya belajar hal ‘kecil’ semacam komunikasi aja maunya sampai S3, S4, S5 (itu hp Samsul deng). Apalagi pernikahan, yang kalau bisa berlanjut sampai nanti di kehidupan berikutnya. Iya banget, maunya sama-sama ketemu lagi di surga, amiiin.
Tapi, mindset ‘memperbaiki diri untuk menikah’ untuk saya kurang tepat ya. Memperbaiki diri itu ya untuk diri sendiri. Untuk keluarga, lingkungan, kemaslahatan ummat. Bukan untuk seseorang yang… kita aja belum tau dia bakal datang kapan.
Menjadi seorang manusia, terlebih perempuan, sudah menjadi suatu karunia yang sempurna. Ditakdirkan untuk kita menjadi khalifah di muka bumi, tidak untuk mencipta kerusakan, tapi justru mempertahankan keindahan dan segala aspek yang ada.
Oleh karena itu, saya terpikir untuk membuat Akademi Muslimah Hebat. Bukan ibu hebat, istri hebat, atau calon ibu hebat, atau calon istri hebat. Biarlah yang sudah menjadi ibu (dan istri) melakukannya. Sini, saya fokus sama kawan-kawan sejawat yang masih single juga *berpelukaaan*
Here, you will learn how to optimize your skill and passion, doing a project you’ve been dreaming about with a mentor that you admire, and most important thing.. so you know that you are worthy for every single thing in you.
Selama saya berada di workshop World Muslimah Award kemarin, saya merasa bersyukur diberi kesempatan untuk mengenal saudara-saudara baru yang punya bakat-bakat keren. Ada yang guru fisika, fashion designer, calon dokter bedah, public speaker, aktivis sosial – ah banyak deh pokoknya. Satu kesamaan juga yang dimiliki kami sesama finalis adalah, we are lucky to have a chance to develop our passion.
Sayangnya, tidak semua muslimah diluar sana memiliki hal yang sama. Yang sekolahnya teknik karena harus menyenangkan orangtua - tapi sebenarnya lebih kepingin jadi fashion stylist. Yang terpaksa jadi guru karena ga ada pilihan lain - tapi sebenarnya ngerasa lebih bisa bantu orang sebagai pengusaha. Yang akhirnya jadi minder dan ga percaya diri karena hidupnya kurang berwarna.
Ini bukan masalah bersyukur karena semua hal yang datang di hidup kita patut disyukuri. Tapi, seperti yang selalu saya bilang, jika kita punya kesempatan lebih untuk berkarya, hal tersebut harus direbut!
So I want to say to all the girls that the right man will come. You don’t have to wait in suffering. You wait, but you also do those things that matter to you. You fight to be a better person to be with him – yaudaaah boleh deeeh – but you enjoy doing the things you like, with or without a partner.
Sendiri atau bersama, itu karena, dan hanya untuk Allah. Selagi menunggu kesempatan untuk bersama, let’s celebrate the life of a single! ;)
xoxo,
Prima
“Becoming a mother not makes a woman, woman. Being a woman makes a woman, woman.”
Saya lupa siapa yang nulis ini, tapi saya bacanya di Aquila Style. Paham kan artinya?
Tentu saja saya tidak bermaksud merendahkan arti ibu. I adore my mom, and my best friends who already be a mom, so much. I am proud of them. Saya mungkin belum tentu akan menjadi ibu sebaik mereka.
Tapi sebagai perempuan (OKAY! I admit it!) single, life isn’t easy. Really. Pinginnya genjreng-genjreng gitar sambil nyanyi, “I’m single and very happy” tapi saya ga bisa main gitar #eh. Bukan, maksud saya, menjadi single, di budaya kita, adalah sebuah keadaan yang bisa jadi sangat-sangat salah; padahal kita warga negara yang taat bayar pajak dan rajin menangis menabung. Stop prim. *maap salah fokus lagi*
Seolah-olah hidup ini semata-mata adalah untuk mencari suami. Padahal, tidak seperti rezeki dan maut yang PASTI datang; jodoh bisa datang, bisa tidak. At least not in this life. Maka sesungguhnya hakikat hidup yang paling penting adalah menjadi bermanfaat bagi orang lain. Bukan sekedar status kita ini apa..
Mulai deh, emosinya (agak) keluar.
Saya setuju menjadi seorang istri dan ibu yang baik itu perlu dipersiapkan, amat sangat perlu dipelajari. Wong saya belajar hal ‘kecil’ semacam komunikasi aja maunya sampai S3, S4, S5 (itu hp Samsul deng). Apalagi pernikahan, yang kalau bisa berlanjut sampai nanti di kehidupan berikutnya. Iya banget, maunya sama-sama ketemu lagi di surga, amiiin.
Tapi, mindset ‘memperbaiki diri untuk menikah’ untuk saya kurang tepat ya. Memperbaiki diri itu ya untuk diri sendiri. Untuk keluarga, lingkungan, kemaslahatan ummat. Bukan untuk seseorang yang… kita aja belum tau dia bakal datang kapan.
Menjadi seorang manusia, terlebih perempuan, sudah menjadi suatu karunia yang sempurna. Ditakdirkan untuk kita menjadi khalifah di muka bumi, tidak untuk mencipta kerusakan, tapi justru mempertahankan keindahan dan segala aspek yang ada.
Oleh karena itu, saya terpikir untuk membuat Akademi Muslimah Hebat. Bukan ibu hebat, istri hebat, atau calon ibu hebat, atau calon istri hebat. Biarlah yang sudah menjadi ibu (dan istri) melakukannya. Sini, saya fokus sama kawan-kawan sejawat yang masih single juga *berpelukaaan*
Here, you will learn how to optimize your skill and passion, doing a project you’ve been dreaming about with a mentor that you admire, and most important thing.. so you know that you are worthy for every single thing in you.
Selama saya berada di workshop World Muslimah Award kemarin, saya merasa bersyukur diberi kesempatan untuk mengenal saudara-saudara baru yang punya bakat-bakat keren. Ada yang guru fisika, fashion designer, calon dokter bedah, public speaker, aktivis sosial – ah banyak deh pokoknya. Satu kesamaan juga yang dimiliki kami sesama finalis adalah, we are lucky to have a chance to develop our passion.
Sayangnya, tidak semua muslimah diluar sana memiliki hal yang sama. Yang sekolahnya teknik karena harus menyenangkan orangtua - tapi sebenarnya lebih kepingin jadi fashion stylist. Yang terpaksa jadi guru karena ga ada pilihan lain - tapi sebenarnya ngerasa lebih bisa bantu orang sebagai pengusaha. Yang akhirnya jadi minder dan ga percaya diri karena hidupnya kurang berwarna.
Ini bukan masalah bersyukur karena semua hal yang datang di hidup kita patut disyukuri. Tapi, seperti yang selalu saya bilang, jika kita punya kesempatan lebih untuk berkarya, hal tersebut harus direbut!
So I want to say to all the girls that the right man will come. You don’t have to wait in suffering. You wait, but you also do those things that matter to you. You fight to be a better person to be with him – yaudaaah boleh deeeh – but you enjoy doing the things you like, with or without a partner.
Sendiri atau bersama, itu karena, dan hanya untuk Allah. Selagi menunggu kesempatan untuk bersama, let’s celebrate the life of a single! ;)
xoxo,
Prima
Saya daftar jadi peserta *ngacung*
ReplyDelete*catet*
DeleteIntinya, wanita itu hebat. Tanggung jawabnya tidak saja dimulai sejak dini, tapi berlanjut jadi gadis remaja, perempuan dewasa, wanita karier, ibu rumah tangga, nenek, dst. Keep Hamasah, Kak Prim ^^
ReplyDeleteBaca #1Day1Dream Syifa