Kemarin saya baca surat
pembaca ke sebuah majalah remaja, sebut saja majalah Angel (iya dong, saya kan masih remaja…).
Intinya dia curhat ke Angel, kalau di usianya yang 24 tahun (*toss) dia masih
belum menemukan majalah wanita yang cucok dengan harapannya. Jadilah dia stuck
dengan Angel – yang notabene punya target market 15-20 tahun. Tentunya dengan
target market usia itu, Angel juga tidak bisa memenuhi kebutuhan si pembaca
yang pingin informasi yang lebih ‘dewasa’.
Tapi tau ga, apa yang bikin si pembaca
itu ga nyaman sama majalah wanita dewasa? Karena kebanyakan majalah tersebut
membahas seks dan ‘dengan bangga’ menampilkannya di cover.
#jengjeng
Kebetulan, saya baruuu aja bahas masalah
ini sama office mates hari Jumat. Mereka tanya kenapa di usia saya yang segini, saya masih
baca Angel. Terus saya tanya
sama mereka (yang memang rata-rata cowok),
‘Kalau sekarang aku baca Rose (sebut saja
begini, untuk majalah wanita dewasa franchise Internasional yang berawalan
dengan huruf C itu), dan kamu lihat di covernya ada judul artikel ’15 Cara
Puaskan si Dia’; menurut kalian, aku cewek yang gimana?’
Jawaban mereka beragam, tapi ada yang
jawab kalau itu artinya saya ngerti tentang masalah ‘begituan’.
Hmmm. Sebenarnya saya sih ga pingin bahas
panjang lebar tentang majalah, nanti jadinya bisa 3 SKS sendiri tentang media
*ehem lulusan Komunikasi* - cuma yang saya bisa simpulkan, ternyata banyak juga
ya dari kita yang masih berpikir bahwa membicarakan seks itu adalah hal tabu.
Sementara menurut Helmy Yahya (atau siapalah
itu yang bilang, saya lupa :p), “Ibu adalah perpustakaan pertama saya” –
kebetulan saya patut bersyukur bahwa mama saya memberikan sex education kepada
saya. Ga detil juga sih, karena saya pun juga malu kalau bahas ini sama mama
saya.
Jadinya
seperti ini nih,
Mama: Kak,
mama mau ngomong tentang tiiiiittt *sensor*
Saya: Apaan sih mama. *lalu saya melipir*
Hahahahahahacianmamasayahahahaha.
Ya saya ga pernah sih bahas posisi
apa-apa gitu. Saya juga ga inget apa yang mama bilang waktu saya dapat menstruasi
pertama – biasanya kan
ada tuh mama-mama yang bicara ke anak perempuannya ya, “sekarang kamu sudah
menstruasi, jadi bla-bla-bla” lalu ceramah 3 jam.
Saya cuma
ingat beberapa kali pembicaraan saya dengan mama seperti ini.
1. Waktu SMA
Mama:
Sekarang kakak sudah mulai punya pacar, dan mama perlu kasih tahu tentang
hal ini.
Saya:
*melihat si mama dengan muka lugu*
Mama: Kakak
sekolah di sekolah Islam kan, jadi untuk kaidah agama, mama rasa kakak sudah
tahu. Tapi, mama mau bilang bahwa seks itu sesuatu yang indah...
Saya: *muka
udah mulai penasaran*
Mama: ...jika dilakukan dengan penuh
kesadaran dan tanggung jawab. Yang terpenting, harus siap dengan konsekuensi
yang mungkin kamu terima jika melakukan seks. Pertama dan utama, hamil.
Saya: *muka tanpa ekspresi*
Mama: Nah, mama sarankan kalau kamu hamil
harus ada suaminya *lho*, maksud mama dengan adanya pembicaraan ini mama
harapkan kamu hanya akan melakukan seks di dalam lembaga yang sah dan halal
yaitu pernikahan.
Saya: *menahan napas*
Mama: oke?
Saya: oke Mam.
Pembicaraan
berkembang ketika beberapa waktu lalu jadi seperti ini.
2. Prima
usia 23, atau 24
Mama: ...seks
itu kebutuhan.
Saya: Errr.
Mama: Iya,
itu alami. Dan kamu harus memberikan
yang terbaik untuk suami kamu nanti.
Saya: *kabur*
Dan di masa-masa yang lain, dengan
pembahasan yang beragam juga.
IMHO ya, sangat penting orang tua punya
pikiran yang terbuka untuk memberikan pemahaman yang baik tentang seks. Bukan
semata-mata melarang seks bebas, tapi lebih menjelaskan kenapa ini ga boleh
dilakukan. Dari jaman kuda bersayap semua juga tau kalau anak itu dilarang
justru makin penasaran. Betul kan?
Kalau kamu, apa nasihat orangtuamu
tentang seks yang paling kamu ingat? ;)
Love,
Prima
No comments:
Post a Comment