Glittery eye shadow dan shimmery blush on tidak dapat
menyembunyikan raut wajahmu yang tegang.
Kamu memandangiku yang sedang menunggu antrian di-touch up.
Aku, sahabat masa kuliahmu, terbang jauh-jauh dari pulau
seberang ke kotamu yang menawan ini untuk melihatmu bahagia di hari yang
penting ini. Jadi, aku menunjukkan senyum jenakaku dengan harapan kamu akan
sedikit terhibur.
Kamu menggeleng seolah berkata, ‘I’m not sure with this..’
Aku menghela napas.
Sesaat kemudian, bibimu masuk ke kamar. Ia menggenggam
tanganmu dan mengatakan, “Yang sabar ya sayang, banyak-banyak sabar dan berdoa.
Bismillah”
Saat bibimu keluar dari kamar, kamu hampir saja menitikkan
air mata. Aku mengisyaratkan kepada sang make up artist untuk berhenti sejenak.
“Eits, calon penganten jangan nangis dong. Ntar maskaranya
mbleber. Terus tamu-tamu pada takut.”
“Ngarang kamu, ini waterproof dodol.”
Ah akhirnya kamu bersuara juga. Tidak sia-sia aku dipanggil ‘si
badut’ di kelas.
“Lha kamu, mau nikah sama pacar tercinta rempong abis kayak
yang korban perjodohan aja.”
“Ya kan pacaran sama nikah itu bedaaa. Sekarang semuanya
seperti.. aduh susah dijelasin.”
“Relax. It’s just another phase in life; it’s natural, yang
paling penting kamu berdoa dan berusaha.”
“Apaan kayak mau ujian aja.”
“Ember kan cyin. Eh eniwei, kamu nervous bukan karena mau
nikah kan? Cieeeh yang abis ini halal..”
Kamu mencubitiku dan tertawa.
Sejam kemudian, aku menuntunmu menuju ruang keluarga, tempat pernikahan akan dilangsungkan. Pacarmu melafalkan ijab Kabul dengan sempurna, menatapmu dengan penuh cinta, dan aku berbisik kepadamu, “you can cry now. Cry, and be happy.”
Love,
Prima
akkkh... sedih bahagia..
ReplyDeletesemoga aku bisa menangis bahagia seperti itu nanti..
salam kenal Mbak.. ikutan juga people around us :D
Mudah-mudahan ya, Tuhan pilihkan yang terbaik untuk kita :)
DeleteNice to meet you too, blognya apa? ^^