Friday, September 20, 2013

Two Tires and a Machine with No Brain



Akhir-akhir ini lagi rame isyu tentang mobil murah ya? 

Kalau dengar ini, saya ga tahu harus berkomentar apa.

Pingin bilang kalau pemerintah ini kurang bodoh apa lagi sih, tapi ya sebenarnya kembali lagi ke masyarakat.

Adanya wacana tentang mobil murah, menurut saya, justru muncul karena pemerintah melihat masyarakat punya daya beli. Pasar ada, permintaan ada, yuk cusss produksi.

Padahal, kalau mau dipikir dengan seksama (sampai kata teman saya, saya agak overthink tentang hal ini), kita ga butuh mobil murah. Konon katanya cadangan minyak bumi negara ini akan habis dalam 12 tahun kedepan. Setelah itu, tentu kita harus cari sumber lain, atau eksplorasi lebih dalam lagi.

Kabar buruknya, 12 tahun itu cepat seperti wuuushhh.

Kabar baiknya, kita bisa sama-sama mulai belajar mengubah gaya hidup agar lebih hemat energi, terutama energi yang tidak bisa diperbarui ini (hayo, masih ingat pelajaran IPA waktu SD kan?).

Tapi kali ini pemerintah kok rasanya terlalu menggampangkan ya.
Seperti ga mau repot-repot cari solusi yang (mungkin) agak lama untuk penyelesaiannya, tapi biar masalah tuntas tas tasss~

Masalahnya, saya belum pernah sekalipun baca berita tentang mobil murah ini, jadi untuk komen panjang lebar, hmmm daripada dicibir dan dilempari koran, mingkem dulu aja deh sampai ketemu latar belakangnya.

Anyway, saya mau share aja apa yang saya lihat seminggu ini.

Agak susah dipercaya sih, tapi it’s true – setiap pagi selama seminggu ini (senin-jumat) saya melihat kecelakaan motor di jalan saya ke kantor. Hebring ga sih, TIAP PAGI lho pemirsa.

Yang miris, saya perhatiin rata-rata lawannya motor (bukan kecelakaan tunggal), dan sekali saya lihat motor yang kecelakaan itu adalah motor yang melawan marka jalan terus ditabrak sama motor yang berjalan dari arah yang seharusnya. Bro, udah elu ga patuh, pake nyusahin orang pula. Ish -_-

Betenya, terutama untuk di Surabaya, kita belum punya alternatif transportasi yang mudah dan murah selain sepeda motor. Kabarnya sekarang bayar uang muka Rp. 500.000,00 aja udah bisa dapet motor baru lho. Akhirnya bapak punya satu, ibu punya satu, anak-anak biar ga ngerepotin dikasih motor sendiri-sendiri. Kalau satu keluarga ada 4 anggota, berarti ada 4 motor. Belum lagi kalau di rumah ada bibik yang ditinggali motor biar bisa kemana-mana juga. Bisa dibayangkan betapa penuhnya jalanan ini.

Dan yang paling disayangkan, kemudahan memiliki motor ini ga dibarengi dengan kedewasaan dan tanggung jawab pengendaranya. Pada tau ga teman-teman kalau kecepatan maksimal dalam kota adalah 40km/jam? Yang ada juga kalau perlu kita laju 80km/jam biar bisa cepet nyampe (iya saya juga :p).

Tapi ya gitu deh, yang perlu sadar akan keamanan berkendara itu ga cuma 1-2 orang, tapi semua orang. Saya cukup sering mengalami yang namanya berkendara dengan hati-hati, eeeh masih aja kena tabrak orang yang nyetirnya ga bener. Dan dimarahin pula. Betapaaa dunia ini sudah terbalik-balik :)))

Makanya, teman-teman yuk kita usahakan berkendara dengan penuh tanggung jawab. Sering baca kan slogannya Pak Pol di jalan-jalan “keluarga menunggu di rumah”. And it’s true, isn’t it?

Kalau teman-teman, ada keluh-kesah apa nih tentang pengendara motor di jalanan?

Hugs,
Prima

*baca juga pengamatan JH Oppa terhadap pengendara motor disini*

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...