Akhir-akhir ini lagi rame isyu tentang mobil murah ya?
Kalau dengar ini, saya ga tahu harus berkomentar apa.
Pingin bilang kalau pemerintah ini kurang bodoh apa lagi
sih, tapi ya sebenarnya kembali lagi ke masyarakat.
Adanya wacana tentang mobil murah, menurut saya, justru
muncul karena pemerintah melihat masyarakat punya daya beli. Pasar ada,
permintaan ada, yuk cusss produksi.
Padahal, kalau mau dipikir dengan seksama (sampai kata teman
saya, saya agak overthink tentang hal ini), kita ga butuh mobil murah. Konon
katanya cadangan minyak bumi negara ini akan habis dalam 12 tahun kedepan. Setelah
itu, tentu kita harus cari sumber lain, atau eksplorasi lebih dalam lagi.
Kabar buruknya, 12 tahun itu cepat seperti wuuushhh.
Kabar baiknya, kita bisa sama-sama mulai belajar mengubah
gaya hidup agar lebih hemat energi, terutama energi yang tidak bisa diperbarui
ini (hayo, masih ingat pelajaran IPA waktu SD kan?).
Tapi kali ini pemerintah kok rasanya terlalu
menggampangkan ya.
Seperti ga mau repot-repot cari solusi yang (mungkin) agak
lama untuk penyelesaiannya, tapi biar masalah tuntas tas tasss~
Masalahnya, saya belum pernah sekalipun baca berita tentang
mobil murah ini, jadi untuk komen panjang lebar, hmmm daripada dicibir dan
dilempari koran, mingkem dulu aja deh sampai ketemu latar belakangnya.
Anyway, saya mau share aja apa yang saya lihat seminggu ini.
Agak susah dipercaya sih, tapi it’s true – setiap pagi
selama seminggu ini (senin-jumat) saya melihat kecelakaan motor di jalan saya
ke kantor. Hebring ga sih, TIAP PAGI lho pemirsa.
Yang miris, saya perhatiin rata-rata lawannya motor (bukan
kecelakaan tunggal), dan sekali saya lihat motor yang kecelakaan itu adalah motor
yang melawan marka jalan terus ditabrak sama motor yang berjalan dari arah yang
seharusnya. Bro, udah elu ga patuh, pake nyusahin orang pula. Ish -_-
Betenya, terutama untuk di Surabaya, kita belum punya alternatif
transportasi yang mudah dan murah selain sepeda motor. Kabarnya sekarang bayar
uang muka Rp. 500.000,00 aja udah bisa dapet motor baru lho. Akhirnya bapak
punya satu, ibu punya satu, anak-anak biar ga ngerepotin dikasih motor
sendiri-sendiri. Kalau satu keluarga ada 4 anggota, berarti ada 4 motor. Belum lagi
kalau di rumah ada bibik yang ditinggali motor biar bisa kemana-mana juga. Bisa
dibayangkan betapa penuhnya jalanan ini.
Dan yang paling disayangkan, kemudahan memiliki motor ini ga
dibarengi dengan kedewasaan dan tanggung jawab pengendaranya. Pada tau ga
teman-teman kalau kecepatan maksimal dalam kota adalah 40km/jam? Yang ada juga
kalau perlu kita laju 80km/jam biar bisa cepet nyampe (iya saya juga :p).
Tapi ya gitu deh, yang perlu sadar akan keamanan berkendara
itu ga cuma 1-2 orang, tapi semua orang. Saya cukup sering mengalami yang
namanya berkendara dengan hati-hati, eeeh masih aja kena tabrak orang yang
nyetirnya ga bener. Dan dimarahin pula. Betapaaa dunia ini sudah terbalik-balik
:)))
Makanya, teman-teman yuk kita usahakan berkendara dengan
penuh tanggung jawab. Sering baca kan slogannya Pak Pol di jalan-jalan “keluarga
menunggu di rumah”. And it’s true, isn’t it?
Kalau teman-teman, ada keluh-kesah apa nih tentang
pengendara motor di jalanan?
Hugs,
Prima
*baca juga pengamatan JH Oppa terhadap pengendara motor
disini*
No comments:
Post a Comment