Aku
sudah menyiapkan mental untuk pekerjaan hari ini, tapi tetap saja aku terkejut
ketika Marni, petugas yang biasa bertugas denganku, tidak masuk. Jumat adalah
hari yg padat di puskesmas, belum lagi hari ini akan ada anak-anak dari TK yang
periksa gigi.
"Pak, kok lama sih? Saya sudah antri dari setengah jam yang lalu."
Aku mendiamkan komplain dari ibu-ibu lansia didepanku.
Tidakkah
dia lihat aku sudah berusaha menulis data pasien dengan secepat mungkin?
Aku
jadi berpikir, kapan ya, semua sistem di Indonesia ini akan dikomputerisasi? Kan
lebih enak bagiku untuk mengetik dan menyimpan data pasien di komputer. Tidak
harus menulis ulang tiap saat pasien yang sama datang periksa. Yah...bukannya
aku bisa mengoperasikan komputer sih, tapi kan lebih keren juga kalau dilihat
teman-temanku.
'Kerjamu opo?'
'Staf
puskesmas, unit pendaftaran'
'Oh
sing kerjone nyatet-nyatet iku?'
'Ora
jeh, aku nganggo komputer.'
Lalu teman-teman akan menatapku kagum.
Seorang ibu-ibu berjilbab menghampiriku.
"Kok
sendirian mas? Mbak Marni ndak masuk?"
Sejujurnya aku lebih respek kepada yg perhatian seperti ini. Tapi kalau aku jawab, dan akhirnya nanti ngobrol, malah jadi akan menghambat pekerjaanku.
Aku hanya tersenyum.
Satu demi satu pasien sudah aku data dan mereka berpindah ke ruang tunggu di depan klinik umum. Aku melemaskan leher dan membereskan pekerjaanku.
Jam 11 aku menutup loket dan bersiap untuk sholat Jumat. Seorang perawat pria memanggilku.
"Mas, besok dokter Laila mantu. Mas bisa bantu-bantu ta?"
Ia
menyebutkan nama dokter senior yang sudah bertugas di puskesmas ini lebih dari
lima tahun lamanya.
Aku teringat janjiku membelikan sepeda untuk anak perempuanku yang akan berulangtahun ke-7 bulan depan. Tabunganku masih kurang, jadi sabtu-minggu aku beralih menjadi tukang ojek di dekat terminal angkot di kecamatan sebelah.
Aku
belum sempat menjawab saat dokter Laila melewati kami berdua.
“Jam7
kalau bisa sudah di rumah ya mas, akad di masjid dekat rumah jam8, terus
resepsi kecil di rumah sampai dzuhur..”
Aku
tidak menjawab apa-apa selain mengangguk lemah.
Orang-orang
ini sering tidak paham, aku kan bekerja untuk puskesmas, bukan untuk mereka..
Sesaat
kemudian, sebuah sms masuk ke hp-ku. Istriku.
‘Ojok lali ngecek rego sepeda. Mau nangis-nangis njaluk nyelang sepedane koncone gak diolehi.’
Kepalaku
mendadak pusing.
No comments:
Post a Comment