Aku baru saja memasukkan ayam panggang ke oven saat aku mendengar Soo Jin, anak perempuanku, berteriak.
Aku tergopoh keluar rumah, tetap
memakai celemekku dan melihat Sung Jae, anak laki-lakiku tersungkur; ia baru
saja jatuh dari sepeda. Ia tidak menangis, seperti yang biasa aku ajarkan
kepadanya ‘laki-laki harus kuat’. Apalagi ia anak pertama. Dan cucu pertama di keluargaku.
Tumpuan harapan.
Aku membopongnya ke dalam rumah,
dengan sigap mengambil alkohol, perban dan obat merah. Sebuah luka menganga di
betisnya, dan dia meringis saat aku membubuhkan kapas beralkohol di lukanya. Aku
menempelkan perban, dan melihat Soo Jin di depan oven. Ya ampun, ayam
panggangku!
Aku memandangi onggokan berwarna hitam
legam di dalam oven. Tak lama kemudian, pintu ruang tamu terbuka, pasti suamiku
sudah datang. Ia memang terbiasa makan siang di rumah.
“Ada apa ini?”
“Sung Jae jatuh
dari sepeda, Yeobo..”
“Kenapa?”
“Mungkin
kehilangan keseimbangan..”
“Ya sudah, ayo Sung Jae, kita makan.
Apa perlu minum obat pengurang rasa sakit?”
“Sepertinya tidak. Tapi Yeobo, ayam
panggangnya gosong..”
“Aduh, kamu
gimana.. Aku lapar sekali, tapi dompetku tertinggal di kantor. Pakai uangmu
dulu saja, kita makan di luar.”
Aku melepas
celemek, mengganti pakaian sendiri dan pakaian Soo Jin. Sementara Sung Jae
sudah bisa sedikit tersenyum setelah digantikan pakaiannya oleh ayahnya.
Sepulang dari
makan siang, aku merasa lelah sekali. Biasanya
aku memang memiliki asisten rumah tangga. Tapi orang terakhir pulang waktu hari
raya dan tidak kembali lagi. Aku jadi repot dibuatnya. Pagi hari aku harus
mempersiapkan anak-anak ke sekolah dan suami ke kantor, lalu membersihkan rumah
dan mengurusi pakaian kotor. Sekitar jam11 siang, saat anak-anak pulang dari
sekolah, aku menjaga mereka sembari memasak. Untungnya suamiku setuju untuk
menggunakan jasa tukang setrika yang datang ke rumah tiap Senin dan Jumat.
Rasa lelahku
belum berkurang hingga petang saat suamiku pulang dari kantor. Sepertinya ia
melihat wajahku yang kusut, ia membelai rambutku dan mengatakan, “tidak ada
yang salah tadi siang. Kamu luar biasa sekali mengerjakan semuanya sendiri. Dan
Sung Jae perlu sekali-kali jatuh supaya lebih berhati-hati waktu bersepeda.”
Aku memandangi
suamiku yang lebih tua sebelas tahun dari aku. Kami menikah saat aku baru
berusia dua puluh satu tahun, masih baru mau semester enam; dan akhirnya aku
tidak melanjutkan kuliah karena keburu hamil. Ia tahu kadang aku merindukan
masa-masa dimana aku masih lajang dan pekerjaanku cuma berkisar antara kuliah,
kursus membuat kue (hobiku!), dan keluar-masuk mall.
“Besok mau makan siang diluar? Kamu
dengan temanmu, maksudku.. Aku akan jemput anak-anak dari sekolah, lalu
mengajak mereka bermain di mall sampai kamu selesai. Sudah berapa lama
kamu tidak makan sama siapa itu, Prima?”
Aku sumringah dan mengecup pipinya.
“Gamsahamnida, Yeobo. Aku akan telepon
Prima untuk tanya apa kerjaan dia sedang tidak banyak.”
Jangan salah. Aku sangat mencintai
hidupku sekarang. Saat Prima, teman masa kuliahku sedang bergelut dengan
pekerjaan yang membuatnya sering pulang malam, dan juga cercaan dari
lingkungannya untuk segera menikah (hihi); aku sudah memiliki dua buah hati.
Soo Jin dan Sung Jae adalah anak-anak yang lucu, berprestasi di sekolah, dan
jarang sakit. Aku tidak akan menukar mereka dengan pekerjaan apapun di luar sana.
Tapi sehari-hari di rumah, dan
sabtu-minggu pun aku habiskan dengan menemani suamiku menemui kolega atau rekan
bisnisnya; seorang istri dan ibu yang baik pun wajar untuk merasa bosan kan?
Ini fotoku yang
diambil oleh Prima saat makan siang bersama. Jumat itu, kami makan siang di sebuah restoran fusion yang
walaupun makanannya enak sekali, harganya membuatku merasa bersalah pada
suamiku. Ya sudah, yang penting sesekali aku boleh have fun kan?
Terima kasih
sudah menghiburku dengan segala ceritamu, Prima.
Semoga berhasil
dengan lelaki Indihe itu :D
Dan tentu saja,
terima kasih telah memberikan kesempatan untukku merasakan cinta sejati, Yeobo
dan anak-anakku.
Love,
S
*inspired from true story of what I see in your family
after our two years friendship, may it be a sweet early birthday gift for you,
Eonni. God bless you and your family ^^
No comments:
Post a Comment