Monday, January 5, 2015

#1Day1Dream: (It's Not) Fast and Furious

Pic from here. Wuih mobilnya cabriolet o_O
Perkiraan Pencapaian: sebelum 2015 berakhir
Sebelum saya mulai menceritakan tentang impian saya yang berikutnya, let me tell you one secret of mine. Jangan bilang siapa-siapa ya, janji. 

Okay, hmmm... Saya benci menyetir.

Sounds weird, right? Saat ini, untuk kegiatan sehari-hari saya memang membawa motor (dengan cara dinaiki dan dikemudikan, tapi menuliskan hal ini akan membuatnya terdengar seperti sedang menaiki delman dan mengendali kuda supaya baik jalannya - stop, prim) - maap ngelantur - tapi beberapa waktu terakhir ini, rasa keprihatinan saya akan kemacetan lalu lintas dan susahnya mencari parkir di tempat-tempat yang saya datangi makin memuncak. Belum lagi, mayoritas orang menyetir dengan sembarangan. Jangankan keselamatan orang lain, keselamatan dirinya aja ga dipikirin. I don't know why they don't want to save five minutes just to avoid something worse that possibly could happen and waste their time for about a lifetime. Kesel gitu lho.

Maka jalanan adalah tempat berjibakunya emosi dan kesadaran. Bahwa jalan ini bukan cuma punya nenek moyang kita. Tapi berapa banyak sih dari kita yang menyadari hal ini?

Mungkin saya berpikir tentang hal ini semata karena saya pernah mengalami (dan masih) tinggal di kota-kota terpadat di Indonesia. Surabaya, Malang, dan Yogyakarta. Ketika saya lulus kuliah tahun 2012, jumlah mahasiswa baru yang diterima universitas saya sebanyak hampir sebelas ribu (!!!) orang. Itu baru universitas saya aja, dan saya yakin tidak 100% berasal dari Malang.

Yogyakarta, sebagai kota pelajar, tentu saja mengalami masalah yang sama. Mungkin, keadaannya sedikiiit lebih baik karena memiliki TransJogja - yang sebenernya sih juga ga bagus-bagus amat. Tapi masih mending daripada Surabaya yang jumlah armada angkotnya menurun terus setiap tahun karena sepinya penumpang :(

Lah kalau benci menyetir, solusinya apa prim? Saya suka berjalan kaki. Tapi keadaannya juga mungkin lebih buruk. We don't have that culture here. Lihatlah sedari kecil kita terbiasa dengan alat transportasi. Lagu anak-anaknya aja kalau bukan tentang delman, maka abang tukang bakso mari mari sini - eh bukan, tentang abang becak.*digetok pembaca*

That's why I really love to be in Singapore, or Kuala Lumpur. Mereka memperlakukan hak pejalan kaki dengan sangat baik. Mana ada cerita trotoar somplak - atau yang parah, dipakai para pengendara motor, yang galaknya melebihi pejalan kaki yang lebih punya hak!

Sedihnya, karena kita ga punya transportasi publik yang memadai, dan jalan kaki lebih membahayakan jiwa, maka mau tidak mau kita harus bisa menyetir. Dan itulah yang sedang saya pikirkan saat ini. Tahun ini akan menjadi kali kedua untuk saya memperpanjang SIM A. Padahal kemampuan nyetir mobil saya masih jauuuh di bawah kategori 'terpercaya'. Paling banter saya tuh nyetir dari rumah ke bandara Juanda, itupun deket, dan setengah perjalanan melewati jalan tol.

Terus kok bisa dapat SIM? Dulu nih, dulu ya, saya lumayan bisa nyetir. Mama saya punya bisnis antar jemput anak sekolah, jadi yang namanya mobil di rumah ada beberapa. Tapi di masa SMA, mama ga ngizinin saya bawa mobil apalagi kalau cuma buat gaya-gayaan. Apalagi pas masa kuliah di Malang yang ngekos (ga kayak sekarang yang kos-kosan pada punya lahan parkir mobil).

If practice makes perfect, then not practicing makes you forget about your skill. Tahun 2013, saya ambil kursus menyetir mobil lagi. Tapi saya tetep males bawa mobil, secara jarak rumah dan kantor itu pasti bikin saya ngabisin gaji cuma buat beli bensin, LOL.

So why now? Because I don't want to see my mom drives anymore. Jangan salah, dalam sebuah perjalanan, meski mama saya yang menyetir, saya biasanya yang bagian ngurusin yang lain, seperti naik-turun antar-ambil barang, dan sebagainya. But she's getting older now. So I want to help her a little.

Selain itu, ga cuma mama aja, tapi seperti juga kemampuan bahasa asing, skill nyetir pasti akan berguna kok. Siapa tau suatu waktu tetangga saya akan melahirkan dan suaminya masih di kantor?

Sehubungan dengan hal itu, saya juga kudu punya mobilnya. Sori dori mori Indonesia, dengan amat menyesal saya akan menambah kemacetan. Idealnya sih memang saya ingin melakukan sebaliknya, tapi... ya gitu deh *garuk garuk aspal*

Mobil favorit saya sebenernya mobil masa kini gitu, Honda Jazz. Tapi kalau dikasih Mercy juga ga nolak sih, walaupun saya lebih suka Jaguar #DigilesBanMobil

Untuk resolusi ini, saya udah bilang sama tante, dan tante udah janji bakal ngajarin saya, horeee. Untuk mobilnya sendiri, sebelum berulangtahun yang ke-30 boleh ya?
It's cool, it's me #cieh,

Prima

3 comments:

  1. aku malah pengen belajar nyetir, sampe sekarang masih kagok...

    ReplyDelete
  2. Sama mbak! Pengennja Jazz aja ya heu biar mini dan cukup ke-cewek-an. Apalah daya keluarga dan temen banyak banget mau ngga mau yang terbaik cuma Kijang.
    Tapi les mobilnya saya mah baru mau :')

    Saya juga sama kayak Mbak seringnya jalan kaki. Dari rumah sampai depan komplek ada sekitar 1,5km tapi saya hampir setiap pulang-pergi jalan kaki. He he

    ReplyDelete
  3. Samaaa.. resolusiku juga mau belajar nyetir..
    Btw, salam kenal yak :D

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...