Telah nampak kerusakan di darat dan di lautan disebabkan karena perbuatan tangan (maksiat) manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar).
(QS Ar Ruum (30): 41)
Saya tidak bisa cerita banyak tentang isi artikel yang menampilkan gambar-gambar diatas karena saya tidak sampai hati membacanya. Intinya, ada sebuah daerah di Denmark, yang tiap tahunnya menyelenggarakan perburuan paus.
Pada hari-hari itu, lautan akan berwarna merah. Darah dari makhluk-makhluk Allah yang tidak berdosa dan tidak bersalah pada kita. Pun perburuan ini bukan untuk mencari bahan makanan, melainkan murni untuk hiburan.
Sering juga kita mendengar berita tentang adu anjing di Bali, atau adu ayam di kampung-kampung di Jawa. Seringnya saya diam, bukan tidak peduli, tapi hati saya terlanjur tersayat-sayat dan tidak tahu bagaimana menghentikannya. Mungkin mereka menangis, tapi kita terlalu buta untuk melihatnya. Mungkin mereka melolong meminta tolong, tapi kita terlalu tuli untuk mendengarnya.
Itu baru tentang binatang. Belum lagi tentang penebangan kayu liar, eksploitasi pertambangan.
Manusia, tanyakan kepada hati nurani, apakah perlu serakus itu?
Haruskah sekejam itu pada bumi?
Pada tempat kita menjejakkan kaki, pada ibu pertiwi yang telah memberikan kita naungan?'
Mari melawan, meski baru dimulai dengan tulisan.
Write, share, comment, and together we can make a better world.
Manusia dengan budayanya, sakit dan mengerikan.
Mungkin sebab daging & tulang mereka belum sempat dikoyak hiu; atau tubuh mereka belum pernah membengkak busuk di palung laut.
- Galuh Shinta Leksono
Pada hari-hari itu, lautan akan berwarna merah. Darah dari makhluk-makhluk Allah yang tidak berdosa dan tidak bersalah pada kita. Pun perburuan ini bukan untuk mencari bahan makanan, melainkan murni untuk hiburan.
Sering juga kita mendengar berita tentang adu anjing di Bali, atau adu ayam di kampung-kampung di Jawa. Seringnya saya diam, bukan tidak peduli, tapi hati saya terlanjur tersayat-sayat dan tidak tahu bagaimana menghentikannya. Mungkin mereka menangis, tapi kita terlalu buta untuk melihatnya. Mungkin mereka melolong meminta tolong, tapi kita terlalu tuli untuk mendengarnya.
Itu baru tentang binatang. Belum lagi tentang penebangan kayu liar, eksploitasi pertambangan.
Manusia, tanyakan kepada hati nurani, apakah perlu serakus itu?
Haruskah sekejam itu pada bumi?
Pada tempat kita menjejakkan kaki, pada ibu pertiwi yang telah memberikan kita naungan?'
Mari melawan, meski baru dimulai dengan tulisan.
Write, share, comment, and together we can make a better world.
Manusia dengan budayanya, sakit dan mengerikan.
Mungkin sebab daging & tulang mereka belum sempat dikoyak hiu; atau tubuh mereka belum pernah membengkak busuk di palung laut.
- Galuh Shinta Leksono
Sumber gambar: http://www.ryot.org/appalling-pilot-whale-hunt-faroe-islands/547493
Begitulah manusia. Tidak mau kehidupannya di ganggu, tapi malah menganggu kehidupan makhluk lain yang tak berdosa.
ReplyDeletelembaran dakwah
ReplyDeleteMenyeramkan, Mbak... Buat hiburan lagi... Tak cukup meski itu buat bisnis menggendutkan perut juga sudah kelewatan... Saya jd teringat salah satu cerita fabel di buku The Jungle Book, tentang curhat kehidupan anjing laut yang hrs berpindah2 krn selalu ada musim perburuan (baca: pembantaian) besar. :'(
ReplyDeletekalau udah gini biasanya emosi bercampur aduk. marah juga sama mereka, kesel juga karena gatau harus berbuat apa :(
Delete