“Maka berkat rahmat Allah engkau (Muhammad) berlaku lemah lembut terhadap mereka. Sekiranya engkau bersikap keras dan berhati kasar, tentulah mereka menjauhkan diri dari sekitarmu. Karena itu maafkanlah mereka dan mohonkanlah ampunan untuk mereka.”
(Q.S. Ali Imran (3): 159)
(Q.S. Ali Imran (3): 159)
Ada yang udah baca cerita hijrah sahabat saya disini?
Kalau ingat masa-masa 'berdakwah' saya ke dia, jadi malu sendiri. Soalnya nih, meski saya tidak bermaksud berdakwah, tapi setiap dia tanya sesuatu ke saya tentang Islam, saya sering kasih jawaban yang straight dan lugas. Dalam kata lain, sikap saya keras sekali sama dia.. Kalau sekarang akhirnya dia menemukan jalannya bersama Allah, saya cuma bisa bersyukur yang banyaaak dan tentunya mohon ampun (untuk saya sendiri) yang lebih buuuanyaaak lagi.
Berdakwah dengan lembut atau tegas itu pilihan. Karena selembut apapun, atau setegas apapun lisan kita, hidayah itu cuma milik Allah. Tapi, kalau bisa yang santun, kenapa harus jadi kasar? Kita ini mau berdakwah, bukan mau cari musuh..
Betul, sampaikan kebenaran meski sulit, karena kebenaran itu nyata adanya. Hanya saja, kita bisa MEMILIH kata-kata yang kita gunakan. Berkata santun itu berpahala lho, tidak membalas cercaan orang yang sedang kita dakwahi juga berpahala; so... we need to stay calm.
Karena saya kuliah Ilmu Komunikasi, saya sering mendengar istilah 'komunikasi efektif'. Apa sih komunikasi efektif itu? Saat apa yang kita sampaikan bisa mengubah perilaku lawan bicara kita, hingga ia melakukan apa yang kita inginkan. Wih, coba bayangin kalau kita punya kemampuan ini, keren banget kan.
Tapi tau ga teman-teman, kalau kunci komunikasi efektif justru adalah menyampaikan apa yang ingin didengar oleh lawan bicara? Maksudnya, kita yang bicara, kita yang punya mau, tapi kita pakai bahasa yang digunakan oleh lawan bicara. Prakteknya tidak selalu mudah, karena kita cenderung punya ego yang sangat besar. Ini lho gue ngerti, elo gitu aja ga paham, apaan sih lo. Jadi ga nyambung, dan harapan kita batal terlaksana deh.
So gimana? Masih mau 'main kasar', atau 'lambat sedikit yang penting menang'?
Semoga Allah selalu mengaruniai kita dengan kelembutan hati ya :)
Kalau ingat masa-masa 'berdakwah' saya ke dia, jadi malu sendiri. Soalnya nih, meski saya tidak bermaksud berdakwah, tapi setiap dia tanya sesuatu ke saya tentang Islam, saya sering kasih jawaban yang straight dan lugas. Dalam kata lain, sikap saya keras sekali sama dia.. Kalau sekarang akhirnya dia menemukan jalannya bersama Allah, saya cuma bisa bersyukur yang banyaaak dan tentunya mohon ampun (untuk saya sendiri) yang lebih buuuanyaaak lagi.
Berdakwah dengan lembut atau tegas itu pilihan. Karena selembut apapun, atau setegas apapun lisan kita, hidayah itu cuma milik Allah. Tapi, kalau bisa yang santun, kenapa harus jadi kasar? Kita ini mau berdakwah, bukan mau cari musuh..
Betul, sampaikan kebenaran meski sulit, karena kebenaran itu nyata adanya. Hanya saja, kita bisa MEMILIH kata-kata yang kita gunakan. Berkata santun itu berpahala lho, tidak membalas cercaan orang yang sedang kita dakwahi juga berpahala; so... we need to stay calm.
Karena saya kuliah Ilmu Komunikasi, saya sering mendengar istilah 'komunikasi efektif'. Apa sih komunikasi efektif itu? Saat apa yang kita sampaikan bisa mengubah perilaku lawan bicara kita, hingga ia melakukan apa yang kita inginkan. Wih, coba bayangin kalau kita punya kemampuan ini, keren banget kan.
Tapi tau ga teman-teman, kalau kunci komunikasi efektif justru adalah menyampaikan apa yang ingin didengar oleh lawan bicara? Maksudnya, kita yang bicara, kita yang punya mau, tapi kita pakai bahasa yang digunakan oleh lawan bicara. Prakteknya tidak selalu mudah, karena kita cenderung punya ego yang sangat besar. Ini lho gue ngerti, elo gitu aja ga paham, apaan sih lo. Jadi ga nyambung, dan harapan kita batal terlaksana deh.
So gimana? Masih mau 'main kasar', atau 'lambat sedikit yang penting menang'?
Semoga Allah selalu mengaruniai kita dengan kelembutan hati ya :)
Alhamdulillah, mbak dita, program ini membuat saya semakin sering membuka tafsir Alqur'an.
Selama ini saya memang (dengan kehendak Allah) menjaga tadarus 1 hari 1 juz.
Namun program ini membuat saya kian menjaga bacaan sebab dipahamkan Allah pada arti dan tafsirnya sehingga banyak merenung.
Semoga Allah ridlo dengan sekecil apapun langkah kita, aamiin
Ani Rostiani - @AniRostiani - http://www.annie-rosetyani.blogspot.com/
Jujur, ini "nendang" sama yang saya alami sekarang :) Nice post :3
ReplyDeleteyang mendakwahi atau yang didakwahi mbak?
Deletemau jadi dua-duanya, yang penting mudah-mudahan selalu dirahmati oleh Allah ya :)