"Wanita-wanita yang keji adalah untuk laki-laki yang keji, dan laki-laki yang keji adalah buat wanita-wanita yang keji (pula), dan wanita-wanita yang baik adalah untuk laki-laki yang baik dan laki-laki yang baik adalah untuk wanita-wanita yang baik (pula). Mereka (yang dituduh) itu bersih dari apa yang dituduhkan oleh mereka (yang menuduh itu). Bagi mereka ampunan dan rezeki yang mulia (surga)."
(Q. S. An Nuur (24): 26)
Yak, post kedua hari ini. Prima juga
manusia ya pemirsa, boleh kan ngerapel post *memohon belas kasihan para peserta
#1Hari1Ayat*
Beberapa hari yang lalu, saya
tsurhat sama sahabat saya, terus dia nyeletuk, “yah yang namanya cobaan itu
macem-macem prim. Bisa aja dari orang terdekat”
#Jleb – haha ekspresinya ga
berubah dari post sebelumnya .________.
Iya ya, anak bisa menjadi cobaan
untuk orang tua juga kan?
Terus gimana kalau ternyata
cobaan kita adalah orang yang setiap malamnya berbagi tempat tidur sama kita (baca:
suami/istri)?
Saya belum menikah sih, tapi saya
cukup sering menemui seseorang yang menjadi cobaan bagi pasangannya. Kadang cobaan
duniawi seperti istri yang boros, atau suami yang workaholic (eh workaholic itu
salah lho kalau akhirnya ga bisa memperlakukan istri dengan benar) – sampai yang
naudzubillah nih, membawa pasangannya sedikit demi sedikit ke neraka.
Kok bisa?
Ya bisa bangeeet. Istri yang tidak
berhijab, istri yang sukanya ghibah, istri yang suka melawan suaminya. Atau suami
yang tidak memberikan pendidikan agama kepada keluarganya, suami yang tidak
memberikan nafkah, dan sebagainya.
Kita telah mengetahui sejarah
Nabi Nuh dan Nabi Luth, keduanya memiliki istri yang membangkang. Atau Siti
Asiah yang bersuamikan Firaun. Bukankah mereka itu contoh bahwa pasangan – jika
kita izinkan – bisa membawa kita menjauhi Allah?
Maka dari itu, menggunakan
landasan agama saat memilih pasangan hidup sangat penting. Bukan hanya sekedar
muslim, tapi bagaimana ia mengaplikasikan agama dalam setiap aktivitasnya?
Memiliki pasangan seiman tidak
selalu berarti pernikahan akan adem-ayem. Tapi setidaknya dengan latar belakang
agama yang kuat, kita tahu bahwa kita berdua akan sama-sama berusaha
menciptakan pernikahan yang barokah dan penuh dengan kebahagiaan; bukan hanya
kebahagiaan dunia, tapi juga di akhirat..
“Pernikahan adalah gerbang bagi
suami istri menuju kehidupan baru yg penuh kebahagiaan atas kehendak mereka
berdua, atau menuju kesengsaraan atas kehendak salah satunya atau kedua-duanya.”
– Syaikh Fuad Shalih
super sekali mbaak.. dalem banget pesannya :)
ReplyDeletengena yaaa, ngerasa ketonjok yaaa :p :p :p
Delete