“Setiap dari kita sedang berada di terminal”
Tiba-tiba mata saya memandangi ayat ini dan teringat dengan pesan Ustadz Ali Imron diatas.
Yup, dunia ini adalah ‘terminal’ kita, dan kita sedang menunggu ‘angkutan’ yang akan membawa kita ke tujuan selanjutnya. Apa tujuan selanjutnya? Kalau bisa (aaamiiin), surga.
Tapi, berbeda dengan terminal beneran di dunia, kita tidak pernah tahu kapan ‘angkutan’ kita akan datang menjemput. Kita ga punya papan pemberitahuan untuk melihat giliran kita, ga akan ada halo-halo (seperti penanda keberangkatan pesawat maksudnya :p) untuk mengingatkan kita bahwa pesawat kita akan boarding sebentar lagi. There is no sign. Yes sometimes there is, but most likely it comes just in sudden.
Nah, kalau dipikir-pikir, kenapa sih harus gini? Kayaknya lebih enak aja kalau dikasih tanda-tanda, jadi bisa siap-siap. Yah, menurut ngana aja. Kalau kita tahu kapan ‘angkutan’ kita dijemput, bukannya kita malah leha-leha; santai kayak di pantai, selow kayak di pulau.
Justru karena waktunya dirahasiakan, makanya kita harus siap sedia siaga sepanjang masa. Jangan lengah, kawan. You can be just picked up anytime.
Makanya, beberapa hari yang lalu saya pernah nge-twit (boleh lho follow saya di @primaditarahma). Meningkatkan iman itu berproses, pelan-pelan tapi pasti. Tujuannya apa? Supaya perubahan baik itu bertahan lebih lama. Sehingga harapannya, ketika kita ‘dijemput’, kita sedang berada dalam tingkat terbaik keimanan kita.
Lebih baik mantan preman daripada mantan tobat, tapi lebih baik lagi kalau kita ga perlu melewati masa menjadi preman. Kalau jemputannya datang pas kita masih preman, berabe dong ;)
Tiba-tiba mata saya memandangi ayat ini dan teringat dengan pesan Ustadz Ali Imron diatas.
Yup, dunia ini adalah ‘terminal’ kita, dan kita sedang menunggu ‘angkutan’ yang akan membawa kita ke tujuan selanjutnya. Apa tujuan selanjutnya? Kalau bisa (aaamiiin), surga.
Tapi, berbeda dengan terminal beneran di dunia, kita tidak pernah tahu kapan ‘angkutan’ kita akan datang menjemput. Kita ga punya papan pemberitahuan untuk melihat giliran kita, ga akan ada halo-halo (seperti penanda keberangkatan pesawat maksudnya :p) untuk mengingatkan kita bahwa pesawat kita akan boarding sebentar lagi. There is no sign. Yes sometimes there is, but most likely it comes just in sudden.
Nah, kalau dipikir-pikir, kenapa sih harus gini? Kayaknya lebih enak aja kalau dikasih tanda-tanda, jadi bisa siap-siap. Yah, menurut ngana aja. Kalau kita tahu kapan ‘angkutan’ kita dijemput, bukannya kita malah leha-leha; santai kayak di pantai, selow kayak di pulau.
Justru karena waktunya dirahasiakan, makanya kita harus siap sedia siaga sepanjang masa. Jangan lengah, kawan. You can be just picked up anytime.
Makanya, beberapa hari yang lalu saya pernah nge-twit (boleh lho follow saya di @primaditarahma). Meningkatkan iman itu berproses, pelan-pelan tapi pasti. Tujuannya apa? Supaya perubahan baik itu bertahan lebih lama. Sehingga harapannya, ketika kita ‘dijemput’, kita sedang berada dalam tingkat terbaik keimanan kita.
Lebih baik mantan preman daripada mantan tobat, tapi lebih baik lagi kalau kita ga perlu melewati masa menjadi preman. Kalau jemputannya datang pas kita masih preman, berabe dong ;)
 |
| Ingat, ingat. Pic source: The Muslim Show |
Betul seali Mbak...kita tak akan pernah tahu kapan giliran kita akan dipanggil... Oleh karena itu perbanyaklah bekal selama di dunia, agar kita dapat melenggang tanpa beban menuju alam kita kelak... semoga kta semua termasuk dalam golongan orang-orang yang mengejar bekal akhirat...amin...
ReplyDelete