Tuesday, October 29, 2013

Let's Get Lost



Kalau kamu berpikir bahwa travel is all about going to new place, make a good photo so you can get many likes in Facebook/Instagram, you might wrong.

There's much more than just being a 'traveller', dan hal itu saya temukan saat mengikuti sesi “Travellers” di Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) 2013.

Yang tadinya mikir ih pasti seru banget, eeeh sepanjang sesi itu berlangsung yang ada saya dan teman saya Nadine ga henti-hentinya berkaca-kaca. Bukan karena sesinya berubah jadi nonton film drama bareng sih, tapi saya pulang dengan keyakinan yang berubah 180 derajat. I WANT TO BE A TRAVEL WRITER!!!

Traveling bukan semata-mata menjadi eksis dan glamor karena bisa bilang ke teman-teman (atau pembaca blog), “eh gw pergi kesini lhooo..”. No. Ada sesuatu yang lebih besaaar daripada itu. Dan sebagai seorang travel writer, kita (cieh kita..) punya tanggung jawab yang berat untuk menyampaikannya ke pembaca tulisan kita.

Salah satu pembicara dalam sesi Travellers ini adalah Don George (penulis Lonely Planet’s Guide to Travel Writing DAN Editor at Large for National Geographic Traveler – how awwwesome is that), dan kalimat pertama beliau langsung bikin saya nganga. He said, “Roads are the best school a student can have.” Buat traveler, tentu saja pengalaman yang didapatkan selama perjalanan adalah pelajaran yang berharga. Makanya, setelah saya amati, kalau saya bepergian ke suatu tempat, biasanya saya berubah waktu pulang. Lebih sopan, lebih santun, lebih ngehargain orang lain lah. Yup, karena di tempat yang saya datangi, saya belajar beradaptasi dengan nilai-nilai yang dianut oleh penduduk setempat.




Nah, kenapa ga membagi pelajaran yang kita dapatkan itu kepada orang banyak? That, is the point of travel writer. Jadi, sekarang ini sudah mulai ada pergeseran tentang cerita-cerita yang dibagi dalam artikel perjalanan. Bukan lagi itinerary, tapi making connection with the local people and the new place. Ada nilai-nilai yang lebih dalam di setiap tulisan travel writer. Dulu mungkin yang namanya artikel perjalanan itu ya apa aja yang bisa dilakukan di kota X, misalnya. Tapi sekarang, travel writer memasukkan emosi dan pemikirannya selama ia melakukan perjalanan. Contoh, bagaimana perjalanan ke Amerika Serikat membuat ia lebih menghargai perbedaan.

Mas Agustinus Wibowo adalah salah satu pembicara yang menghabiskan beberapa tahun hidupnya di Cina dan Afghanistan. Saya ga begitu ingat semua perkataannya, tapi yang jelas tiap ia menyelesaikan kalimat, saya dan Nadine cuma bisa diam seribu bahasa. Mas, kamu keren sekali dan semua perkataanmu itu bisa banget dibikin quote *halah *lebay

Pasti udah sering baca saya nulis di blog ini, 'create mutual understanding'. Ya itu kata-katanya mas ini.




Jadi, menurut mas ini, yang diamini sama kedua pembicara yang lain yaitu: Trinity dan Tony Wheeler (co-founder Lonely Planet) adalah, travel writer itu punya misi penting yaitu mengkomunikasikan keadaan apa yang berbeda-beda di setiap belahan dunia. Misalnya (ini contoh dari saya), perempuan di Arab Saudi itu ga boleh nyetir mobil lho. Kalau kita ga punya kesempatan ke Arab Saudi, dan ga ada penulis, kita ga bisa tahu kan hal-hal seperti ini.

Terus apa pentingnya tahu hal-hal begitu? Ya supaya kita sadar di dunia ini ga cuma kita dan 'dunia kecil' kita. Belajar menghargai perbedaan karena ga selalu mereka salah dan kita benar. Cuma, karena beda latar belakang, beda budaya, menghasilkan suatu produk pemikiran yang berbeda juga. Selain itu, seringnya hal-hal yang kita temui dari artikel perjalanan itu bikin kita lebih bersyukur dan juga bikin kita lebih semangat berjuang. Kalau pas lihat negara lain keadaannya lebih maju, pingin juga kan mewujudkannya di Indonesia? Bisa banget kok, sama-sama manusia ini..

Tapi terus, mungkin beberapa dari kamu berpikir 'saya kan perempuan, mana bisa pergi jauh-jauh gitu..' Hmmm, justru kata mas Agus kita punya banyak kelebihan as female traveler. Misalnya waktu mas Agus di Afghanistan, itu kan yang bisa kontak langsung sama penduduk wanita ya cuma turis wanita aja. Atau coba baca bukunya Claudia Kaunang, atau Asma Nadia. Perempuan semua tuh kan..

So, what stop you from pack your bags and book the ticket, ladies? ;)



Love,
Prima

1 comment:

  1. Ah, senangnya bisa hadir di acara keren itu. Eh, katanya pas acara itu Mbak Trinity kena skakmat ya? Hahaha *malah ngegosip*

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...