Kalau
kamu berpikir bahwa travel is all about going to new place, make a good photo
so you can get many likes in Facebook/Instagram, you might wrong.
There's
much more than just being a 'traveller', dan hal itu saya temukan saat
mengikuti sesi “Travellers” di Ubud Writers and Readers Festival (UWRF) 2013.
Yang
tadinya mikir ih pasti seru banget, eeeh sepanjang sesi itu berlangsung yang
ada saya dan teman saya Nadine ga henti-hentinya berkaca-kaca. Bukan karena
sesinya berubah jadi nonton film drama bareng sih, tapi saya pulang dengan
keyakinan yang berubah 180 derajat. I WANT TO BE A TRAVEL WRITER!!!
Traveling
bukan semata-mata menjadi eksis dan glamor karena bisa bilang ke teman-teman
(atau pembaca blog), “eh gw pergi kesini lhooo..”. No. Ada sesuatu yang lebih
besaaar daripada itu. Dan sebagai seorang travel writer, kita (cieh kita..)
punya tanggung jawab yang berat untuk menyampaikannya ke pembaca tulisan kita.
Salah
satu pembicara dalam sesi Travellers ini adalah Don George (penulis Lonely Planet’s Guide to Travel Writing DAN Editor at Large for National Geographic Traveler – how awwwesome
is that), dan kalimat pertama beliau langsung bikin saya nganga. He said, “Roads are the best school a student can
have.” Buat traveler, tentu saja pengalaman yang didapatkan selama
perjalanan adalah pelajaran yang berharga. Makanya, setelah saya amati, kalau
saya bepergian ke suatu tempat, biasanya saya berubah waktu pulang. Lebih
sopan, lebih santun, lebih ngehargain orang lain lah. Yup, karena di tempat
yang saya datangi, saya belajar beradaptasi dengan nilai-nilai yang dianut oleh
penduduk setempat.
Nah,
kenapa ga membagi pelajaran yang kita dapatkan itu kepada orang banyak? That,
is the point of travel writer. Jadi, sekarang ini sudah mulai ada pergeseran
tentang cerita-cerita yang dibagi dalam artikel perjalanan. Bukan lagi
itinerary, tapi making connection with the local people and the new place. Ada
nilai-nilai yang lebih dalam di setiap tulisan travel writer. Dulu mungkin yang
namanya artikel perjalanan itu ya apa aja yang bisa dilakukan di kota X,
misalnya. Tapi sekarang, travel writer memasukkan emosi dan pemikirannya selama
ia melakukan perjalanan. Contoh, bagaimana perjalanan ke Amerika Serikat
membuat ia lebih menghargai perbedaan.
Mas Agustinus Wibowo adalah salah satu pembicara yang menghabiskan beberapa tahun
hidupnya di Cina dan Afghanistan. Saya ga begitu ingat semua perkataannya, tapi
yang jelas tiap ia menyelesaikan kalimat, saya dan Nadine cuma bisa diam seribu bahasa.
Mas, kamu keren sekali dan semua perkataanmu itu bisa banget dibikin quote
*halah *lebay
Pasti
udah sering baca saya nulis di blog ini, 'create mutual understanding'. Ya itu
kata-katanya mas ini.
Jadi,
menurut mas ini, yang diamini sama kedua pembicara yang lain yaitu: Trinity dan
Tony Wheeler (co-founder Lonely Planet)
adalah, travel writer itu punya misi penting yaitu mengkomunikasikan keadaan
apa yang berbeda-beda di setiap belahan dunia. Misalnya (ini contoh dari saya),
perempuan di Arab Saudi itu ga boleh nyetir mobil lho. Kalau kita ga punya
kesempatan ke Arab Saudi, dan ga ada penulis, kita ga bisa tahu kan hal-hal
seperti ini.
Terus
apa pentingnya tahu hal-hal begitu? Ya supaya kita sadar di dunia ini ga cuma
kita dan 'dunia kecil' kita. Belajar menghargai perbedaan karena ga selalu
mereka salah dan kita benar. Cuma, karena beda latar belakang, beda budaya,
menghasilkan suatu produk pemikiran yang berbeda juga. Selain itu, seringnya
hal-hal yang kita temui dari artikel perjalanan itu bikin kita lebih bersyukur
dan juga bikin kita lebih semangat berjuang. Kalau pas lihat negara lain
keadaannya lebih maju, pingin juga kan mewujudkannya di Indonesia? Bisa banget
kok, sama-sama manusia ini..
Tapi
terus, mungkin beberapa dari kamu berpikir 'saya kan perempuan, mana bisa pergi
jauh-jauh gitu..' Hmmm, justru kata mas Agus kita punya banyak kelebihan as
female traveler. Misalnya waktu mas Agus di Afghanistan, itu kan yang bisa
kontak langsung sama penduduk wanita ya cuma turis wanita aja. Atau coba baca
bukunya Claudia Kaunang, atau Asma Nadia. Perempuan semua tuh kan..
So,
what stop you from pack your bags and book the ticket, ladies? ;)
Love,
Prima
Ah, senangnya bisa hadir di acara keren itu. Eh, katanya pas acara itu Mbak Trinity kena skakmat ya? Hahaha *malah ngegosip*
ReplyDelete