Monday, June 2, 2014

Mesmerized by Cambodia: Siem Reap (Part 1: Attending a Muslim Wedding Party)

Salah satu tips packing dari mama yang saya turuti adalah, selalu bawa satu stel baju bagus pada saat traveling. 'Cause you just don't know, siapa tahu dapet kesempatan buat datang ke kondangan, or maybe you find some new friends and they invite you to a party.. You just never know. Tadinya saya mau bawa sehelai maxi dress, yang saya pakai pas foto-foto di post ini, tapi kemudian saya berpikir bahwa baju yang saya bawa mesti bisa di-mix and match. So, saya bawa satu atasan (yang saya pakai waktu ke Bien Hoa), dan satu rok berbahan sifon. 

Ceritanya sih bukan sok-sok pede bakal ada yang ngajakin saya party, tapi berhubung di Malaka saya nginep di tempat teman mama; terus di Vietnam saya ngabisin 12 hari dan nginep di sahabat saya; menurut saya, kemungkinan dateng ke kondangan itu ada. Memang kemudian akhirnya saya dateng kondangan, tapi... the story really is surprising, and still fascinating to me until now. Here we go..

Pagi itu, Vanny, supir tuk-tuk saya sudah berada di depan hotel jam delapan tepat. Kami akan ke Angkor Wat, tapi sebelumnya saya akan pindah hotel dulu. Meski hotel saya nyaman, harganya cukup terjangkau, dan ada kolam renangnya; but still it was a little bit expensive for me. Jadi saya pindah ke sebuah Guest House, yang buat saya recommended banget. Namanya Happy Guest House, dan manteman bisa cek kamar/booking di website mereka.

Di email yang saya kirim ke Vanny beberapa hari sebelumnya, saya sudah pernah membahas bahwa itinerary saya di Siem Reap adalah: Angkor Wat, masjid, kantor pos. Sadar diri bok, cuma sehari penuh emang bisa kemana aja..

Vanny sempat mengatakan bahwa ia mengetahui ada satu 'muslim church' (iya, dia nyebutnya begini.. :D) di dekat kosannya. Jadi saya manggut-manggut dan menjelaskan bahwa mungkin kita bisa kesana sekitar jam dua siang, supaya saya bisa sholat ashar.

Setibanya saya di Angkor Wat, saya disambut keramaian yang luar biasa. Tenang, mereka bukan menyambut saya kok (lagi siapa elu prim?) tapi ternyata ada satu rombongan yang sedang mengantar sepasang pengantin. Setelah saya amati, eh subhanallah pengantin perempuannya berhijab! Saya pun mendekati salah satu wanita yang kelihatan paling muda (asumsi saya dia bisa bahasa Inggris), dan menyapa dengan salam. And you know what? Seusai mengucapkan "wa'alaikumussalam", dia bertanya dalam bahasa Melayu, "adik ni dari mana?" 

Masya Allah. 

Saya pun menjelaskan tentang asal saya, dan kak Fika - demikian namanya - balas bercerita bahwa kedua pengantin (mempelai pria tersebut adalah adiknya) baru saja melangsungkan akad nikah dan sekarang melakukan post-wedding photo session di Angkor Wat - yang memang indah itu..

Ketika kemudian saya bertanya apakah ada masjid di dekat Angkor Wat, atau dimanapun di Siem Reap, ia mengatakan, "kalau adik nak, jumpa saya di daerah abcdefg pukul tiga, datanglah ke pesta perkahwinan adik saya ni."

Subhanallah (lagi).

Orang asing, terdampar di negeri yang asing, ditawari ikut kenduri. Nikmat Allah yang mana lagi yang kamu dustakan, prim?

Saya pun menyimpan nomer handphone kak Fika, menyalami kedua mempelai seraya mengatakan, "tahniah", dan beranjak pergi.

Jam satu, saya sudah menggelepar kelelahan setelah merasakan 'jogging' di tiga candi terbesar di komplek Angkor Wat. Anyway, di komplek ini memang ada banyak candi, lebih dari sepuluh. Tapi berhubung lagi banyak yang dipugar, paling banter kita cuma bisa mengunjungi lima atau enam candi. Makanya saya mikir, kalau ada orang yang ke Angkor Wat beli tiket untuk tiga hari itu lapo ae... Nembok candi? Mana ada bule-bule yang sepedaan keliling Angkor Wat pula. Busyet. Saya aja yang pakai tuk-tuk, betisnya udah berkonde.. Haha.

Back to laptop, saya menceritakan ke Vanny tentang kejadian yang saya alami tadi pagi. Saya pun dengan semangat mencoba menelepon kak Fika. Sesuai perjanjian, kak Fika akan mengarahkan Vanny untuk mengantar saya ke tempat tinggalnya. Setelah saya coba berulang kali dan tidak tersambung, saya sempat berpikir bahwa saya kehabisan pulsa. Tapi ternyata.....nomer handphone kak Fika tidak terdaftar pemirsa!!! 

Sedih dan kecewa, Vanny menghibur saya dengan mengantarkan saya ke 'muslim church' yang ia ketahui. Tapi rahmat Allah benar-benar luar biasa.. Ada tenda biru besar yang berdiri dan menghalangi jalan kami ke masjid yang dimaksud Vanny. Tenda tersebut, dalam budaya Indonesia, atau spesifiknya Jawa, biasa disebut sebagai...terop. Yes, that's where the wedding party takes place. 

Tapi tantangan belum berhenti disitu. Di rumah tempat terop itu berdiri, tidak ada satupun yang bisa bahasa Melayu maupun Inggris. Thank God I have Vanny as my interpreter, dia bantuin nerjemahin dari bahasa Inggris ke bahasa Kamboja. Salah satu pria yang tampak disegani disitu akhirnya mengantarkan kami ke rumah kak Fika yang berada sekitar satu kilometer dari masjid. 

Begitu melihat saya, kak Fika yang sedang berada di halaman langsung berteriak, "Syukur alhamdulillah adik akhirnya tiba juga." Keluarga kak Fika pun dengan ramah menyilakan saya masuk, menghidangkan minuman dan makanan kecil; meski jelas banget ga ada yang berani ngajak ngobrol. Hehehe.

Berhubung pestanya baru akan dimulai jam tiga setengah (atau jam setengah empat kalau bahasa Indonesia), saya pun beranjak untuk mandi dan dandan di guest house saya yang berjarak tiga kilometer dari rumah kak Fika.. Alhamdulillah banget ya, dapet supir tuk-tuk Vanny yang sabar banget ngadepin saya yang rempong :D

Tepat pukul tiga, saya sudah duduk manis lagi di rumah kak Fika. Para perempuan sudah cantik semua, membuat saya tampak lebih seperti dayang mereka. Sedikit cerita tentang kak Fika, dia adalah anak kedua dari tujuh atau delapan bersaudara gitu, haha lupa, with the only boy - who became the groom at that day. Kak Fika pernah bersekolah di Malaysia selama lima tahun, so it explains why she speaks fluently in Melayu and English. 

Dengan empat mobil dan beberapa sepeda motor, kami beriringan ke rumah pengantin wanita, yang sebelahnya masjid itu lho.. Once again, I feel like I'm home. Lagu-lagu Melayu diperdengarkan, dan kalau ga salah sayup-sayup saya mendengar beberapa lagu dangdut - don't ask me what karena saya ga tau judulnya, memper-memper Pantura lah pokoknya :))) kak Fika dan keluarganya memprioritaskan saya - yang mungkin keliatan seperti belum makan tiga hari, hahaha. Rendang, sup buntut, dan sebuah masakan kombinasi antara salad dan cap cay goreng, segera saya cicipi satu persatu. Di setiap suapan, yang ada pingin nangis soalnya udah kangen banget sama rumah. 



Seusai makan (dan kekenyangan), kak Fika dan adik-adiknya mengajak saya naik ke atas untuk bersalaman dan berfoto bersama. Uniknya, karena ini adalah pestanya mempelai wanita, yang boleh naik hanya tamu perempuan. Bahkan pengantin pria pun hanya muncul untuk sesi foto bersama keluarga saja, sisanya ia akan berada di halaman rumah untuk menyapa para tamu yang datang.. Kata Kak Fika sih, keesokan harinya akan ada pesta yang lebih besar dan diadakan di gedung, sebagai perayaan dari pihak pengantin pria. Semacam ngunduh mantu gitu kali ya..
sepertinya mempelai perempuannya keberatan bulu mata palsu..
 

Puas berfoto, kami lanjut ngobrol lagi di bawah. Disini makin seru, soalnya ada kakak iparnya kak Fika yang ikut nimbrung, and he speak Indonesian! Bukan Melayu ya. Beliau dulu pernah ikut program pertukaran guru se-ASEAN dan ditugaskan di Jawa Barat. Sampai sekarang pun beliau masih aktif surat-menyurat (*kenalin sama email*) dengan kawan-kawannya di Jawa Barat. Dari kawan-kawannya, beliau tahu kalau Indonesia bakal melakukan pemilu Presiden tahun ini. He even said, "saya pikir Pak Jokowi akan menang" #Okesip #TepukTangan

Hari menjelang senja, saya pun pamit pulang karena takut kemaleman dan nyasar - meski kemudian saya menyesal pulang terlalu cepat karena kalau agak malam sedikit, saya bisa melewati Night Market. Hiks.

Alhamdulillah, alhamdulillah, alhamdulillah. Cuma itu yang bisa saya ucapkan dalam hati sepanjang sore tersebut. Sayang sekali I lost contact with Kak Fika, saya sudah coba search Facebook-nya tapi ga ketemu, hanya blog post ini (dan doa!) yang bisa menyambung silaturrahim.

I do really wish semua orang bisa sebaik kak Fika dan keluarga, atau se-positif saya; karena niat baik pun bisa jadi ga ketemu jalannya kalau orang yang dibaikin memang curigaan. Pun hingga detik ini saya masih merasa surprise, betapa besar rahmat Allah. I can't thank Him more for meeting me with such good people.

Last but not least, my stories about Cambodia still haven't finished yet. Tinggal dua bagian lagiii. Pingin tau seperti apa Angkor Wat kan? Atau budget plan saya? Please bear with me, keep awesome and stay tune! ;)

Lots of love,
Prima

Bonus foto
Atas: bagian luar rumah pengantin | Bawah: bagian dalam rumah pengantin - Sederhana ya ^^
masjid di dekat rumah mempelai wanita :')

3 comments:

  1. Wah, bagus banget dress yg di postingan kk sblmnya, yg disini jg bagus. Kereeen. :D

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...