Selain paspor, kamera dan charger-nya, dan uang; ada satu hal yang ga boleh ketinggalan selama perjalanan, yaitu...buku. Saya bisa gelisah banget kalau ga bawa buku di tas. Meski saya lebih suka tidur di pesawat, tapi kan nunggu boarding bisa basi juga lho. Untungnya, buku Desperate in Dubai (yang saya ceritain disini) tiba sehari sebelum keberangkatan saya. Eh, waktu saya nge-tweet tentang blog post tersebut, dibalas lho sama penulisnya. Duh seneeeeeng :')
Ternyata, di penerbangan Surabaya-Kuala Lumpur, saya cuma bisa tidur sebentar. Jadilah buku ini habis dibaca di pesawat plus pas nunggu bis waktu mau ke Melaka (ketinggalan bis sih, jadi nunggu dua jam-an gitu).
Untungnya lagi, saya bawa dua buku lain, yaitu: Notes from Qatar 1 dan Notes from Qatar 2, karangan Muhammad Assad. Saya sengaja bawa buku ini, sambil berdoa: 1) Mudah-mudahan perjalanan saya selanjutnya adalah ke Qatar; 2) Mudah-mudahan one day ada yang mau nerbitin tulisan #1Hari1Ayat saya, atau yang masuk label Share and Care. Doanya yaaaaa manteman..
Ternyata, di penerbangan Surabaya-Kuala Lumpur, saya cuma bisa tidur sebentar. Jadilah buku ini habis dibaca di pesawat plus pas nunggu bis waktu mau ke Melaka (ketinggalan bis sih, jadi nunggu dua jam-an gitu).
Untungnya lagi, saya bawa dua buku lain, yaitu: Notes from Qatar 1 dan Notes from Qatar 2, karangan Muhammad Assad. Saya sengaja bawa buku ini, sambil berdoa: 1) Mudah-mudahan perjalanan saya selanjutnya adalah ke Qatar; 2) Mudah-mudahan one day ada yang mau nerbitin tulisan #1Hari1Ayat saya, atau yang masuk label Share and Care. Doanya yaaaaa manteman..
Beberapa dari teman-teman mungkin sudah tahu, kalau saya melamar ke World Cup Qatar 2022, jadi kedua buku ini sangat membantu saya menguatkan mental dan membulatkan tekad. Kalau denger tentang buku ini sudah lama banget pastinya, cuma baru bisa beli awal Februari 2014. Akhirnya sempet baca waktu nunggu penerbangan Kuala Lumpur-Ho Chi Minh (Notes from Qatar 1), dan waktu di bis dari Vietnam ke Kamboja (Notes from Qatar 2).
Kesan pertama baca buku Notes from Qatar ini adalah.....nyesel berat!
Nyesel, kenapa baru sekarang??? :(((((
But, everything happens for a reason #halah #ngeles
Setelah berbulan-bulan saya mempertimbangkan dengan seksama, dan mempersiapkan lamaran saya ke Qatar, the time to read the book can't be more right.
Hingga akhir tahun lalu, saya masih sering bertanya-tanya, 'ada apa di Qatar?'
Di Dubai ada calon suami saya – mas Putera Mahkota Sheikh Hamdan *lalu digetok pembaca* – dan di Arab Saudi ada Ka'bah; sementara saya, sebelum menyadari bahwa Qatar akan menyelenggarakan World Cup, tidak tahu-menahu apa-apa tentang Qatar. Dulu sih, akhir 2011, saya pernah dapat tawaran S2 di Qatar, tapi waktu itu lagi fanatik banget sama Korea, jadi malah berjuang buat dapat beasiswa S2 ke Korea...terus gagal.
Demikianlah, nyesel kedua saya, setelah baca NFQ.
Kenapa juga dulu ga diperjuangkan aja S2 di Qatar??? :(((((
Tapi itulah, sebagai manusia kita hanya bisa berusaha dan mengira-ngira apa yang baik bagi kita, sementara Allah lebih tahu apa yang terbaik untuk kita :)
Kembali ke buku NFQ, disamping membahas Qatar, dari cerita-ceritanya mas Assad menunjukkan figur yang bisa dijadikan contoh: anak muda, pekerja keras (dan cerdas), terus dia juga jujur, ga malu mengakui kalau pernah salah atau gagal. Kadang saya pun ngerasa lho, kalau yang namanya ngalamin salah atau gagal itu ga usah lah diceritain kemana-mana. Padahal, idealnya kita belajar sesuatu: no matter we win or lose. Dan itu yang di-share oleh mas Assad lewat tulisan-tulisannya.
Hal lain yang ga kalah penting dari sosok mas Assad, dia bisa nunjukin bahwa mengaplikasikan kehidupan religius dari sejak muda itu keren. Biasanya sih, anak muda yang suka cerewet masalah agama sering dibilang 'metuwek'. Sedangkan mas Assad, engga tuh. He looks cool instead. Bikin saya makin semangat untuk lebih sering mengisi #1Hari1Ayat dan Share and Care.
Tanpa panjang lebar lagi, saya merekomendasikan baca buku ini buat kamu yang sedang mengejar cita-cita dan impian. Percayalah bahwa cita-citamu hanya dipisahkan oleh seberapa keras usaha yang sanggup kamu berikan; dan seberapa khusyu' sujudmu pada sepertiga malam terakhir. Allah Maha Bijaksana, Ia tahu apa yang terbaik bagi kita; tapi kita HARUS dan WAJIB ber-ikhtiar, sambil tentunya tetap ber-tawakkal :)
Last but not least, buat yang belum nonton video profil saya untuk Supreme Committee for Delivery and Legacy (World Cup Qatar 2022), selamat menyaksikan! ^^
Prima
sebagus itu kah bukunya ? *masukin kedalam list*
ReplyDeletebtw sudah liat video di you tube nya . kak prima keren sekaliiiiiiiiii :))))
Semangat ya semoga sukses.
"Nothing should ever make me stop running"
iya, aku rasa tiap anak muda, terutama muslim/muslimah mesti baca buku ini..
Deleteterima kasih ya dear, it means a lot :)