Wednesday, May 21, 2014

#1Hari1Ayat: Hidup vs 'Hidup'


Mengapa kamu kafir kepada Allah, padahal kamu tadinya mati, lalu Allah menghidupkan kamu, kemudian kamu dimatikan dan dihidupkan-Nya kembali, kemudian kepada-Nya-lah kamu dikembalikan?
(Q.S. Al-Baqarah (2): 28)

“Bekerjalah untuk duniamu seakan-akan kamu akan hidup selamanya.
Beramal-lah untuk akhiratmu seakan-akan kamu akan mati esok hari.”

Saya yakin manteman tahu kutipan diatas.
Mungkin bahkan diluar kepala lagi (alias udah hilang dari ingatan, hehe).

Sekedar tahu saja, atau sudah diaplikasikan ke keseharian nih?
Soalnya, kalau direnungkan dengan seksama, maknanya dalem banget lho :)

Saya kasih contoh simpel ya. Apakah ada dari manteman yang pernah disiapkan tabungan pendidikan oleh orang tua? InsyaAllah ada. Saya dulu juga begitu, baru juga ulang tahun yang pertama, mama udah nyiapin dana untuk masuk SD. Konon katanya sih karena uang sekolah makin lama makin mahal, ya kan. Jadi orang tua harus ekstra kerja keras kalau pingin anaknya sekolah sampai perguruan tinggi.
Padahal, kalau ngomong skenario terburuk, bisa jadi lho, umur kita sebagai anak, ga sampai perguruan tinggi. Just because, we never know what will happen tomorrow :)

Sebaliknya, berapa banyak orang tua yang ngotot anaknya harus belajar sholat dan berhijab sejak dini? Apalagi karena peningkatan nutrisi, anak-anak bisa aja baligh lebih cepat. Dan tentu saja, anak-anak akan menanggung dosanya dan memperberat dosa orang tua jika tidak memahami kewajiban beribadah. Untuk skenario terburuk, semisal orang tua ini meninggal besok, sudahkah mereka memastikan bahwa anak-anak mereka akan berdoa untuk mereka?

Renungan ini saya dapatkan beberapa hari setelah menghadiri Pengajian Hijabee Surabaya: Peran Wanita Modern dalam Kaidah Agama Islam.

Sebelum membahas tentang topik tersebut, Ustadzah Andam lebih dulu melontarkan pertanyaan, “Apa sih definisi modern itu?”

Beberapa jawaban muncul, seperti kemudahan informasi, interaksi dengan teknologi, dan...berpikiran jauh kedepan.

Kesemuanya itu, 'ternyata' membutuhkan seseorang yang cerdas untuk bisa memastikan bahwa modernitas sejalan dengan praktik ibadah. Karena pada akhirnya teknologi – yang buatan akal manusia ini - seharusnya memudahkan kehidupan kita DAN menjadikan kita lebih dekat dengan Allah.

Ketika kita lebih dekat dengan Allah, kita akan tahu bahwa makna dari “berpikiran jauh kedepan” bukan hanya sekedar sampai kita tua atau pensiun. Tapi juga memikirkan bagaimana kehidupan kita yang selanjutnya, apakah akan 'bermula' di surga, atau di neraka? (bukan berakhir ya :))
 
Gambar dari sini.
Mungkin ilustrasinya agak ekstrim ya, dan agak kurang nyambung dengan bahasan saya. Tapi ya itu sister, kadang kita terlalu sibuk mikirin kehidupan duniawi (yang digambarkan dengan 'makan' uang) – hingga kita lupa, ada yang telah menunggu kita. Tanpa pernah memberitahukan kapan ia akan datang menjemput.

Ingat hidup, ingat hidup.
Hidup yang lebih kekal, hidup yang lebih panjang, hidup yang lebih abadi.

Apakah kita sudah mempersiapkannya?

Semoga kita semua dikumpulkan lagi, di kehidupan yang lebih baik ya sister :) Aaamiiin insyaAllah :)

Salam,
Prima

No comments:

Post a Comment

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...