Saturday, October 26, 2013

There's Still Hope



Malam itu, mama bertanya pada saya, “Kak, ga pingin nyoba daftar CPNS ta?”
Saya menahan tawa, “Mama serius?”
Mama menimpali, “Yaaa mama juga sudah tahu kamu ga akan mau sih. Tapi banyak yang nyuruh mama untuk bilang ke kamu.. sebentar, mama telponkan Pakde..”
Di seberang sana, Pakde berapi-api mendorong saya untuk mendaftar CPNS. Saya masih ingat benar kata-kata beliau seperti ini, “kamu itu pinter, nduk. Jadi humas di departemen A, B, C gitu; apalagi ditambah kemampuan bahasa asingmu itu, bisa mendampingi pejabat kemana-mana. Wah uangmu banyak nanti..”

Dan saya tertegun.

Jujurnya, siapa sih yang ga pingin punya uang banyak?

Tapi, nyatanya, di usia saya yang semuda ini, saya cukup sadar bahwa yang dimaksud uang banyak dengan cara seperti yang dideskripsikan pakde saya itu tadi intinya satu: mengeruk kekayaan negara, in this case uangnya rakyat, sebanyak-banyaknya.

Saya sudah lama skeptis terhadap politik dan pemerintahan negara ini.

Kebencian ini kian menjadi ketika tahun 2011 saya menulis skripsi tentang satu klub sepak bola Indonesia. Kesempatan ini saya gunakan untuk menambah pengetahuan tentang sepak bola Indonesia, dan saya merasa marah. Sepak bola, yang nyata-nyata adalah sebuah hiburan untuk masyarakat umum, tidak luput dikotori oleh politik.  

Dengan demikian, saya menarik kesimpulan, pemuda Indonesia mesti menciptakan ruangnya sendiri untuk menciptakan Indonesia yang lebih baik.

Adalah Marischka Prudence, yang pertama kali membukakan mata saya bahwa Indonesia punya peluang untuk maju. Tapi sebelum pemudanya bisa menggerakkan bangsa, kita harus meyakinkan diri sendiri bahwa Indonesia punya potensi itu. Marischka adalah mantan presenter berita yang agaknya sama seperti saya – sudah muak mendengar kebobrokan negeri ini. Lalu ia memilih traveling keliling Indonesia, yang akhirnya membukakan matanya akan keindahan Indonesia. Indonesia is much more than those bad jerks who try to take advantages for their own purposes.

Ya, Indonesia masih punya begitu banyak hal untuk dibanggakan. Lihat saja akun Twitter @GNFI (Good News From Indonesia), setiap hari kita dibuat berdecak kagum akan pencapaian Indonesia, terutama di kancah internasional. Dan jika diamati, sebagian besar dari berita baik itu berhubungan dengan pemuda. Karena sementara media massa juga dikuasai oleh politik dan sering luput memberitakan hal-hal yang baik tentang Indonesia; pemuda Indonesia masa kini tidak bisa terlepas dari social media. Facebook, Twitter, blog; andai kita semua tahu kekuatan suara kita, kita pasti memanfaatkan media tersebut dengan lebih optimal. Seperti yang selalu saya bilang di blog ini: sebarkan kabar baik, atau jadilah kabar baik yang bisa menjadi pembicaraan.

Saya juga melihat pengusaha muda mulai banyak bermunculan. Masalah kesuksesan untuk sebagian dari mereka mungkin masih jauh dari mata, tapi semangat untuk meningkatkan perekonomian Indonesia patut diacungi jempol. Kita mesti mengakui bahwa gaya hidup dan tingkat konsumtifitas pada usia dewasa muda memang cukup tinggi. Jadi daripada kita membeli produk luar negeri; kenapa tidak dialihkan untuk menggunakan produk lokal yang kualitasnya bisa jadi sama bagus?

Itu baru tiga isyu saja: traveling, media, dan bisnis. Diluar ketiga hal itu, pemuda Indonesia masih punya segudang cara untuk membawa perubahan untuk Indonesia. Tentu kita sudah tahu grup band Superman Is Dead yang mengkritisi kebijakan pemerintah lewat musiknya. Atau teman-teman kita yang tergabung dalam Pengajar Muda, tanpa ba-bi-bu berangkat untuk mencerdaskan masyarakat di daerah. See? Everyone do it with their own way ;)

Pada akhirnya, saya sepakat dengan Pak Akhyari Hananto – founder GNFI:

“Kita boleh marah dengan keadaan, 
tapi JANGAN pernah kehilangan harapan.”

Indonesia bisa! Pemuda Indonesia bisa!!

Hugs,
Prima


*tulisan ini diikutkan untuk Giveaway #HeartsOfVolunteers dengan tema "Pemuda Kreatif untuk Perubahan", 
diadakan oleh @dewa_rahyang"

4 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...