Wednesday, June 17, 2015

The Secret Life of Walter Mitty: Small People Matters


Assalamu'alaikum sister,

Gimana nih persiapan taraweh hari pertama? *brb setrika mukenah kesayangan*

Tahun lalu, ya, Ramadhan tahun lalu, doa saya cuma satu: boleh dong kalau jadi Ramadhan terakhir sebagai single. Eh, ternyata belum diizinin sama Allah. Yaudin doanya diganti deh: single atau tidak, semoga jalanku adalah jalan yang membawaku lebih dekat dengan-Mu, dan apa yang aku kerjakan – bekerja atau sekolah – membawa manfaat untuk ummat. Aminin yah #maksa :)))

Sebelum kita memasuki (insyaAllah) #1Hari1Hadits, saya mau cerita tentang satu film yang menurut  saya bagus banget.. Film lama sih, tahun 2013, judulnya The Secret Life of Walter Mitty. Apa? Udah basi? Yaudah kalau gitu ga jadi aja.. #lol

I left speechless when the movie finished, because I believe the movie relates with a lot of people. Terutama saya, yang kemarin ceritanya lagi bikin paper buat salah satu mata kuliah, dengan tema yang serupa, yaitu “Masa Depan Majalah Gaya Hidup di Indonesia”. Cieh. Keren ga, sister? :p

Pertama, saya rasa rata-rata dari kita tumbuh bersama produk media massa tertentu. Dunia dalam Berita, Si Unyil, Berpacu dalam Melodi, majalah Bobo, lalu Keluarga Cemara, majalah Gadis atau Kawanku, atau siapa yang bacaannya Aneka Yess!?

Terlebih lagi, ketika saya mulai kuliah di Jurusan Ilmu Komunikasi, saya makin memperhatikan produk-produk media massa. Yah meskipun saya ga ambil peminatan media, dan bahasan ilmu komunikasi itu luas banget.. Tapi tetep aja, I think I know how 'nyesek' to be Walter Mitty. 17 tahun untuk sebuah pekerjaan, dan kemudian dipecat karena what-so-called 'perkembangan teknologi'.

Nah, that's the second point. We can't stop the advancement of life. Hidup kita pastinya bergerak terus, dan siapa yang tidak bisa berinovasi dan mengikuti perkembangan zaman, ya itulah... yang kira-kira akan 'game over'.

Beberapa hari yang lalu, saya ngobrol sama teman sekamar saya. Funny when we are proud to see babies hold mobile phones, while in fact the kids of Bill Gates and Steve Jobs don't even have one. #KatanyaSihGitu #MaapKaloNgasal

Saya pertama kali punya handphone ketika SMA kelas 1, tapi karena saya ogah ribet, saya males bawa kemana-mana. Years goes by, dan saya sempat ngerasain yang namanya ketergantungan sama HP karena pekerjaan saya membuat saya harus selalu online and available for the clients. Baru sejak bulan lalu, saya mencoba mengurangi ketergantungan saya akan HP dengan cara.....tidak membeli paket data! Yes, ekstrim. Jadi agak susah sih kalau mau dihubungi, tapi hidup jadi tenang dan damai :')

Soalnya manusia ini kadang suka kebangetan. Sama HP dan internet aja setengah mati butuhnya, sama ngaji setengah mati.....malesnya -____-

Kembali ke cerita Walter Mitty. Poin ketiga, kadang di lubuk hati yang terdalam, kita punya banyak imajinasi yang luwar biyasak. Saya pingin banget tuh kayak Walter yang bisa 'tiba-tiba' naik pesawat kemanaaa gitu, seru kali yah. Mana tujuannya Greenland dan Iceland pula. Whoaaaaah. Tapi seru juga buat dompet yak, haha.

But the most important thing from the overall story is, always, always, always give your best. Pelajaran dari film ini dalem banget lho, saya awalnya ga bisa ngebayangin ini ceritanya sebenarnya gimana; tapi waktu Walter Mitty ketemu sama Sean O'Connell, baru ooo, bagus banget filosofi filmnya. Ada satu adegan dimana ibunya Walter bilang bahwa Walter – si pegawai rendahan yang kerjaannya 'cuma' meng-afdruk (masih pada inget istilah ini ga sih?) foto hasil karya Sean – berperan sangat besar untuk majalah Life. Dan Sean menghargai setiap pekerjaan Walter, sesuatu yang bikin saya, 'masa siiih ada orang kayak gini di dunia ini?'

Begitulah, kadang kita lupa bahwa karir kita yang cemerlang ga akan se-mentereng ini, kalau ga ada tim sukses, bahkan OB di kantor yang bagian bersihin ruangan dan bikinin kopi di pagi hari... mereka punya andil besar dalam pekerjaan kita. Emang mau bersihin ruangan sendiri? Hayo? Hayo?

So look around, say thanks to those kind of people.
Bersyukurlah karena ada mereka, bersyukurlah karena pekerjaan kita (mungkin) sedikit lebih baik daripada mereka, dan bersyukurlah pada Allah, jika kita diberi kesempatan sekali lagi untuk bertemu dengan Ramadhan. Amin, insyaAllah, dan bismillahirrahmanirrahim :)

Salam,
Prima

1 comment:

  1. Ahhh iyaaa... saya kayaknya sudah waktunya melatih diri utk ngurangin ketergantungan sama HP mbakk... :(

    ReplyDelete

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...