Tuesday, December 3, 2013

Women Are Not Object!


Lama-lama gemes juga sama kasus ini. *tebalikin meja

Mudah-mudahan, dengan menuliskan hal ini di blog, lebih banyak orang yang bisa memandang kasus ini dengan lebih bijaksana.

Kasus apa sih priiim? Ada apa sih datang langsung marah-marah?
Kalau ngomong yang jelas gitu.

Hhhhh.

Okay.

Bismillah.



 

Eksploitasi seksual perempuan.

Whoaaah.
Even it's very very difficult for me to write it. Gimana kalau yang didorong untuk bicara? Pasti lebih berat lagi.. :(

Yes, it's true. Sudah sekian lama perempuan selalu berada dalam posisi yang sulit.
Sulit ini dalam artian, ngomong salah – nggak ngomong stres sendiri.

The thing is, kita ga pernah tahu siapa orang yang bisa kita percaya.
Dan kita tidak pernah bisa memperkirakan bagaimana reaksi orang-orang terhadap sesuatu yang kita alami.

Contoh gampang aja. Kalau baca berita perempuan diperkosa, kebanyakan orang cenderung menyalahkan si perempuan – yang komen kok gampangan lah, kok mau-an lah, dan ujung-ujungnya apa? Pasti baju atau kelakuan perempuan yang ikut dipermasalahkan.

Padahal, kalau aja masyarakat mau membuka mata lebih lebar, this is not something that supposed to be happen. Apapun yang terjadi, eksploitasi seksual itu SALAH. Titik.

Sekarang, izinkan saya menceritakan tentang pengalaman pahit yang pernah saya alami.
Saya bersyukur bahwa saya masih dilindungi oleh Allah, tapi ketika mengalaminya, it hurts me mentally. Dan tentu saja, SAYA TIDAK PERNAH MENGINGINKAN HAL INI TERJADI.

Tahun 2011, saya menulis skripsi tentang sebuah klub sepak bola. Saat itu, saya sering menghabiskan waktu bersama beberapa pemain di klub tersebut, baik pemain asing maupun lokal. Demi melindungi diri sendiri, saya berusaha keras mengenal keluarga pemain (terutama jika sudah beristri). Mereka pun percaya dengan saya, hingga beberapa dari mereka 'menitipkan' suami mereka, kalau mereka tahu saya datang ke pertandingan yang diadakan diluar kota.

Beberapa pemain yang menghormati saya, bahkan memberlakukan 'peraturan'. Kalau saya membutuhkan interview, maka mereka mengharuskan saya didampingi oleh orang lain. Dan alhamdulillah, ada seorang teman laki-laki saya yang juga mengambil skripsi yang sama (cuma beda tema). Jadi saya tidak pernah 'ujug-ujug' sendirian kesana (ke klub bola tersebut).

One day, saya diajak ketemuan sama salah satu pemain. Pemain lokal, sudah beristri dan beranak. Jujur, saya sama sekali tidak negative thinking sama dia – ya karena sudah akrab itu. Saya hampir mengiyakan namun urung karena tidak ada satu teman saya yang bisa menemani, dan dari sisi dia, dia bilang kalau kebetulan lagi sendirian juga.

And you know what, he tried to seduce me!!!

Awalnya saya ga ngerti, saya tunjukin SMS dari dia ke salah satu teman saya, dan teman saya terperanjat. Dari SMS itu, dia menyiratkan meminta saya melakukan hal 'itu'.

Saya shock.

Dan hal pertama yang saya pikirkan adalah, saya salah apa Tuhaaan???

See. Bisa lihat bagaimana mindset masyarakat umum sudah tertancap kuat di benak saya, bahwa ketika seorang lelaki melecehkan saya secara seksual, ini adalah salah saya karena saya yang 'memulai'.

Saya bertanya-tanya pada diri sendiri; saya menghapus kontak si pemain; dan tidak melanjutkan skripsi selama beberapa minggu.

Sister mungkin ga bisa bayangin karena ga ada di posisi saya. I feel so dirty. I cried and cried every night. Padahal saya 'belum' ngapa-ngapain sama dia. Saya ga bisa bayangin kalau saya 'biasa saja' terus memutuskan untuk pergi sama dia – I just have no idea..

Saya berkali-kali bercermin dan membongkar lemari saya. Melihat-lihat baju-baju yang saya kenakan untuk turun ke lapangan. And hey, saya berhijab..

Semua ini artinya apa?
Eksploitasi seksual tidak selalu terjadi HANYA karena pihak perempuan.
“Kehormatan laki-laki adalah, ketika ia mampu kendalikan hasrat seksualnya. Ini bagian dari cara hormati perempuan dan dirinya.”
- @nengdaraaffiah

Tapi sayangnya, lelaki – dan publik sadar – perempuan itu lemah, perempuan itu nrimo, jadi kalau ada apa-apa, perempuan pasti mau-mau aja kok disalahkan.



*speechless

Ini bukan semata-mata tentang sepak bola, tentang saya, atau tentang hijab yang dilecehkan.

Ini adalah tentang perempuan, tentang ibu-ibu yang akan melahirkan generasi penerus bangsa.
Kesehatan mental mereka perlu diselamatkan.

Speak up, it might help yourself and other women - to be more encouraged.

#RespectWomen #StopEksploitasiPerempuan

Hugs,
Prima

*I don't need your comment if all you want to say is, “siapa suruh nulis skripsi tentang sepak bola?” I will never ever regret my decision to write a research about football, but once again, I never expected this to be happened.

1 comment:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...