Okay. Kayaknya ini makin lama
makin berat, makin absurd, dan makin...hufftt.
Aslinya sih, tadinya hari ini
saya kepingin nulis yang agak ringan, setelah dua hari membombardir sister
dengan tulisan yang bikin kening berkerut. Tapi mending diselesaikan aja deh,
soalnya masih ada lanjutannya dengan kasus yang lagi mencuat di publik.
Jadi, seorang teman saya, mengomentari kasus pelecehan seksual yang dilakukan bapak penyair yang
terhormat tersebut. Teman saya itu lalu mempertanyakan, kenapa kok sepertinya
suasana hangat suam-suam kuku aja ya, tidak seperti waktu Aa' Gym poligami ---
wooo langsung deh rame-rame masyarakat menghujat.
Terus ada yang tanya ke dia, “kalau kamu
mau dimadu emangnya?”
Lah. Ini dia. SALAH FOKUS-nya
masyarakat Indonesia.
Poligami itu HALAL.
Dan Allah itu kasih suatu hukum
pasti sudah punya 'pertimbangan' yang melampaui batas pikiran manusia yang
tempatnya khilaf ini. Artinya, HUKUM poligami tidak berubah: HALAL,
diperbolehkan – dan tidak perlu dijadikan blunder dalam kasus seperti ini.
Saya ga mau 'nantang' dengan
mengatakan saya siap dipoligami. Prinsip saya sudah jelas: saya tidak akan
mengharamkan sesuatu yang sudah dihalalkan oleh Allah.
TAPI,
ada tapinya nih.
Mohon dipahami bahwa poligami itu
BUKAN solusi atau alternatif.
Maksudnya gini, ketika sekarang
publik ramai-ramai memberikan komentar, apakah si penyair harus menikahi sang
korban, terus ada lagi yang menyanggah dengan mengatakan 'lho, poligami dong?'
Lha terus kenapa kalau poligami?
Poligami itu SAMA SAJA dengan pernikahan
lainnya.
Pernikahan pertama, kedua,
ketiga, keempat (oke, ini maksimal ya) untuk seorang pria adalah suatu
keputusan yang diambil secara matang. Dan idealnya (wajib deng), semuanya
berlandaskan satu: niat menikah karena Allah. Titik.
Poligami itu SAMA SAJA dengan
pernikahan lainnya, dalam artian bukan (hanya) untuk melegalisasi seks sehingga menjadi
halal.
Tujuan pernikahan, mau 1, 2, 3, 4
- itu semua harusnya jauh lebih tinggi dan mulia daripada 'sekedar' agar
memiliki 'ijin' untuk melakukan seks.
Jadi, buat saya, pertanyaan
“kalau kamu mau dipoligami, prim?” itu – maaf – konyol. Karena pilihan bukan
ada pada saya, tapi lelaki yang akan menjadi suami saya. Dia punya hak
melakukannya, tapi perlu digarisbawahi bahwa hak itu juga berjalan seiring
dengan kewajiban dan tanggung jawab. Dan untuk kewajiban dan tanggung jawab
pernikahan, monggo dibaca-baca lagi al-Qur'an-nya..
Yuk, belajar lebih dewasa dengan
menempatkan segala sesuatu pada tempatnya.
Bicara 'pelaku' poligami yang
kemudian pernikahannya kacau, untuk menjustifikasi bahwa poligami itu buruk –
kurang tepat. Menurut saya, itu kurang lebih sama dengan mengatakan bahwa semua
anak broken home itu punya kelakuan buruk. Tidak ideal di mata kita belum tentu
tidak ideal di mata Allah, tapi yang pasti, jika sesuatu itu halal, kita TIDAK
BOLEH mengharamkannya.
Sekian, mudah-mudahan bisa
diterima dengan lapang dada :)
Salam,
Prima
Prima
Wuih... setuju banget deh.... :D keren lho ulasannya
ReplyDeleteSependapat sama mbak prima,, tak seorangpun yang menginginkannya namun ketentuan Allah itu pasti dan kita gak bisa menepisnya ketika takdir itu datang.
ReplyDeleteDan dari yang saya baca kenapa bapak penyair itu dipermasalahkan ttg poligaminya karena selama ini katanya dia dan komunitas nya Anti Poligami dan selalu menjugde yang berpoligami. karena itu mungkin dilema si Bapaknya.....hehee...