Dalam rangka mencari ide untuk nge-blog, saya jalan-jalan ke blognya seorang teman, dan mampir ke post ini. Dan, yes, kalian sudah bisa menebak, saya tergerak untuk menulis versi saya sendiri, hoho.
No matter how much I keep telling that I am afraid of getting married, I love the idea of wedding. Sudah sejak lama saya suka banget main-main ke web satu ini: lover.ly, semacam pinterest tapi khusus wedding. Makanya semangat banget waktu kantor saya bikin video tribute to lover.ly (ho oh, saya yang kasih ide, hihi).
I can talk about my dream wedding in hours. I want this place, that dress, this color scheme, and a million other this and that. Namanya juga mimpi ya, kalau terjadi alhamdulillah, kalau engga ya udah sih santai. Yang jelas nih, ada beberapa hal prinsipil yang saya inginkan: akad dan pesta (atau walimatul ursy) yang khidmat; simpel; and no siraman, no apalah itu semua, tapi satu adat yang HARUS ada: sungkeman. Menurut saya, ini penting banget-banget-banget dan sarat makna.
Sementara calon suami impian udah ada *colek mas putera mahkota Dubai*, ini dia my dream wedding:
1. Akad
Pinginnya nikah itu hari Jumat, dan kayaknya waktunya habis sholat Jumat. Pernah denger aja kalau hari Jumat itu hari yang afdol untuk menikah, tapi saya kurang tahu tentang waktu yang diutamakan. Nanti saya cari lagi ya dalilnya :)
Yang seru, saya pinginnya akad ini jadi semacam open house. Disamping masjid perumahan saya (tempat saya akan melangsungkan akad), ada lapangan. Disitu nanti mau buka terop dan mengundang anak-anak panti asuhan dekat rumah; kalau bisa se-Surabaya malahan, paringi rejeki ingkang kathah nggih Gusti.. Saya pernah baca dimana gitu, bahwa “perjamuan terburuk adalah yang melupakan kaum dhuafa.” Kebetulan, ini adalah salah satu impian mama saya juga. Dan karena keadaan tidak memungkinkan saya untuk membuat pesta yang besar untuk kedua orangtua saya (pestanya mama dan ayah saya harus terpisah), jadi ini mungkin keputusan terbaik.
Sesudah akad, nanti ada pesta sendiri untuk kerabat ayah di Malang. Gimananya, nurut aja sama yang punya hajat. Tapi tetep, kostum dan make up HARUS minimalis. I don't want to be that kind of 'manglingi' bride, don't care what people say, saya ga mau liat foto wedding saya terus mikir “siapose iniii?” hahahahaha.
2. Wedding dress
Pas saya googling “hijab wedding dress”, jengjeng yang keluar malah yang heboh dan bling-bling *bingung*. Jadilah cari di lover.ly, dan nemu yang seperti dibawah ini. Tinggal dimodifikasi: tidak ngepas badan, hijabnya biasa aja (plis no hijab muter-muter, ntar susah kalau mau buka-bukaan *lho :p), dan kalaupun pakai renda-renda, didalamnya ada kain pelapis warna putih (bukan warna kulit ya, ntar dikira transparan lagi). Oya, terutama untuk akad, saya pilih wedding dress (+make up) yang simpel karena setelah nikah harus sholat dua rakaat sama mas suami tho? Ribet lah yaw kalau pakai yang macam-macam.
3. Wedding party
Saya pernah cerita ke teman kalau saya pingin banget bikin wedding party di Klub Bunga, Batu. Langsung diomelin, “heh, nyari venue buat tempat nikah itu jangan yang ngerepotin tamunya.” Hahaha. Makanya suka mikir, gimana tuh yang bikin nikahan di Bali? Masa iya carter pesawat atau kasih tiket ke undangan? Mau nikah atau mau punya hutang tujuh turunan itu? Tapi berhubung calon suami kan Putera Mahkota Dubai ya, jadi boleh deh lanjutin #NgayalBabu-nya, mau bikin wedding party di...
Entahlah. *lho?
Hasrat hati pingin nyebut 'Lombok' atau 'Bali', tapi saya nih males kalau sumuk-sumuk kepanasan. Jadi tempat menyusul boleh ya ibu-ibu, yang penting bikin impian dulu kalau nanti wedding party-nya mesti outdoor dan bermeja (bukan standing party). There will be no stage, tapi saya dan mas Hamdan – halah – akan duduk di satu meja panjang bersama papa mertua dan ayah saya. Terus saya akan datang ke meja tamu-tamu buat mingling.
Acaranya apa? Ini dia yang masih bingung. Soalnya biasanya standar kan ya, cuma ada wedding band. Itupun karena tamu terbiasa yang ngalir aja gitu: datang, salaman sama manten, makan, terus pulang. Padahal saya pinginnya tamu-tamu itu datang dan stay sampai acara selesai. Jadilah saya berpikir keras, mau bikin acara apa yaaa.
Yang harus ada pasti ceramah pernikahan, mudah-mudahan Ustadz Salim A. Fillah nanti berkenan dan luang untuk memberi wejangan. Terus, pingin ada sambutan dari sahabat saya dan sahabat suami, lucu-lucuan aja, sekalian ngewakilin doa dari para tamu. Wedding dance? Ogah deh, mending saya disuruh nyanyi atau baca puisi buat mas suamik #aseeek
Jujur, meski saya suka ngomongin tentang wedding party, aslinya tuh males melakukannya. Saya baru terpikir untuk bikin wedding party akhir-akhir ini aja. Dulu pinginnya akad aja udah titik.
Terus sekarang kok pingin bikin party? Hmmm, bukan, bukan karena calon suami adalah mas putera mahkota #okesip. Tapi mama saya benar, mungkin ini adalah terakhir kalinya kita bisa berbagi kebahagiaan, terutama sama kerabat atau teman-teman dekat. Toh pada akhirnya yang dicari bukan mewahnya, tapi kebersamaan dan ketulusan. Jadi maaf-maaf aja nih ya, istilahnya, buat saya mending yang datang 20 orang daripada 200 orang. Garis bawah cetak tebal: menurut saya lho yaaa.
Sekarang, back to reality yuk: pantaskan diri, pantaskan diri, pantaskan diri untuk menjadi pengantin yang siap mengarungi pernikahan dunia-akhirat. Kok gitu? Iya, maksudnya kalau bisa sih sama suami bareng-bareng sampai ke surga. Ya kan? :)
Lots of love,
Prima
all pic source: lover.ly
Melelah (lagi) baca tulisan kak Prim.
ReplyDeleteYeah, 5-6 tahun lagi, mungkin Intan mulai kasak kusuk juga mikirin Wedding :')
mele...leh kan maksudmu? :))
Deleteaku dulu mulai mikirin nikah sejak umur 21 lho :p
Setuju setuju. Hmm rasanya indah hari pernikahan itu hehe tapi tanggung jawab setelah menikah lebih banyak, bener2 harus matang pemikirannya, hmm Ganbatte! *langsung bikin target wedding*
ReplyDeletekonon nih, persiapan pesta itu 6-12 bulan.
Deletetapi persiapan buat berani nikah itu butuh seumur hidup, sejak mengenal cinta waktu remaja, sampai bertahun-tahun kemudian *halah
Jadi pengen nikah. haha ;D
ReplyDeletepasti mikir enaknya nikah nih :D
Deletekalau masih berdua aja sih, seru-seru aja. ntar pas udah ada 'ekor'-nya, mulai deh rempong, hihi
Belum kepikiran kesana kak -_-V hehe
ReplyDeletekamu lelaki sejati berarti.
Deleterata-rata temen cowokku baru mikir 'serius' sama pacarnya diatas 25 tahun, meski sebenernya ga ada ruginya kok mempersiapkan diri sejak dini. kan mau jadi pemimpin rumah tangga ;)
pernikahan impianku gimana yak, huehue
ReplyDeletesemuanya nuansa putih, kayaknya lebih terasa gimana kali ya. :3
suka kata2 ini pantaskan diri, pantaskan diri, pantaskan diri untuk menjadi pengantin yang siap mengarungi pernikahan dunia-akhirat <3
maaci dear, aku juga suka nuansa putih tapi mesti ditambahin sentuhan warna-warna lain biar agak bright.
Deletekarena Allah hanya akan memberi kita pasangan kalau kita udah pantes kan ;)
Aaaahhh..nyaris aja kecele, kirain beneran, hahaha..
ReplyDeleteidenya simple banget tapi elegan.
kalo aku justru pengen yang tradisional tapi unik (nah lho, bingung kan? haha)
anyway aku setuju sama kata-kata terakhir tadi. Because you're a bride once, but then become your husband's lifetime companion. :D
lho ya makanya doain biar kejadian beneran :))
Deletetradisional pasti unik kok, menurutku ada kenangan tersendiri dalam menjalani rangkaian ritual-ritualnya. ga cuma nikah terus udah kelar LOL
aku juga suka kata-katamu, jadi manten itu cuma sekali, tapi jadi pasangan insyaAllah langgeng sampai ke surga ^^
gue malah belum mikirin sampek sejauh ini :v
ReplyDeleteini juga impian aku mba sejak awal kuliah, dan 97 persen beneran akan terjadi di nikahan aku ga sampe sebulan lagi mba.. Allah maha mendengar, Kun fayakun.... Bismillah.. semoga mba juga terkabul
ReplyDelete