Sudah baca Panduan Berwisata ke Batu (Bagian Satu)?
Baca dulu dong, biar nyambung ;)
Sampai sekarang, saya masih ngerasa agak-agak 'lho kok bisa ya cepet gitu?' Padahal percayalah, saya menikmati setiap tempat dengan tenang. Memang sih saya ga nyobain semua atraksi atau wahana yang tersedia, apalagi saya juga ga begitu suka main. Tapi saya juga ga jalan cepet-cepet gitu, normal dan wajar layaknya wisatawan yang sedang berlibur deh pokoknya. Dari pengalaman saya, ada beberapa hal yang perlu sister perhatikan:
1. Museum Tubuh IS worth to visit
Meski saya datang di hari kerja, ternyata cukup banyak rombongan yang kesana, kebanyakan dari sekolah kesehatan. Mbak-mbak/mas-mas guide-nya pinter dan ramah; terus tempatnya cocok banget untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan rasa sayang sama tubuh sendiri. Hayuk ah prim, lebih rajin lagi untuk jaga kesehatan. Oya, sebenarnya alat peraganya banyak yang kelihatan 'murah', tapi karena pengelolanya sudah terpercaya, jadi keadaannya bersih dan lumayan lengkap. Semoga kedepannya lebih atraktif (saya sempat ngobrol sama mbak/mas guide tentang beberapa unit yang terlalu sedikit penjelasannya), dan tetap terjaga kelengkapannya.
2. Batu Secret Zoo (BSZ) vs Eco Green Park (EGP)
Sebelum kemarin itu, saya terakhir mengunjungi BSZ pada tahun 2011, dan EGP pada tahun 2013. Pertimbangan saya mengunjungi BSZ instead of EGP karena ya saya pingin lihat binatang. Menurut saya, BSZ dua kali lebih besar dan lebih menarik daripada EGP, tapi mungkin EGP juga akan menghibur untuk anak-anak dan remaja; atau buat sister yang suka foto-foto. Tips: kunjungi salah satu saja dalam satu hari, terutama karena tiket BSZ termasuk tiket Museum Satwa. Mau dua-duanya? Siap-siap bayar e-bike deh.....
3. Harga Makanan dan Minuman di BSZ
BSZ punya kolam renang yang lumayan gede dan bagus (tapi buat anak-anak sih..), jadi mungkin karena itu, banyak juga orang tua yang berusaha menyelundupkan rantang. Big no no lho ya! saya sendiri cuma bawa minum, dan memutuskan makan siang di dalam BSZ. Baksonya enak kok, standar lah, Rp. 15.000, plus air mineral 600 ml seharga Rp. 5.000. Saya juga sempat beli Milo di booth Milo, harganya Rp. 8.000. Sistem makan di food court BSZ adalah beli kartu, pilih deposit Rp. 50.000 supaya sisa saldonya dikembalikan semua. Selain itu banyak gerai es krim dan pop mie (Rp. 10.000) bertebaran, jadi ga perlu takut kelaparan. Di luar BSZ juga banyak food truck, dan ada CFC.
4. Masukkan Biaya Foto dengan Hewan/Memberi Makan Hewan ke Anggaran
Rata-rata foto bareng hewan (burung rangkong, anak macan, kuda poni, dan lain-lain) berbayar Rp. 5.000/hewan/foto. Tapi pihak BSZ juga memfotokan dengan kamera mereka – yang jelas lebih bagus hasilnya. saya ambil soft copy aja, Rp. 20.000/foto. Lumayan buat kenang-kenangan. Untuk memberi makan hewan, saya melakukannya saat Safari Farm, jadi bisa ngasih makan rusa, kuda, bison (?), dan lain-lain. Dengan Rp. 10.000 dapat satu cup potongan wortel. Oya, tenang saja, hewan-hewan itu ga mengandalkan makanan dari kita saja kok (ya kali...), jadi kalaupun sister ga mau membeli makanannya, ya gapapa juga sih. Tetap seru kok mengikuti Safari Farm (tapi siap-siap antri ya).
5. Museum Angkut is So Expensive
Kemarin saya bayar Rp. 80.000 untuk tiket masuk weekend, plus bayar Rp. 30.000 untuk kamera digital (only free for phone camera). Memang kalau mau puas, harus sabar ngantri foto di spot-spot yang pasti ramai dengan pengunjung-pengunjung yang lain. Kan museumnya bukan punya sampeyan.. Tapi tetap aja menurut saya segitu itu mahal banget, 'cuma' buat foto-foto doang, haha. Kecuali kalau sister memang passionate banget sama alat transportasi dan sejarahnya. Kata sahabat saya, harga tiket masuknya digunakan untuk perawatan mobil-mobil yang sepertinya sih asli (bukan replika). But still, wisatawan kere protes..... Lol.
6. Ngapain ke Selecta?
Biasanya orang ke Selecta itu berenang (tujuan nomer satu), tapi saya baru ngeh kalau kedalaman kolamnya 3 dan 4 meter. Jadi ya bukan berenang untuk 'lucu-lucuan', dan untuk anak-anak ada kolamnya sendiri. Waktu saya kesana kemarin, kolam anak-anaknya penuh kayak cendol. Terus, di Selecta ada hotel dan restoran – yang biasanya juga rame dengan event-nya orang. Jadi kalau kamu malu berenang dilihatin orang, kamu bisa foto-foto di kebun bunganya (tujuan nomer dua). Sedikit lebih baik daripada kebun amarylis di Jogja karena bunganya lebih banyak dan beragam, tapi kalau weekend juga...yang ada foto sama orang, bukan sama bunga. So, pertimbangkan baik-baik deh kalau mau ke Selecta.
7. Ada Apa di Coban Rondo?
Sebenarnya yang saya tahu dari dulu Coban Rondo itu air terjun, tapi saya udah lama banget ga kesana, sementara kemarin Ifa ga kepingin kesana. Jadi kami cuma ngeliat labirin gara-gara tergoda postingan anak gaul Instagram (...), terus main sama rusa di taman di belakang labirin. Selain itu ada juga ATV, panahan, memetik strawberry, dan wahana permainan anak-anak.
Wah, saya ga nyangka kalau postingan tentang kota Batu 'aja' bisa sepanjang ini. Sesekali menggunakan mindset 'traveler' aka turis ternyata sukses membuat saya melihat sisi lain dari kota yang sehari-harinya sudah terlampau 'biasa' untuk saya. Jadi pingin eksplorasi Surabaya, deh. Maybe next time ;) Semoga postingan ini berguna buat sister yang sedang berencana untuk berlibur ke Batu, and see you at the next #ThePrimTrip post!
Salam My Trip My Adventure (#eaaa),
Prima
1. Museum Tubuh IS worth to visit
Meski saya datang di hari kerja, ternyata cukup banyak rombongan yang kesana, kebanyakan dari sekolah kesehatan. Mbak-mbak/mas-mas guide-nya pinter dan ramah; terus tempatnya cocok banget untuk menambah pengetahuan dan meningkatkan rasa sayang sama tubuh sendiri. Hayuk ah prim, lebih rajin lagi untuk jaga kesehatan. Oya, sebenarnya alat peraganya banyak yang kelihatan 'murah', tapi karena pengelolanya sudah terpercaya, jadi keadaannya bersih dan lumayan lengkap. Semoga kedepannya lebih atraktif (saya sempat ngobrol sama mbak/mas guide tentang beberapa unit yang terlalu sedikit penjelasannya), dan tetap terjaga kelengkapannya.
2. Batu Secret Zoo (BSZ) vs Eco Green Park (EGP)
Sebelum kemarin itu, saya terakhir mengunjungi BSZ pada tahun 2011, dan EGP pada tahun 2013. Pertimbangan saya mengunjungi BSZ instead of EGP karena ya saya pingin lihat binatang. Menurut saya, BSZ dua kali lebih besar dan lebih menarik daripada EGP, tapi mungkin EGP juga akan menghibur untuk anak-anak dan remaja; atau buat sister yang suka foto-foto. Tips: kunjungi salah satu saja dalam satu hari, terutama karena tiket BSZ termasuk tiket Museum Satwa. Mau dua-duanya? Siap-siap bayar e-bike deh.....
3. Harga Makanan dan Minuman di BSZ
BSZ punya kolam renang yang lumayan gede dan bagus (tapi buat anak-anak sih..), jadi mungkin karena itu, banyak juga orang tua yang berusaha menyelundupkan rantang. Big no no lho ya! saya sendiri cuma bawa minum, dan memutuskan makan siang di dalam BSZ. Baksonya enak kok, standar lah, Rp. 15.000, plus air mineral 600 ml seharga Rp. 5.000. Saya juga sempat beli Milo di booth Milo, harganya Rp. 8.000. Sistem makan di food court BSZ adalah beli kartu, pilih deposit Rp. 50.000 supaya sisa saldonya dikembalikan semua. Selain itu banyak gerai es krim dan pop mie (Rp. 10.000) bertebaran, jadi ga perlu takut kelaparan. Di luar BSZ juga banyak food truck, dan ada CFC.
4. Masukkan Biaya Foto dengan Hewan/Memberi Makan Hewan ke Anggaran
Rata-rata foto bareng hewan (burung rangkong, anak macan, kuda poni, dan lain-lain) berbayar Rp. 5.000/hewan/foto. Tapi pihak BSZ juga memfotokan dengan kamera mereka – yang jelas lebih bagus hasilnya. saya ambil soft copy aja, Rp. 20.000/foto. Lumayan buat kenang-kenangan. Untuk memberi makan hewan, saya melakukannya saat Safari Farm, jadi bisa ngasih makan rusa, kuda, bison (?), dan lain-lain. Dengan Rp. 10.000 dapat satu cup potongan wortel. Oya, tenang saja, hewan-hewan itu ga mengandalkan makanan dari kita saja kok (ya kali...), jadi kalaupun sister ga mau membeli makanannya, ya gapapa juga sih. Tetap seru kok mengikuti Safari Farm (tapi siap-siap antri ya).
5. Museum Angkut is So Expensive
Kemarin saya bayar Rp. 80.000 untuk tiket masuk weekend, plus bayar Rp. 30.000 untuk kamera digital (only free for phone camera). Memang kalau mau puas, harus sabar ngantri foto di spot-spot yang pasti ramai dengan pengunjung-pengunjung yang lain. Kan museumnya bukan punya sampeyan.. Tapi tetap aja menurut saya segitu itu mahal banget, 'cuma' buat foto-foto doang, haha. Kecuali kalau sister memang passionate banget sama alat transportasi dan sejarahnya. Kata sahabat saya, harga tiket masuknya digunakan untuk perawatan mobil-mobil yang sepertinya sih asli (bukan replika). But still, wisatawan kere protes..... Lol.
6. Ngapain ke Selecta?
Biasanya orang ke Selecta itu berenang (tujuan nomer satu), tapi saya baru ngeh kalau kedalaman kolamnya 3 dan 4 meter. Jadi ya bukan berenang untuk 'lucu-lucuan', dan untuk anak-anak ada kolamnya sendiri. Waktu saya kesana kemarin, kolam anak-anaknya penuh kayak cendol. Terus, di Selecta ada hotel dan restoran – yang biasanya juga rame dengan event-nya orang. Jadi kalau kamu malu berenang dilihatin orang, kamu bisa foto-foto di kebun bunganya (tujuan nomer dua). Sedikit lebih baik daripada kebun amarylis di Jogja karena bunganya lebih banyak dan beragam, tapi kalau weekend juga...yang ada foto sama orang, bukan sama bunga. So, pertimbangkan baik-baik deh kalau mau ke Selecta.
7. Ada Apa di Coban Rondo?
Sebenarnya yang saya tahu dari dulu Coban Rondo itu air terjun, tapi saya udah lama banget ga kesana, sementara kemarin Ifa ga kepingin kesana. Jadi kami cuma ngeliat labirin gara-gara tergoda postingan anak gaul Instagram (...), terus main sama rusa di taman di belakang labirin. Selain itu ada juga ATV, panahan, memetik strawberry, dan wahana permainan anak-anak.
Wah, saya ga nyangka kalau postingan tentang kota Batu 'aja' bisa sepanjang ini. Sesekali menggunakan mindset 'traveler' aka turis ternyata sukses membuat saya melihat sisi lain dari kota yang sehari-harinya sudah terlampau 'biasa' untuk saya. Jadi pingin eksplorasi Surabaya, deh. Maybe next time ;) Semoga postingan ini berguna buat sister yang sedang berencana untuk berlibur ke Batu, and see you at the next #ThePrimTrip post!
Salam My Trip My Adventure (#eaaa),
Prima
*I didn't take pictures on the second day, banyakan difoto sama Ifa mumpung dese ada DSLR #eaaa
Huhu kalau mbak prima posting tentang malang gini, aku jadi pengen cepet cepet pulang. :3
ReplyDeleteBtw aku setuju sama poin ke 5. Tapi mungkin karena, pengadaan barang barang antik di museum angkut itu pada dasarnya sudah mahal kali ya mba ?
Nah ya, betul. Modal bikin museumnya udah mihil bingits. Pulang dong mbak, Malang merindukanmu :3
DeleteWaaaah, harus baca sampai ending nih. Buat panduan ke Batu nantinya ^^
ReplyDeleteUdah, cuma 2 aja kok (sementara ini). Nanti kalau ada yang berbeza, kapan-kapan diceritain lagi. Makasih sudah mampir mbak :)
DeleteWaaaah jadi pengen hanimun ke Batu! *lha xD
ReplyDeleteYaelaaaaah, ke Batu mah bisa kapan ajaaa.
DeleteSudah baca yang bagian pertama.
ReplyDeleteYa ampun, mbak. Hari pertama gak ambruk tuh? Aku cuma ke Museum Tubuh aja rasanya udah gak kuat, pengen selonjoran aja haha. Pas ke Museum Angkut apalagi, lebih dari tiga jam didalam.
ke ruang kadaver di Museum Tubuh ngga, mbak? setahuku ruangan kadaver emang gak diumumkan secara publik, jadi kalo gak mendekati guide dan ngomong sendiri, gak bakal dibawa ke ruangannya. pernah ngajak ngobrol beberapa guide (yang keceplosan ngomong "...saat saya ngebantu otopsi..."), guide di Musuem Tubuh itu sebagian besar memang latarbelakangnya kesehatan, makanya sangat menguasai ilmunya juga.