Dulu, waktu saya TK, saya suka heran kalau ada lomba menggambar dan mewarnai, terus semua murid disuruh ikutan. Kalau teman-teman saya excited, saya malah kzl. Saya ga suka banget sama kegiatan ini, dan tentu saja berkali-kali gagal menang. Soalnya nih, sementara hasil karya beberapa anak bisa memunculkan decak kagum para panitia (dan juri), punya saya dilihat aja engga.
Ketika saya masuk SD, seperti anak-anak lain, saya dibelikan mama satu set crayon lengkap yang buagus (dan mahal). Tapi tau ga sih, setiap ada pelajaran menggambar dan mewarnai, yang memakai crayon itu adalah teman-teman sekelas. Karena saya ga pernah ngebawa pulang karya saya, lama-lama mama paham saya ga bakat di bidang ini dan menyerah. So that was the only crayon I ever have in my life.
Tapi, saya boleh sedikit berbangga diri. Untuk hal membaca dan menulis, ga ada yang bisa mengalahkan saya #cieh Kelas 1 SD saya udah punya diary lho. Kelas 3 saya udah perform puisi di acara ulang tahun sekolah, dan setahun berikutnya udah kelilingIndonesia Jawa untuk ikut lomba menulis. I have been loving to write since then, ga pernah sekalipun ngeluh meski harus berlatih dan bangun subuh untuk ngejar kereta atau pesawat, dan alhamdulillah, beberapa kali menang.
Mulai tanggal 6 Februari kemarin, sampai tanggal 11, saya sedang menjadi panitia di Syariah Fest 2016 yang diselenggarakan di Masjid Kampus UGM. Acaranya beragam, ada talkshow ekonomi syariah, workshop halal MUI, bedah buku tentang pernikahan dan bisnis, tabligh akbar, dan masih banyak lagi. Salah satu acara yang menarik banyak peserta kemarin Minggu, 7 Februari, adalah lomba menggambar dan mewarnai. Halaman masjid kampus sebelah utara penuh sesak dengan anak-anak usia TK dan SD. Sama juga seperti jaman saya kecil dulu, ada beberapa anak yang bikin kami – panitia – ndower saking kerennya; dan ada yang langsung dimasukin ke amplop/plastik untuk kemudian dinilai oleh juri.
So then I realize something: setiap anak punya potensinya masing-masing. Ada yang bakat, dan kebetulan juga minat; ada yang bakat, tapi ga minat; ada yang minat, tapi sayang sekali kurang berbakat (di bidang yang dia minati); dan terakhir, ada yang tidak berbakat, apalagi berminat – seperti kasus saya.
Tips-nya, jadi orang tua ya kudu sabar seperti mama saya. Dari les menari, lomba merangkai bunga, kelas modeling, privat piano, klub berenang; semua dicobain untuk tahu apa yang saya suka. Alhamdulillah, mama saya mampu untuk membiayai dan menyediakan fasilitas. Tapi mungkin kalau kurang anggaran, ya baiknya ditanya aja langsung ke anaknya, apa yang sebenarnya dia mau (dan mampu). Also make sure that he/she is the one who wants it, bukan karena terpengaruh teman-temannya. Contohnya nih, waktu saya kelas 1-2 SD, saya punya teman yang suaranya menggetarkan jiwa, tapi karena sahabat dekatnya jago menggambar, dia lebih sering terlihat di lomba-lomba menggambar. Untungnya dia (dan orangtuanya) segera menyadari bakatnya. Di suatu acara sekolah, dia memberanikan diri untuk menyanyi, dan sejak saat itu sampai lulus, dia officially jadi penyanyi sekolah.
But anyway, no matter what talent or interest your kids have, the most important thing is one: dia menjadi anak sholeh/sholehah. Ga penting anak menang lomba menggambar/mewarnai dimana-mana, tapi ngaji iqra' aja ga bisa. Ga penting anak pinter matematika sampai udah bisa nyiptain rumus sendiri (…), tapi sholat masih bolong-bolong. Iya sih, anak-anak punya waktu sampai umur 9 tahun (untuk selanjutnya boleh dipukul jika melewatkan sholat), tapi bukankah akan lebih menenangkan kalau dari sejak masuk TK dia sudah mengenal Allah dan kewajibannya sebagai hamba; lalu masuk SD sudah mengetahui adab pergaulan dan mulai menutup aurat. Ingat, anak-anak sholeh/sholehah adalah investasi jangka panjang – karena merekalah yang bisa meringankan langkah kita memasuki surga-Nya. Masya Allah, bahagianyaaa, saya juga mau punya anak sholeh/sholehah #tapicaripendampingdulu
So, ngomongin tentang anak sholeh/sholehah, udah pas banget kalau sister mampir dan belanja di Syariah Fest 2016. Ada dua stand yang harus sister kunjungi nih:
1. Afra Kids
Disini sister bisa membeli kaos dan peralatan sekolah bertuliskan jargon agar anak-anak (dan siapapun yang melihat) lebih mengingat Allah. Beberapa contoh tulisannya seperti, “Let's Sholat”, “Doa Before You Eat”, dan “Start Your Day with Bismillah.” Desain kartunnya lucu-lucu, warnanya soft, dan yang terpenting bahannya bagus, untuk kaos 100% katun combed 24s. Kebayang anak-anak pasti heboh milih sendiri dan bangga mengenakannya. Cek dulu Instagram Afra Kids disini.
Ketika saya masuk SD, seperti anak-anak lain, saya dibelikan mama satu set crayon lengkap yang buagus (dan mahal). Tapi tau ga sih, setiap ada pelajaran menggambar dan mewarnai, yang memakai crayon itu adalah teman-teman sekelas. Karena saya ga pernah ngebawa pulang karya saya, lama-lama mama paham saya ga bakat di bidang ini dan menyerah. So that was the only crayon I ever have in my life.
Tapi, saya boleh sedikit berbangga diri. Untuk hal membaca dan menulis, ga ada yang bisa mengalahkan saya #cieh Kelas 1 SD saya udah punya diary lho. Kelas 3 saya udah perform puisi di acara ulang tahun sekolah, dan setahun berikutnya udah keliling
Mulai tanggal 6 Februari kemarin, sampai tanggal 11, saya sedang menjadi panitia di Syariah Fest 2016 yang diselenggarakan di Masjid Kampus UGM. Acaranya beragam, ada talkshow ekonomi syariah, workshop halal MUI, bedah buku tentang pernikahan dan bisnis, tabligh akbar, dan masih banyak lagi. Salah satu acara yang menarik banyak peserta kemarin Minggu, 7 Februari, adalah lomba menggambar dan mewarnai. Halaman masjid kampus sebelah utara penuh sesak dengan anak-anak usia TK dan SD. Sama juga seperti jaman saya kecil dulu, ada beberapa anak yang bikin kami – panitia – ndower saking kerennya; dan ada yang langsung dimasukin ke amplop/plastik untuk kemudian dinilai oleh juri.
So then I realize something: setiap anak punya potensinya masing-masing. Ada yang bakat, dan kebetulan juga minat; ada yang bakat, tapi ga minat; ada yang minat, tapi sayang sekali kurang berbakat (di bidang yang dia minati); dan terakhir, ada yang tidak berbakat, apalagi berminat – seperti kasus saya.
Tips-nya, jadi orang tua ya kudu sabar seperti mama saya. Dari les menari, lomba merangkai bunga, kelas modeling, privat piano, klub berenang; semua dicobain untuk tahu apa yang saya suka. Alhamdulillah, mama saya mampu untuk membiayai dan menyediakan fasilitas. Tapi mungkin kalau kurang anggaran, ya baiknya ditanya aja langsung ke anaknya, apa yang sebenarnya dia mau (dan mampu). Also make sure that he/she is the one who wants it, bukan karena terpengaruh teman-temannya. Contohnya nih, waktu saya kelas 1-2 SD, saya punya teman yang suaranya menggetarkan jiwa, tapi karena sahabat dekatnya jago menggambar, dia lebih sering terlihat di lomba-lomba menggambar. Untungnya dia (dan orangtuanya) segera menyadari bakatnya. Di suatu acara sekolah, dia memberanikan diri untuk menyanyi, dan sejak saat itu sampai lulus, dia officially jadi penyanyi sekolah.
But anyway, no matter what talent or interest your kids have, the most important thing is one: dia menjadi anak sholeh/sholehah. Ga penting anak menang lomba menggambar/mewarnai dimana-mana, tapi ngaji iqra' aja ga bisa. Ga penting anak pinter matematika sampai udah bisa nyiptain rumus sendiri (…), tapi sholat masih bolong-bolong. Iya sih, anak-anak punya waktu sampai umur 9 tahun (untuk selanjutnya boleh dipukul jika melewatkan sholat), tapi bukankah akan lebih menenangkan kalau dari sejak masuk TK dia sudah mengenal Allah dan kewajibannya sebagai hamba; lalu masuk SD sudah mengetahui adab pergaulan dan mulai menutup aurat. Ingat, anak-anak sholeh/sholehah adalah investasi jangka panjang – karena merekalah yang bisa meringankan langkah kita memasuki surga-Nya. Masya Allah, bahagianyaaa, saya juga mau punya anak sholeh/sholehah #tapicaripendampingdulu
So, ngomongin tentang anak sholeh/sholehah, udah pas banget kalau sister mampir dan belanja di Syariah Fest 2016. Ada dua stand yang harus sister kunjungi nih:
1. Afra Kids
Disini sister bisa membeli kaos dan peralatan sekolah bertuliskan jargon agar anak-anak (dan siapapun yang melihat) lebih mengingat Allah. Beberapa contoh tulisannya seperti, “Let's Sholat”, “Doa Before You Eat”, dan “Start Your Day with Bismillah.” Desain kartunnya lucu-lucu, warnanya soft, dan yang terpenting bahannya bagus, untuk kaos 100% katun combed 24s. Kebayang anak-anak pasti heboh milih sendiri dan bangga mengenakannya. Cek dulu Instagram Afra Kids disini.
2. Adzkiya Media Anak Cerdas
Anak/adik/sepupu/keponakan/cucu (#eh) sister keranjingan menonton TV? Tenang dulu, alihkan saja perhatiannya dengan menonton VCD cerita-cerita Islami yang sudah dirangkum oleh Adzkiya Media Anak Cerdas. Ada kisah Nabi-nabi dan Ensiklopedi Anak Muslim, dimana anak-anak bisa mempelajari dari mulai shalat sampai akhlaqul karimah. Tapi, sister tetap harus mendampingi mereka ya. Sambil menyelam minum air, sister juga bisa mengingat-ingat kembali dan siap-siap kalau ditanyai oleh mereka, hihi.
Selain dua stand diatas, masih banyak stand lainnya seperti stand toko buku, produk herbal (insyaAllah 100% halal), dan pastinya fashion – iya saya tahu sister pasti sudah nungguin yang satu ini. Syariah Fest ada di bagian utara Masjid Kampus UGM (sebelah selatan Fakultas Psikologi, bisa masuk dari Bunderan UGM), dan kami buka dari jam08.00-21.00 sampai hari Kamis, 11 Februari 2016. Jangan lupa juga hadiri sesi talkshow dan workshop, seperti yang satu ini, HARI INI. Penasaran dong dengan temanya? Langsung cuss deh, see ya there!
Salam,
Prima
Memang sih, untuk lihat bakat anak, kita bisa cobakan banyak aktifitas yang mendukung masing2 bakat. Ntar tinggal seleksi aja :)
ReplyDeleteHarus telaten dan sabar juga kalau misal belum merasa menemukan yang pas meski sudah mencoba beberapa aktifitas. Hehe
DeleteTentang anak-anak, saya jadi teringat dengan kisah yang sempat saya tulis di blog saya. Mari, bila berkenan, mampir ke gubuk saya di alamat :
ReplyDeletehttp://chairulsinaga.blogspot.com/2016/01/tentang-anak-anak-perkasa-dan-tentang.html
Semoga ada satu atau dua inspirasi baru bagi kita hari ini.