Monday, October 20, 2014

Rumah Harapan

Sometimes life is funny, it meets us with our teenage dream again, with an unexpected way.

This is one of my story :)

Sewaktu saya SMA, saya punya dua orang teman dekat. Yang satu sebut saja namanya Rara; yang satunya lupa, kalau ga salah namanya Mika. Silahkan jitak saya karena sudah sepatutnya saya ga lupa sama nama dia, tapi mungkin namanya juga teman dekat, kita udah ga saling panggil nama tapi beb, say, cyin, atau apalah. Mungkin. *brb searching di fb*

Pada masa-masa memilih jurusan kuliah, kami bertiga bercerita dengan semangat: saya akan kuliah di Jurusan Ilmu Komunikasi, Rara di Psikologi, dan Mika, akan merenda langkah untuk menjadi dokter.

“Kayaknya seru ya, kalau kita punya rumah sakit murah, tapi disitu ada layanan pendampingan perempuan juga, semacam bantuan psikologi dan komunikasi keluarga. Dari perempuan, oleh perempuan, untuk perempuan.”

Kami mencetuskan mimpi.

Lalu mimpi itu terlupakan, tertinggal di sudut ruang hati, karena pemimpi-nya terlalu sibuk dengan kenyataan hidup.

Sampai sabtu lalu, sahabat saya, Titasya, menyodorkan meme ini. Membuat saya terdiam seribu bahasa.

It's not about the pic, that I think 50% of it happens in my life.
But the fact that I was once abandoned, and then life has been so kind to meet me with good people...'til I have a dream to help teenagers who have the same problem.

Lucu ya, hidup saya (ternyata) sudah jauuuuuh lebih baik, hingga saya lupa membantu orang-orang, seperti yang sudah pernah saya janjikan.

Jadilah semalam, sebelum tidur, saya merenung, apa yang terjadi?
Apakah mimpi tersebut telah hilang dimakan waktu, bertransformasi menjadi impian-impian lain yang hanya menitikberatkan pada profit dan keuntungan?

Atau jangan-jangan, saya khawatir akan omongan orang? Saya bukan komunikator handal, bukan pula psikolog yang bisa memberikan solusi profesional untuk masalah seseorang.

Atau memang saya takut karena tak punya modal finansial? Tak ada waktu mengurusnya?

Duh, duhai Allah yang Maha Pengasih, ampuni hamba-Mu yang besar omong ini..

Saat ini, saya sedang menuliskan ulang mimpi Rumah Harapan ini. Saya beri nama sementara demikian, karena ini juga merupakan salah satu harapan saya, yang mudah-mudahan terwujud sebelum usia saya beranjak senja..

“Sebuah rumah, yang didalamnya terdapat kenyamanan, ketenangan, dan ketentraman hati.
Tidak ada penghakiman, tidak ada kesalahan; yang ada hanyalah refleksi diri dan pembelajaran melalui pengalaman hidup..
Rumah singgah untuk para anak-anak korban perceraian yang menginginkan pelukan, serta istri dan janda yang membutuhkan penyemangatan.
Mungkin perempuan yang mengharapkan perbaikan kesehatan, atau yang ingin menambah keterampilan..
Rahasia terjaga disini, dan kamu, bebas menjadi diri sendiri..”
 

Bismillah, semoga Allah mendengarnya, dan malaikat mengamininya..

Dari teman-teman pembaca juga, boleh minta doanya? :)

Salam,
Prima


5 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...