Thursday, October 16, 2014

Ketika Galau Melanda

[Note: this post is very very very personal]

Dua minggu kemarin, mungkin hingga saat ini (karena lagi deg-deg-an nunggu pengumuman finalis World Muslimah Award), saya sedang sering gelisah... dan jadinya terbitlah perasaan mendamba somebody to talk to. #cieh #BukanKode #TapiBeneran #DuhPanjangBanget #lol 

You might think that I look like the strongest woman you ever know.

I am not. I am strong because Allah ask me to.
Or at least, I think I am strong because I have to.

But often I cry, because when I say I am weak, nobody will believe me.

Pencitraan yang sukses, bukan? :)))

Anyway, kalau sister sering baca buku tentang pernikahan, hal paling mendasar yang disarankan sebelum melangkah menuju persiapan adalah: 1) menulis visi-misi pernikahan; dan 2) mendefinisikan pasangan hidup yang ideal menurut kita. Konon, dari kedua hal ini kita bisa melihat kita sekarang berada di level apa, dan apa saja yang harus kita perbaiki untuk mencapainya.

Nah, biasanya sih saya susah jawab pertanyaan ini.. Soalnya takut dibilang terlalu pemilih atau pasang standar ketinggian. Padahal, beli baju aja perlu pertimbangan, apalagi pasangan hidup. Padahal (lagi), aslinya kriteria saya tuh ga muluk-muluk banget. Cukup: ganteng, sholeh, sugih (kaya). Mwahahahahahaha. Ya engga lah, pemirsa. Kriteria saya tuh:


  1. Kalau ngobrol, nyambung - ga harus 100% sama, tapi ada keinginan dari kedua belah pihak untuk mengusahakan pembicaraan tetap berjalan. Kalau cuma saya yang usaha sih, namanya wirausaha :p
  2. Selevel – biasanya orang bilang 'sekufu', tapi bukan kaya-miskin sih saya lihatnya, lebih ke hmmm apa yah, tingkat penerimaan satu sama lain. Saya sih bisa nerima ya kalau lelakinya udah punya mobil pribadi, rumah pribadi, bisnis pribadi, asal jangan hutang pribadi – eh bukan – maksud saya, terkait dengan kriteria satu, kalau bisa jangan jauh-jauh lah level pergaulan atau gaya hidupnya. Meski saya ga nolak juga kalau dilamar Putera Mahkota Dubai – apasihprim – tapi ngebayangin kalau dia punya rumah seluas kecamatan Rungkut, bisa bikin keder juga pasti.
  3. Ada keinginan untuk menjadi lebih baik. Seperti yang diajarkan di buku Sabtu Bersama Bapak, terimalah seseorang dengan segala kelebihannya, agar hal ini dapat memotivasi kita untuk bertukar ilmu dan semangat menuju kebaikan.


See? Easy breezy, right?
Kembali ke keadaan lonely...I am still lonely... I have nobody... *salaman sama Akon*

Ada satu waktu di hari itu, tiba-tiba saya loncat dari tempat tidur, dan mem-whatsapp sahabat saya, 

“Seseorang yang bersamanya, kami bisa mensinergikan mimpi kami untuk menyemaikan ilmu dan mencerdaskan ummat.”

“Seseorang yang memahami, bahwa kelebihanku (dan -nya) hanyalah karunia dari Allah semata.”

“Seseorang yang menjadikan aku pribadi yang lebih baik di dunia dan akhirat.” 

Here we go, the definition of my dream man.
Aplikasinya? Aduh susah ya bok, ternyata #GarukGarukTembok

Makanya langkah selanjutnya adalah, memperbaiki diri. Terus menerus.
Sucikan niat, ikhtiar, dan tawakkal. 

Saya yakin, saya akan bertemu dengan sang pujaan hati.
Hanya tinggal masalah waktu saja...
...And I believe, He is always on time :)

Doakan saya ya :)

Salam,
Prima 

**untuk bacaan lain tentang 'ukuran' keshalihan lelaki, bisa baca disini.


2 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...